Happy ReadingLucu ya, tadinya semesta memaksa raga ini untuk menerimanya, tapi setelah raga ini menerimanya, ia malah ingin pergi. Inilah permainan cinta.
***
Kenzo menghela napas lega, saat mendengar penjelasan Dokter. Kata Dokter Alisya hanya mengalami pendarahan kecil, untungnya Alisya cepat dilarikan ke rumah sakit, jika tida nyawa Alisya dan bayi di dalam perutnya akan terancam.
Laki-laki itu bersyukur, karena Tuhan masih mempercayainya. Awalnya Kenzo kira Alisya benar-benar akan pergi, karena tubuhnya yang sudah mendingin. Dan untungnya potongan kayu yang menimpa perut Alisya, tidak berat, dan jika diangkat akan terasa ringan. Ternyata Tuhan masih baik kepadanya, Kenzo berjanji tidak akan melewatkan kesempatan ini, ia akan merubah dirinya menjadi lebih baik, supaya tidak menyakiti Alisya lagi.
Pandangan mata Kenzo kiti terfokuskan pada wajah pucat Alisya yang sekarang masih memejamkan matanya. Tangannya bergerak untuk menyentuh perut Alisya lalu mengusapnya.
Rasa sesak mulai datang lagi, walaupun keduanya selamat, tapi tetap saja Kenzo merasa gagal.
Pintu ruangan terbuka, menampilkan Gabel dan ketiga teman Kenzo, tadi mereka meminta izin untuk pergi ke kantin rumah sakit. Sedangkan para guru sudah pulang sedari tadi.
"Nih makan." Gabel menyerahkan satu kantug plastik yang berisi nasi dan lauknya. Kenzo menggeleng pertanda tidak mau.
"Cik cepet makan lo, kalo lo sakit siapa yang bakal jaga Alisya?" tanya Geo berdecak kesal, sembari mendudukan bokongnya di sofa diikuti Satria dan Dito.
"Kalian udah pada makan?" Kenzo malah bertanya.
"Udah, tadi 'kan kita izin ke kantin rumah sakit, lu kira kita di kantin ngapain kalo gak makan?" tanya Satria jengah.
Kenzo terkekeh pelan. "Makasih buat semuanya," ucap Kenzo tulus.
"Lo tenang aja, sekarang lo fokus ke bini sama calon anak lu, biar Liona sama Cici jadi urusan gue," sahut Satria.
"Cici ikutan?" tanya Gabel menaikan satu alisnya. Satria menghela napas pelan, lalu mengangguk.
"Tapi tadi gue perhatiin, Cici kayak terpaksa gitu," celetuk Geo bisa diandalkan juga ternyata.
"Maksudanya?" tanya Satria kebingungan.
"Lo tanya aja sama si Cici nya," ujar Geo lalu mencomot gorengan yang berada di meja.
"Gue gak nyangka, si Liona bisa sejahat itu," celetuk Dito yang sedari tadi diam saja.
"Pengaruh cinta mungkin," balas Geo dibalas cengiran oleh mereka.
"Lo belum kasih tau ortu lu, Ken?" tanya Satria.
"Udah, mereka lagi di jalan," jawab Kenzo.
****
Langit mulai berubah menjadi hitam, kerlap-kerlip bintang mulai terlihat menyambut indahnya malam. Jalanan kota masih terlihat ramai oleh kendaraan yang berlalulangan.
Seorang laki-laki kini sedang memandang jalanan kota itu, di jendela besar ruang rawat. Dia terus menghela napas beberapa kali.
Sedangkan perempuan yang merupakan istrinya itu, hanya bisa diam sambil menatap punggung tegap suaminya. Buliran bening itu jatuh begitu saja membasahi pipinya.
Kenzo membalikan badannya menghadap Alisya, lalu menghampiri istrinya dengan wajah datarnya. "Coba ulangi lagi, tadi kamu ngomong apa?" tanya Kenzo dengan suara seraknya.
Alisya menghela napasnya, lalu mengusap pipinya yang dibasahi oleh air matanya sendiri. "Aku mau kita selesai, cukup sampai disini aja," ucap Alisya mengulangi ucapannya, sambil menahan sesak di dadanya.
"Terus anak kita gimana? Lo mau anak kita lahir tanpa Ayah?" tanya Kenzo matanya sudah memerah, tangannya terkepal kuat.
Alisya memalingkan wajahnya ke arah lain, air matanya terus mengalir tanpa bisa ia cegah. Dirinya juga tidak mau berpisah dengan Kenzo, tapi dirinya juga tidak mau diganggu oleh Liona, yang menuduhnya sebagai perebut. Alisya cape, batinnya tersiksa, dan fisiknya terluka.
Mungkin inilah cara satu-satunya yang bisa Alisya lakukan, tapi bagaimana dengan anak yang masih ia kandung sekarang?
"Kenapa? Kenapa lo mau kita selesai?" tanya Kenzo menggenggam erat tangan Alisya tapi Alisya menarik tangannya kembali.
"Asal kamu tau, Ken. Aku capek, aku mau bahagia. Aku gak mau menderita terus, aku mau kayak dulu, bahagia tanpa adanya penderitaan."
"Semua orang benci sama aku, padahal aku gak ngelakuin apa-apa sama mereka, terus semua orang yang aku sayangi pergi. Ditambah Liona nuduh aku sebagai perebut, wanita murahan. Aku capek." Air mata yang sedari tadi Kenzo tahan, perlahan mengalir membasahi pipinya, hatinya juga ikut sesak melihat perempuan rapuh di hadapannya.
"Alisya liat gue." Kenzo menyentuh pipi Alisya agar Alisya menatapnya. "Jangan peduli sama orang lain, masalah Liona biar aku yang urus, tolong aku gak mau kita selesai," lirih Kenzo dengan tangan yang masih mengusap pipi Alisya, sesekali menyeka air mata yang membasahi pipi perempuan itu.
"Tolong kasih aku waktu buat sendirian." Kenzo menghela napasnya lagi, lalu mengangguk dan beranjak dari duduknya, sebelum keluar dari ruang rawat itu, Kenzo mencium kening Alisya terlebih dahulu.
"Aku kasih kamu waktu buat sendiri, tapi tolong jangan paksa aku buat lepasin kamu."
***
Tadinya mau bikin Alisya meninggal😭 tapi kayak berat banget gitu😂
KAMU SEDANG MEMBACA
KENZO BAD HUSBAND [Selesai]
Teen FictionBercerita tentang Kenzo dan Alisya yang sama-sama memiliki luka. Mereka terrjebak dalam sebuah pernikahan, Kenzo yang tadinya sering membuly Alisya, tapi sekarang Alisya malah menjadi istrinya. "Urus urusan kita masing-masing, cepet cari cowok yang...