Mon maaf jika banyak typo.Happy Reading
__
Senyuman Kenzo luntur saat keluar dari ruang rawat Alisya, hatinya kembali sakit. Dengan mudahnya Alisya berucap ingin selesai dengan dirinya, tanpa memikirkan bagaimana kedepannya.
Kakinya terus berjalan tak tentu arah, dirinya sudah seperti orang yang tidak punya semangat. Wajahnya sangat kusut dan rambutnya berantakan.
Pandangannya tertuju pada taman rumah sakit, tidak peduli dengan rinti-rintik hujan yang turun dari atas. kaki Kenzo melangkah menuju kesana, setelah sampai Kenzo mendudukan dirinya di kursi taman lalu menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi taman.
Kenangan indah bersama Alisya berputar di otaknya, senyuman Alisya yang mampu membuat hatinya berdesir dan suaranya yang sangat lembut hingga Kenzo tak bosan mendengarnya.
Apakah semuanya akan berakhir sampai disini? Kenzo menggeleng kuat, kenapa semesta tidak adil kepadanya, dulu semesta memaksa dirinya untuk menerima Alisya dan sekarang semesta menginginkan dirinya dan Alisya untuk berpisah.
Helaan napas terdengar, Kenzo mengacak rambutnya frustasi. Kenzo tidak bisa menyalahkan siapapun, karena ini adalah salahnya, andai dari dulu ia memperlakukan Alisya dengan baik, maka ini tidak akan terjadi.
Akan tetapi bagaimanapun Kenzo harus menghargai keputusan Alisya, ia tidak boleh memaksa Alisya dan membuat wanita itu stres apalagi di dalam perutnya masih terdapat darah dagingnya.
Kenzo tersadar saat ada orang yang menepuk bahunya. "Kenapa disini?" tanya Rendi sambil duduk di samping Kenzo.
"Gak tau," jawab Kenzo ngasal.
Rendi terkekeh pelan, lalu merangkul bahu anaknya bermaksud ingin menguatkan, dirinya juga tau perbincangan antara anak dan menantunya itu.
"Tuhan sudah menentukan garis takdir yang indah buat kamu, mungkin ini adalah cobaan yang dikasih Tuhan buat kamu, supaya kamu kuat," ucap Rendi tersenyum.
Mata Kenzo terpejam, dan kembali terbuka lalu menatap Papanya. "Jika itu keputusan Alisya, kamu harus menghargainya," lanjut Rendi.
Kenzo tetap diam, ia mendongak ke atas langit malam yang dipenuhi dengan bintang-bintang yang indah. Kenzo tersenyum kecut, beginilah jika menikah di usia dini, sangat rumit.
"Lucu ya, Pah. Kenzo sama sekali gak ngerapin genre hidup Kenzo bakal kayak gini."
"Papah sudah bilang, Tuhan sudah mengatur semuanya, mungkin Tuhan ingin yang terbaik untukmu."
Kenzo menghela napas lagi, ia lebih memilih diam, daripada mendengarkan ucapan Papahnya yang membuat hatinya semakin sakit.
****
"Tadi seru banget di sekolah, sayang banget lo gak ikut. Tapi gapapa, yang penting sekarang lo, sama keponakan gue baik-baik aja," ucap Gabel tersenyum cerah.
"Oh ya, ini surat kelulusan lo, selamat lo lulus. Lo juga dapet peringkat dua." Alisya menampilkan senyumannya, lalu menerima selembar kertas berwarna putih dari tangan Gabel.
"Makasih, Bel." Gabel mengacungkan jempolnya, lalu duduk di kursi samping brankar yang ditempati Alisya.
"Cepet sehat, biar besok ikutan prom night."
"Doain ya," balas Alisya.
"Lo tenang aja, Kenzo mana? Kok gaada, biasanya suka nungguin lo disini?" tanya Gabel celingak celinguk mencari keberadaan Kenzo.
Senyuman Alisya luntur, sejak malam itu, Kenzo tak menampakan diri di hadapannya. Mungkin Kenzo marah dan tidak terima dengan keputusnya, Alisya memakluminya.
"Kenapa diem?" tanya Gabel mengerutkan alisnya bingung.
"Belum dateng, tadi 'kan sekolah," jawab Alisya kembali tersenyum agar Gabel tidak mencurigainya.
"Tapi tadi Kenzo udah balik, gue liat di parkiran sekolah. Apa jangan-jangan lo ada masalah ya sama Kenzo?" tanya Gabel menatap Alisya serius.
Alisya menggeleng cepat. "Enggak, Bel. Mungkin Kenzo ke rumah dulu," bantah Alisya.
Gabel menatap Alisya kecewa. "Seburuk itu ya gue di mata lo, Al. Sampe lo gak mau cerita masalah lo sama gue, apa jangan-jangan lo temenan sama gue, karena lo gak punya temen?" tanya Gabel kecewa.
"Enggak gitu, Bel. Aku nganggep kamu sahabat bener-bener sahabat, gak ada niat lain. Aku belum siap buat cerita, rasanya berat banget."
Gabel menghembuskan napasnya kasar, lalu membuka tasnya dan mengeluarkan buku diary miliknya.
"Seberat apapun masalah gue, gue selalu cerita sama lo Al. Gue ngerti sama keadaan lo sekarang, tapi percaya sama gue, akan ada saatnya kita bahagia, tetap semangat. Gue balik dulu," pamit Gabel sambil memberikan buku diarinya pada Alisya.
Alisya membuka buku diary itu. Tulisannya sangat acak-acakan hingga membuat Alisya terkekeh, begitulah tulisan si pemalas.
Di dalam buku itu bercerita tentang Gabel yang menemukan sahabat sejatinya, Gabel sangat bangga mengenalkan dirinya pada buku itu, hingga membuat Alisya terus tersenyum.
Rasa bersalah kembali muncul, karena ia tidak pernah bercerita tentang masalahnya pada Gabel, padahal Gabel selalu cerita tentang kehidupan pahitnya.
Asal kalian tahu, Gabel juga mempunyai kehidupan yang sama dengan Alisya bahkan lebih parah, tapi Gabel selalu terlihat biasa saja di depan semuanya.
***
Maaf pendek banget. Otakku lagi buntu banget, ini aja gaada persiapan.
Jangan lupa vote sama komen. Terima kasih sampai jumpa lagi di chapter berikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENZO BAD HUSBAND [Selesai]
Ficção AdolescenteBercerita tentang Kenzo dan Alisya yang sama-sama memiliki luka. Mereka terrjebak dalam sebuah pernikahan, Kenzo yang tadinya sering membuly Alisya, tapi sekarang Alisya malah menjadi istrinya. "Urus urusan kita masing-masing, cepet cari cowok yang...