22. Hari ini saja

14.3K 823 37
                                    

Typo bertebaran.

Happy Reading.

Kenzo telah mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian santai, kaos putih dan celana panjang hitam. laki-laki itu kini sedang terdiam menatap jendela dengan rokok yang terselip di dua jarinya.

Bibirnya mengeluarkan asap, sampai asap itu berterbangan menjauh, lama kelamaan rokok yang dihisap olehnya menjadi pendek, hingga laki-laki itu menaruh putung rokoknya di asbak.

Kepala Kenzo mendadak panas, percakapan antara Alisya dan dirinya terlintas lagi di pikirannya. "Arghh ... anjing!" teriak Kenzo menonjok kaca jendela hingga pecah tak terbentuk, tangannya mengeluarkan darah.

Laki-laki itu, menundukan dirinya di lantai yang dingin, dan menyenderkan tubuhnya pada tembok. Napasnya naik turun, matanya memerah menahan amarah.

"Sialan," umpat Kenzo mengibaskan tangannya yang terdapat darah segar yang terus mengalir.

Kenzo bangkit dari lantai, dan meraih jaketnya yang berada di pinggiran sofa. Tak lupa ia membawa kunci mobil dan juga dompet, tidak memedulikan tangannya yang terluka.

"Mau kemana, Ken?" tanya Zea saat Kenzo menuruni anak tangga.

"Jenguk Alisya," jawab Kenzo sambil memakai jaket hitamnya.

"Papah kamu juga ada disana," kata Zea setelah itu menyesap tehnya.

Kenzo berdehem, lalu menghampiri Bundanya berniat ingin menyalimi tangan Bundanya.

"Tunggu, itu tangan kamu kenapa?" tanya Zea terkejut.

"Yaampun, duduk," titah Zea dengan wajah khawatir, ia memaksa Kenzo duduk di sofa samping Samuel yang tengah berkutat dengan laptopnya.

"Kenzo gakpapa," ucap Kenzo meyakinkan Bundanya.

"Gausah so kuat lo," cibir Samuel, namun pandangannya tetap pada laptop.

Kenzo menghiraukan cibiran Samuel, ia memilih diam sambil melihat gerak-gerik Bundanya yang sedang mencari kotak p3k.

"Jangan nyakitin diri kamu kayak gini, Nak. Bunda takut," lirih Bundanya ikut duduk di samping Kenzo setelah mendapatkan benda yang ia cari.

"Alisya lebih sakit dari ini," balas Kenzo pelan.

"Bunda tau, tapi  kamu jangan kayak gini. Jangan nyerah gini aja, kejar Alisya masih ada kesempatan."

"Jangan nyakitin diri kamu kayak gini, gaada gunanya. Laki-laki sejati itu, terus mengejar dan memperjuangkan wanitanya, dan membuat wanitanya kembali percaya," tutur Zea, tangannya sibuk mengobati tangan Kenzo.

"Betul tuh kata Bunda, jangan sampe kayak gue," celetuk Samuel terkekeh miris.

"Udah jangan dinget lagi, pokoknya anak-anak Bunda harus bahagia, gaboleh sedih, okee?" Kedua laki-laki itu mengangguk dengan senyuman agar Bundanya senang.

***

Pintu ruang rawat Alisya terbuka, Alisya menoleh untuk melihat siapa yang datang. Jantungnya kembali berdetak dengan kencang, saat melihat sosok yang telah menjadi bagian dari  alur hidupnya.

Langkah kaki terus terdengar mengetuk lantai, dan semakin jelas di pendengaran Alisya. Saat ini posisinya, sedang duduk di sofa dekat jendela besar, karena sekarang dirinya sedang mengemasi pakaian kotornya. Alisya sudah diperbolehkan pulang saat ini juga, semua obat telah ditebus oleh Rendi Papa Kenzo, dan sekarang Alisya tinggal pulang saja.

Alisya masih menunduk, sambil melipat baju setelah itu memasukannya ke dalam tas yang berukuran sedang. Dari bawah Alisya dapat melihat dua buah tangan yang mengambil baju kotor miliknya yang terbungkus oleh plastik. Tangan itu bergerak, memasukan baju kotornya ke dalam tas yang sama. Tapi yang membuat jantung Alisya berdegup lagi dengan kencang adalah, tangan kanan itu dibalut oleh perban.

KENZO BAD HUSBAND [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang