Hampir satu bulan berlalu sejak peristiwa penyerangan akademi triadne. Hari berjalan seperti biasanya bagi Lilli dan Nicho, tapi kali ini sepertinya Lilli mendapat sedikit masalah.
"Sudah kekecilan, sepertinya memang harus beli yang baru. "
Bra yang biasa dia pakai mulai terasa ketat di dadanya. Lilli mencoba memaksa dengan menekan dadanya, tapi hal itu terasa tidak nyaman.
"Hmm, apa aku minta tuan muda untuk menemaniku? "
Ini sudah satu bulan, tapi Lilli tidak benar-benar bisa menyatu dengan teman sekelasnya. Jadi untuk saat ini hanya tuannya yang bisa dia andalkan.
Berbeda dengan kelas ksatria yang memiliki jumlah siswa dari kalangan bawah cukup banyak, kelas penyihir di penuhi oleh keluarga bangsawan.
Meski sebagian besar mereka berasal dari bangsawan kelas bawah seperti baron atau di bawahnya, hal itu tetap memberi tekanan cukup berat bagi Lilli yang hanya seorang pelayan. Terutama dengan gelarnya sebagai siswa kehormatan.
Dengan gelarnya, para siswa dari kalangan bangsawan tingkat rendah akan enggan mendekatinya, sedangkan bangsawan kelas menengah keatas akan menunjukkan permusuhan karena statusnya sebagai pelayan. Hal itu membuat Lilli merasa seolah berdiri di atas jembatan rapuh dimana kanan dan kirinya adalah jurang.
Memikirkan itu, Lilli memandang pada buku siswa berlambang phoenix yang tergeletak di kasurnya.
Ini adalah ruangan mewah, berbanding terbalik dengan ruangan Nicho yang terlihat biasa, ruangan ini memiliki banyak furnitur mewah yang di siapkan khusus untuk bangsawan tinggi atau siswa kehormatan seperti dirinya.
Meski begitu....
"Sepi.... "
Bahkan ruangan indah ini tidak bisa menghibur Lilli. Tapi sebaliknya, tempat mewah dan sepi seperti ini justru membuat Lilli mengingat masa kecilnya sebagai putri tersembunyi yang selalu kesepian.
"Ugh... "
Menggelengkan kepalanya, Lilli mencoba mengabaikan kenangan masa lalu yang dia benci di kepalanya.
Segera memakai seragam, mengambil tas, dan memasukan buku siswanya kedalam. Lilli ingin bergegas menuju asrama para ksatria untuk bertemu tuan mudanya.
Tapi saat dia membuka pintu.
"Haa akhirnya kau keluar, rival abadiku!"
Seorang gadis muda dengan rambut bergelombang berwarna karamel, menyambutnya dengan tatapan tajam dari balik kaca mata bulatnya. Dia lebih pendek dari Lilli, tapi wajah manis yang dia miliki menunjukkan percaya diri yang jauh lebih tinggi dari tinggi badannya.
Berkata dengan tegas sambil membuat senyum menantang, gadis itu melipat tangannya di dada datarnya dengan bangga.
"Ah... Nona Gloria."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prometheus Children
FantasySaat aku mati, aku berharap jika aku akan terlahir kembali menjadi orang yang lebih baik, tapi aku tidak menyangka jika aku akan terlahir kembali di dunia lain. Dan lagi, aku masih memiliki ingatan dari dunia lamaku. Aku mengerti, ini bukanlah kehi...