Duduk di bawah pohon rindang di sudut lapangan berlatih bersama siswa lainnya, setelah melewati tiga jam pelajaran pengetahuan dasar dan teori taktis militer serta teori cara bertahan hidup; pelajaran jam siang, praktik penggunaan senjata akhirnya dimulai.
Ngomong-ngomong ini adalah pertama kalinya pelajaran praktik penggunaan senjata dilakukan, setelah selama hampir sebulan penuh kami dikenalkan dengan berbagai senjata tangan dan senjata anti benteng secara teori.
Tentu tidak semua orang disini pernah memegang senjata, terutama para bangsawan rendah dan rakyat biasa yang terpilih masuk ke akademi. Jadi beberapa siswa terlihat kaku dan gugup dengan senjata kayu yang mereka gunakan.
Meski begitu, pelajaran tetap di asarkan pada asumsi bahwa siswa pernah memiliki pengalaman memegang senjata. Mungkin memang tidak adil, tapi memang seperti itulah hukum disini.
Berbeda dengan kebanyakan bangsawan rendah serta rakyat biasa yang masuk ke akademi tanpa pengetahuan dasar tentang penggunaan senjata.
Bangsawan tingkat menengah keatas memiliki keuntungan dimana mereka pernah memasuk sekolah kebangsawanan tingkat dasar dan mengenal penggunaan senjata tingkat pemula, secara umum mungkin sekolah itu setara dengan SD dan SMP.
Mengajarkan penggunaan senjata pada anak kecil mungkin terlihat bukan hal yang benar. Tapi seperti halnya pada kebudayaan kuno di duniaku yang dulu, semua hal didasari atas kepentingan dan kebutuhan masyarakat pada masanya.
Dimasa dimana peperangan dan pembunuhan adalah hal yang biasa, keahlian penggunaan senjata di usia dini adalah hal penting.
"Hmm master, untukmu yang terbiasa bertualang kedalam bahaya, bukankah pelatihan semacam ini tidak diperlukan? "
Di dalam kepalaku Iona yang biasanya diam kini bertanya.
"Iona, biasanya kau selalu diam, tapi sekalinya kau bicara kau selalu menanyakan banyak hal huh? "
"Master, aku berdiam diri didalam Nividia bukan karena aku ingin, tapi karena ada beberapa hal yang harus aku lakukan. "
Beberapa hal? Kupikir dia hanya bertugas untuk mengawasiku, ternyata ada hal lain yang dia lakukan?
"Beberapa hal huh?"
"Kau tahu tentang skill aneh yang kau peroleh? "
"Maksudmu skill unik bernama Madness of Silent? "
"Unn, aku mencoba untuk mengkonversinya menjadi skill lain."
Huh? Jadi dia bisa melakukannya?
"Kau bisa melakukan itu?
" Aku tidak tahu. Jika kau adalah manusia biasa, aku akan bisa melakukannya dengan mudah. Tapi di dalam dirimu mengalir darah dari sang Proxy Creator; Prometheus Deus Promesthia. Dan statusmu sebagai anaknya juga membebani otoritas yang aku miliki. "
"Jadi, tidak ada jaminan apapun jika kau bisa melakukannya? "
"Sayangnya iya."
Jawaban singkat, tapi menjawab semua hal. Madness of Silent, sebuah skill unik yang lebih mirip sebuah efek negatif dari pada sebuah skill karena membuat penggunanya kehilangan perasaan, tapi ketika skill ini aktif aku akan mendapat extra skill bernama Devourer Of World. Sebuah kemampuan untuk membawa semua hal pada ketiadaan.
Meski begitu, kehilangan perasaan ... Itu adalah sesuatu yang sangat menakutkan. Aku pernah merasakannya sekali, dan dari pengalaman itu aku sadar akan sesuatu.
Alasan kenapa aku bisa mengendalikan diriku dan fokus pada satu tujuan adalah karena aku tahu jika aku memiliki alasan yang aku anggap penting.
Tapi jika seandainya, aku mengalami hal yang sama dan tidak memiliki sesuatu yang bisa aku perjuangkan, apa yang akan aku lakukan? Apa aku hanya akan mengamuk? Akankah aku menyakiti orang-orang yang tidak aku kenal?
KAMU SEDANG MEMBACA
Prometheus Children
FantasySaat aku mati, aku berharap jika aku akan terlahir kembali menjadi orang yang lebih baik, tapi aku tidak menyangka jika aku akan terlahir kembali di dunia lain. Dan lagi, aku masih memiliki ingatan dari dunia lamaku. Aku mengerti, ini bukanlah kehi...