Lalu, hari pertama masuk ke akademipun tiba. Memakai seragamku aku berkaca untuk memastikan bajuku sudah rapi, dan secara mengejutkan ukuran dari seragam ini benar-benar pas dengan tubuhku.
Seragam Akademi triadne adalah celana panjang dan Blazer berwarna putih dengan garis biru di kedua lengan, lalu di bagian dalam berupa baju berkerah berwarna hitam polos dengan dasi merah. Meski terlihat biasa saja, seragam ini menunjukkan kesan kemiliteran yang khas jika di lihat lebih saksama.
"Yos! kupikir tidak ada masalah."
Menggumamkan itu, aku berbalik dan segera merapikan koperku yang masih acak-acakkan.
Dan saat itu ...
"Tuan Muda boleh saya masuk?"
Bersama dengan suara ketukkan, suara Lilli terdengar.
"Ya tunggu sebentar."
Sambil menjawab aku membuka pintu, dan disana aku mendapati Lilli berdiri dengan koper sudah siap di belakangnya.
"Kau sudah selesai bersiap?"
"Unn, sudah. Lalu bagaimana dengan anda?"
Mengintip kedalam, Lilli sedikit menghela nafas saat melihat koperku yang masih berantakkan.
"Haaaahhh ... saya akan membantu anda."
"Te-terima kasih."
Maafkan aku, tapi aku benar-benar payah dalam menata sesuatu.
"Tuan Muda, anda bisa dengan sigap menentukan dan menyusun benda yang di perlukan dalam pertarungan, Tapi kenapa anda tidak bisa dengan cepat menata barang-barang pribadi anda?"
Mengatakan itu dengan jenkel, Lilli kembali menghela napas. Dengan begitu, pagi ini diawali dengan ceramah panjang dari Lilli.
Lalu beberapa menit kemudian, setelah checkout dari penginapan, kami segera pergi ke tempat penyewaan kereta untuk mengantar kami keakademi. Sebenarnya aku ingin pergi dengan menerobos hutan roh seperti sebelumnya, tapi Lilli menolak keras saran yang aku berikan. Dan akhirnya, kami memutuskan untuk menyewa kereta.
Dalam perjalanan, aku melihat beberapa orang yang aku kenali, mulai dari penjual jangkrik bakar hingga paman penjual buah yang semalam berdebat denganku. Tapi entah kenapa, wajah paman itu menjadi pucat saat tatapan kami bertemu.
"Ada apa dengannya?"
Dan saat aku menggumamkan itu, aku sadar jika Lilli menatap paman penjual buah itu dengan tajam. Tunggu sebentar, jangan bilang...
"Anu Lilli, tentang paman penjual buah itu ... ?"
"Anda tidak perlu khawatir, semuanya sudah beres."
"Tapi...."
"Seperti yang anda katakan, saya tidak menyakitinya, dan tidak ada tindak kekerasan yang terjadi."
Baiklah, aku yakin apa yang Lilli katakan benar. Tidak ada yang tersakiti, tidak ada kekerasan yang terjadi, aku bisa melihat jika paman itu baik-baik saja. Meski begitu....
"Lilli, jangan bilang kalau kau mengancamnya?"
Aku masih merasa ada yang janggal.
"Apa maksud anda, saya hanya memintanya untuk menyelesaikan masalah dengan damai dan dia menyetujuinya."
Mengatakan itu, Lilli membuat senyum manis padaku.
"Be-benarkah?"
"Ya, meski bisa di bilang, itu adalah penyelesaian damai yang di paksakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prometheus Children
FantasySaat aku mati, aku berharap jika aku akan terlahir kembali menjadi orang yang lebih baik, tapi aku tidak menyangka jika aku akan terlahir kembali di dunia lain. Dan lagi, aku masih memiliki ingatan dari dunia lamaku. Aku mengerti, ini bukanlah kehi...