Chapter 11

2.4K 216 20
                                    


Nama aslinya adalah Lilliana Ella Silveria, tapi dia lebih sering dipanggil dengan nama Lilliana Silveria, entah apa sebabnya 'Ella' nama yang merujuk pada ibu Lilli di hilangkan dari namanya setelah sang ibu meninggal karena wabah.

Dia adalah putri ke delapan dari kerajaan demihuman tertua di benua Arborea, kerajaan bersejarah yang sudah berdiri selama ribuan tahun bersama sebuah keluarga kuno dari mistic wolf dengan nama 'Silverion' sebagai pemimpin.

Silverion, itu adalah nama yang di gunakan oleh semua anggota keluarga kerajaan secara turun-temurun, kecuali Lilliana yang di beri nama Silveria. Ada yang bilang jika Silveria adalah nama Original dari keluarga kerjaan, tapi hanya orang-orang tertentu saja yang boleh menggunakanya. Dan untuk Lilliana, alasan kenapa dia di berikan nama tersebut adalah ...

Karena dia adalah orang yang memegang tanda dari tiga dewi cahaya, bukti dari orang yang dilahirkan untuk mati sebagai pemimpin para pahlawan dan mengakhiri kekacauan.

Tapi, meski dia memiliki role yang sangat penting, Ibunya, Ellalia Maris Silverion tetap menentang untuk memberikan Lilli pada pihak kuil. Bahkan di akhir hayatnya dia berpesan pada sang raja...

'Aku melahirkanya dengan harapan dia akan bahagia, jadi aku mohon, apapun yang terjadi tolong lindungi kebahagiaan anak itu.'

Dengan kesedihan tercurah di wajahnya. Melihat itu, sang raja tidak memiliki pilihan selain menerima permintaan tersebut.

Saat itu Lilli masih tidak mengerti dengan role penting yang dia emban, tapi dia tahu jika kehidupanya perlahan mulai berubah. Dia tidak lagi boleh pergi keluar istana, bahkan dia memiliki kamar yang berada jauh dari pusat keramaian.

Meski begitu, dia masih merasa bahagia karena kakak-kakaknya sangat peduli dan menyayanginya.

Meskipun sebenarnya, hal itu hanyalah rasa kasihan yang mereka curahkan...

Hingga pada suatu hari menjelang ulang tahunya yang ke tujuh, sebuah peristiwa besar terjadi...

Pada malam yang lebih sunyi dari biasanya, bayangan hitam mulai menyelimuti kerajaan. Lilli tidak mengetahui apapun, tapi dia mendengar teriakan dari saudara-saudaranya menggema pada lorong gelap.

Penasaran dengan apa yang sedang terjadi, dia pergi untuk memeriksanya. Mengendap-endap dalam kegelapan, Lilliana kecil berjalan pelan menuju asal suara.

Hingga akhirnya dia menemukan pintu besar dari aula utama, dan saat dia membuka pintu besar tersebut...

Dia mendapati pemandangan yang tidak pernah dia duga.

Darah bercecer dimana-mana, saudar-saudara yang yang dia sayangi tergeletak berlumuran darah, dan...

Jauh di tengah aula, seseorang berjubah hitam berdiri sambil menenteng kepala dari ayahnya.

'Tidak... tidak ... tidak ... ayah...hamel... Gareet... Nakh...." Merasakan rasa takut yang tiba-tiba meluap, Lilliana kecil kehilangan kekuatan pada kakinya dan terjatuh.

Lilli tahu kalau dirinya sedang dalam bahaya. Tapi, tidak ada yang bisa dia lakukan, bahkan untuk bergerakpun sangat sulit karena rasa takut yang dia rasakan.

Hingga akhirnya, kesadaranya tiba-tiba runtuh karena tidak bisa lagi menahan beban mental yang dia tanggung, lalu kemudian...

Lilliana terbangun dari mimpinya....

"Mimpi? Ini? kejadian di malam itu?"

Memegangi kepalanya yang terasa berat, dia melihat sekitar. Dia mendapati dirinya berada di sebuah tenda kusam dengan penerangan remang-remang.

"Apa yang terjadi? Dimana Nona Alice dan Nona Theressa?"

Turun dari ranjang Lilli mencoba melihat keluar, dia mendengar seseorang sedang berbicara, tapi dia tidak bisa memahaminya, karena dari dalam tenda suara mereka terdengar samar.

Berjalan terhuyung, Lilliana berpegang pada kain penutup yang di fungsikan sebagai pintu, tapi saat dia membuka kain tersebut....

Pemandangan yang membuat rasa takut dari dalam mimpinya meluap ke dunia nyata, memasuki pandanganya.

"Nona Theressa...."

Itu adalah pemandangan dimana Theressa tergeletak berlumuran darah dengan banyak luka yang terbuka lebar di tubuhnya.

"A-apa yang terjadi....?"

Tapi ada yang jauh lebih membuatnya takut dibandingkan pemandangan berdarah tersebut.

"Ah, apa aku membangunkanmu, Tuan Putri?"

Itu adalah wajah sang Great witch yang membuat senyum manis padanya.

"Tidak....jangan mendekat!"

Dengan suara bergetar, Lilli mencoba menjauhkanya.

"Hagg!"

Tapi gerakan sang Great Witch jauh lebih cepat, bahkan saat dia sadar tangan langsing dari sang penyihir sudah mencengkram lehernya.

"Nona... Asherah..."

"Aku tidak akan menolak jika kau akan membenciku, kau boleh mengutukku sebanyak yang kau mau, tapi aku tetap harus melakukan ini demi mewujudkan keinginanku."

Mengatakan itu lirih, simbol-simbol aneh keluar dari tangan sang penyihir yang mencengkram leher Lilli, perlahan simbol tersebut mulai menyebar pada tubuh Lilli bersama rasa sakit yang menyayat.

"Kyaaaahhh!!! Sakiitt!!!!"

Lilli tidak bisa menahan teriakannya saat merasakan rasa sakit yang terus menyebar pada tubuhnya.

"Maaf, tapi aku harus menyegelmu dengan segel peringkat tertinggi, aku tidak mau apa yang terjadi pada kerajaan Thuringen kembali terulang di sini."

Perlahan, kesadaran Lilli mulai memudar, seolah rasa sakit yang menyebar ke seluruh tubuhnya sudah menggerogoti pikiranya.

"Tidurlah dengan nyenyak, Tuan Putri."

Melihat itu, Asherah berkata dengan lirih, tapi saat sang penyihir melemahkan kewaspadaanya....

"Kau benar-benar lancang, manusia."

Lilli yang harusnya sudah tidak sadarkan diri, kembali bicara. Dan yang lebih buruk...

"Ugh!!!"

Tangan kanan Asherah yang mencengkram leher Lilli mulai membatu dengan cepat. Dan ntuk menghentikan pembatuan yang mulai menguasainya...

"Tidak akan aku biarkan! Aaaghhh... ghaaaa!!"

Asherah memotong lenganya yang mulai membatu dengan sihir yang dia padatkan di tangan kirinya.

Menggunakan sihir es untuk membekukan lukanya yang terus mengucurkan darah, Asherah mundur sambil memandang pada Lilli yang dengan mudah menghancurkan bagian lengannya yang membatu.

"Kau..."

"Untuk manusia sepertimu berani mencoba menghentikan penyelamat dunia, kau benar-benar tidak bisa dimaafkan."

Mengangkat tangan kecilnya Lilli membuat sebuah lingkaran sihir besar di langit.

"Formula sihir ini? Ini bukan sesuatu yang manusia bisa ciptakan!"

"Aku adalah salah satu dari empat Monarch, The Monarch Of Space, The Lord Of The Star, dan namaku adalah..."

Saat Asherah mencoba menahan keterkejutanya, tiba-tiba cahaya di tembakan dari lingkaran sihir di langit pada Lilli. Dan dari pilar cahaya yang menutupi tubuh si gadis kecil, suara menyeramkan berbicara dengan lantang menyebutkan nama sebenarnya dari sang penguasa bintang, dan dia adalah...

"Astrologia!"

Prometheus ChildrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang