Mulai dari chapter ini othor akan bikin jadi per part karena waktu othor buat nulis juga jadi semakin menipis karena kesibukan kerja. Othor minta maaf atas ketidak nyamananya, semoga kalian tetap menikmati cerita ini.***
Kepalaku terasa sangat berat, aku tidak tahu apa yang sudah terjadi, tapi saat ini aku berdiri di sebuah koridor gelap berdinding batu bata besar dengan suasana mirip seperti ruang bawah tanah.
Terpaku pada pemandangan aneh yang tiba-tiba memasuki mataku, aku mencoba mengingat apa yang sudah terjadi sebelumnya.
Ingatan terakhir yang muncul di dalam kepalaku adalah saat dimana aku terjatuh pada lantai batu keras dan mulai kehilangan kesadaranku, tapi aku tidak ingat jika tempat aku pingsan adalah koridor buatan manusia seperti ini.
Aku tidak merasakan rasa sakit dari lenganku yang lebam karena patah, tidak, kesampingkan lebam karena patah, bahkan lenganku sama sekali tidak mengalami luka sedikitpun.
Ini aneh, apa ada orang yang sudah menyelamatkanku dan menyembuhkan luka yang aku alami?
Menanyakan itu, aku memberanikan diriku untuk berjalan menyusuri koridor gelap tersebut. Berjalan melewati jalan satu arah, aku merasakan hawa dingin semakin menusuk kulit.
Melihat kesekitar, apa yang pertama kali memasuki pengelihatanku adalah rantai-rantai besar yang menjulur entah dari mana. Itu adalah rantai aneh berwarna hitam mengkilat yang seolah terbuat dari batu mulia, selain itu aku juga merasakan perasaan tidak menyenangkan dari rantai tersebut; seolah instingku berkata kalau itu adalah benda berbahaya.
Jatuh kedalam lubang bersama daemon yang mencengkram tubuhku, lalu kehilangan kesadaran karena pendarahan yang tidak aku sadari, dan sekarang aku berakhir di tempat seperti ini.
Entah bagaimanapun aku memikirkanya, aku sama sekali tidak bisa mendapat petunjuk dari apa yang sebenarnya sudah terjadi padaku setelah aku pingsan.
Setelah berjalan selama beberapa saat melewati ruangan gelap tersebut, akhirnya aku menemukan ujung dari koridor ini, itu adalah sebuah pintu besar dengan tinggi hampir lima meter, pintu hitam yang terbuat dari logam yang terlihat sangat kokoh. Hanya dengan sekali lihat, aku sadar jika pintu ini adalah benda yang di gunakan untuk mengurung sesuatu yang sangat berbahaya. Tapi makhluk macam apa itu? Melihat lekat pada pintu besar yang berdiri gagah di depanku, aku menanyakan itu sambil menahan rasa takut.
Dan saat itu....
"Ah kau datang lebih cepat dari yang aku kira."
Sebuah suara manis dari seorang gadis bergema dari balik pintu tebal.
"Ini menyebalkan, sepertinya kekuatanku sudah tidak lagi berfungsi dengan baik."
Mendengar suara manis yang berbicara di balik pintu, aku hanya bisa diam dan menunggu apa yang akan terjadi berikutnya.
"Ah maaf, sepertinya aku sudah tidak sopan padamu. Setidaknya aku harus membiarkan tamuku masuk sebelum bicara, benarkan?"
Dan saat itu, pelan tapi pasti pintu besar itu terbuka dengan suara berdecit logam yang bergesekan. Memperlihatkan kegelapan yang berada di sisi sebaliknya.
"Sekarang masuklah."
Meski aku merasa takut dengan apa yang akan terjadi berikutnya, tapi aku memberanikan diri karena tidak ada lagi jalan lain selain pintu yang sudah dibuka di depanku.
Masuk kedalam kegelapan, aku mencari sumber dari suara yang tadi bicara. Dan setelah melemparkan pandanganku kesegala arah, akhirnya aku melihatnya.
"Selamat datang di kamarku, maaf jika tempat ini sedikit kotor."
Duduk pada sebuah kursi batu di tengah ruangan, seorang gadis kecil yang mungkin berumur dua belas atau tiga belas tahun menatapku sambil membuat senyum manis seolah tanpa dosa. Dia mengenakan benda seperti kain lusuh untuk menutupi tubuh mungilnya yang terlihat rapuh, tapi apa yang membuatku terganggu adalah penutup mata dari logam yang menutupi mata kananya; benda itu terlihat dipasang secara permanen dengan cara yang menyakitkan.
"Hmm? Kau tidak suka tempat ini?"
Berbicara seperti seorang anak kecil yang polos, dia melihatku dengan mata lebarnya yang berwarna senja.
"Unn, tidak, bukan seperti itu. Aku hanya tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi."
"Aaahh, aku mengerti. Kau pasti bingung kenapa bisa berada di tempat seperti ini'kan?"
Berbicara sambil menggeser benda seperti balok kayu, gadis itu menjawabku dengan nada yang seolah menunjukan kalu hal seperti ini sudah sering terjadi.
"Kau berbicara seolah sudah banyak orang yang secara tidak sengaja datang kemari?"
"Huh? Benarkah?"
Tapi dia justru memiringkan kepalanya menanggapi pertanyaanku.
"Ah selesai, baiklah silahkan duduk"
Menepuk pada benda mirip balok kayu yang dia posisikan di depan kursi batunya, gadis itu menyuruhku untuk duduk disana. Dan aku hanya bisa mengangguk pelan menanggapinya.
"Baiklah, sekarang aku harus mulai dari mana? Ah aku harus memperkenalkan diriku terlebih dulu."
Mengatakan itu setelah duduk di kursinya, gadis itu tersenyum seolah baru saja mengingat hal yang penting.
Gadis polos yang terlihat bodoh, itu adalah bagaimana cara dia bersikap. Tapi, entah kenapa aku tidak bisa menurunkan kewaspadaanku padanya.
"Namaku adalah Prometheus, Administrator Of Creation, Prometheus."
Dan saat dia menyebutkan namanya, aku kembali merasakan perasaan aneh yang seolah menyelimuti kepalaku.
"Administrator Of Creation?"
Ya, karena itu adalah gelar yang aneh untuk di berikan pada seorang gadis kecil.
"Meski aku terlihat sudah terbiasa, tapi kau adalah orang pertama yang berkunjung kemari."
Masih dengan senyum manisnya dia melanjutkan kata-katanya, tapi....
"Yah, setidaknya untuk seorang mortal, kau adalah yang pertama."
Tapi apa yang dia katakan berikutnya membuatku masuk semakin dalam kedalam kebingungan.
Mortal? Apa maksudnya itu? Kenapa dia terus mengatakan hal-hal yang tidak aku mengerti?
Menahan pertanyaan itu di ujung lidahku, aku menatap gadis itu dengan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prometheus Children
FantasySaat aku mati, aku berharap jika aku akan terlahir kembali menjadi orang yang lebih baik, tapi aku tidak menyangka jika aku akan terlahir kembali di dunia lain. Dan lagi, aku masih memiliki ingatan dari dunia lamaku. Aku mengerti, ini bukanlah kehi...