Epilog(part 4)

1.7K 179 13
                                    

"Nicho!!!"

Mama Alice yang baru saja bangun tiba-tiba memelukku erat dan membenamkan wajahnya di dadaku, Lilli yang sepertinya akan melakukan hal yang sama terlihat menahan dirinya di belakang. Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi pada mereka, tapi melihat warna gelap di kelopak mata Mama Alice dan Lilli, sepertinya mereka sudah memaksakan diri untuk menjagaku.

Baiklah aku memang harus berterimakasih pada mereka, tapi sebelum itu ada hal lain yang harus aku lakukan.

"Kuuuu!! Mama kau menyakitiku!"

Ya, aku harus membuat Mama Alice menyingkir dulu, karena dengan kondisiku saat ini dia justru menyakitiku.

"Nicho, Nicho,Nicho ... Hiks"

Tapi mendengar Mama Alice yang sedang menangis, aku mengurungkan niatku.

"Syukurlah anda bisa kembali sadar Tuan muda."

Mendengar Lilli yang berbicara sambil menghapus air mata di pipinya, aku merasa jika mereka sudah menganggapku tidak akan pernah sadar lagi.

"Kau tahu, kau berbicara seolah aku tidak akan bangun lagi."

Dan aku mengatakan itu untuk memastikannya, tapi....

"Dokter yang mengurus anda berkata kalau anda mengalami kelelahan mental yang parah, kerusakan pada sirkuit sihir, dan juga kehilangan banyak darah. Dan dengan komplikasi yang terjadi ada kemungkinan jika anda tidak akan bangun lagi...."

Menjawabku dengan suara bergetar, Lilli mengepalkan tanganya erat. Sepertinya dia marah padaku, dia menahan dengan sekuat tenaga untuk tidak berteriak. Ah, apa yang harus aku katakan pada saat seperti ini?

Dan saat aku sedang berpikir....

" Tujuh hari, selama itu anda sudah tidak sadarkan diri.... jadi wajar jika perasaan mereka campur aduk."

Suara yang terdengar familiar, itu adalah suara dari satu-satunya maid yang melayani keluarga Silvester; Theressa.

"Huh Theressa?"

"Senang anda sudah bangun Tuan Muda."

"Unn ... terima kasih...."

Tujuh hari huh? Aku tidak menyangka jika aku sudah tidur selama itu. Tapi mengingat tubuhku yang menjadi kaku sepertinya itu benar.

"Untuk Lilli dan mama juga, terima kasih karena telah menjagaku."

Theressa mengangguk lembut padaku, tapi Mama Alice dan Lilli sama sekali tidak bergerak, bahkan Mama Alice yang biasanya selalu tersenyum menyambutku kini hanya diam.

"Sepertinya aku harus minta maaf karena sudah membuat kalian khawatir."

Mengangkat tubuh bagian atasku, aku mencoba untuk duduk, melihat itu Theressa dengan sigap membantu menyusun bantal di belakangku. Tapi, karena Mama Alice yang masih menggelantungkan tangannya di leherku, aku jadi sedikit sulit untuk bergerak. Ah, apa yang harus aku lakukan untuk menenangkannya?

"Anu ... Mama...."

'Bisa lepaskan aku sebentar?' Itu adalah apa yang ingin aku katakan, tapi aku menahananya di ujung lidahku karena pelukan Mama Alice tiba-tiba menjadi semakin erat.

Dia juga marah.

Aku ... aku benar-benar tidak tahu apa yang harus katakan pada Mama. Tapi, melihatnya seperti ini, sepertinya aku mengerti seperti apa perasaan yang dia rasakan.

"Saya kemari hanya untuk mengganti air, jadi saya akan pergi sekarang, jadi saya mohon diri, kau juga Lilli."

Menarik Lilli yang masih berdiri dengan diam, Theressa menunduk dengan anggun.

Prometheus ChildrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang