Emillia Senyor membawaku ke dekat pelabuhan kota akademi. Menggantikan Tuan Sebastian, kini aku yang mendorong kursi rodanya.
"Sangat menyedihkan bukan, seorang pride dari kelas penyihir sekarang tidak berdaya dan harus menggunakan kursi roda."
"Senyor kau tahukan, aku akan kesulitan menjawab jika kau bicara seperti itu."
"Hahaha, maaf, aku hanya ingin menggodamu sedikit."
Menggoda? Tapi menggoda seseorang dengan menyinggung dirinya sendiri saat ini, bukankah itu agak berlebihan? Maksudku, bagaimana aku harus berkomentar dengan keadaanya?
"Jadi senyor, apa yang ingin kau bicarakan denganku?"
Aku penasaran, aku dan dia hanya bertemu sekali, tapi dia tiba-tiba ingin bicara berdua denganku. Entah kenapa hal itu membuatku tidak tenang.
"Ini tentang Gloria."
"Gloria?"
Tentang adiknya? Ah ... Aku merasa jika dia akan melibatkanku pada hal yang tidak-tidak.
"Kalau hanya ingin bicara tentang dirinya, bukankah tidak perlu menyuruh Tuan Sebastian meninggalkan kita berdua?"
"Aku pikir keberadaanya cukup mengintimidasi, jadi aku merasa kalau ada dia, kau akan menahan diri untuk bicara."
Sebenarnya bahkan tanpa dia, mungkin aku juga akan menahan diriku untuk bicara, mengingat orang di depanku adalah sang Vesper Magus; Emillia.
"Jadi apa yang ingin kau tanyakan tentang Gloria?"
"Aku hanya ingin tahu apa benar kau dekat denganya."
"Hmm, aku tidak yakin jika bisa di katakan dekat, dia sering makan di kamarku bersama yang lain. Tapi kalau soal kedekatan, mungkin Lilly jauh lebih dekat dari pada aku."
"Begitukah? Ku kira kalian memiliki hubungan yang jauh lebih dekat, mungkin semacam kekasih?"
Aku ingin tahu dari mana dia mendapat pemikiran itu?
"Bu-bukankah itu terlalu jauh?! Lagi pula dari mana kau mendapat pemikiran semacam itu?!"
"Kau tahu, gadis itu sangat serius. Dia tidak akan mudah dekat dengan seseorang kecuali dia merasa kalau orang itu spesial."
Yah mungkin bagi Gloria, Lilly yang seorang pride adalah orang istimewa yang ingin dia lampaui. Tapi aku, mungkin baginya aku hanyalah orang yang kenal dengannya karena kebetulan memiliki hubungan dengan Lilly. Bisa dibilang, baginya aku hanya orang yang kebetulan ada disana saja.
"Tapi Senyor, kenapa kau begitu khawatir pada Gloria sampai mengajaku bicara empat mata begini?"
"Yah, walau bagaimanapun aku adalah kakaknya, aku harus memastikan bahwa orang yang ada di dekatnya adalah orang baik."
Mengatakan itu, Emillia Senyor memutar kursi rodanya dan menghadap padaku.
"Lalu apa yang akan kau lakukan jika seandainya aku adalah kekasihnya?"
"Aku akan mengutukmu."
Membuat senyum manis, dia mengatakan itu dengan polos.
"Hah...?"
Saat aku masih kebingungan, tangan pucatnya tiba-tiba menunjuk pada selangkanganku, dan masih dengan senyum manisnya dia berkata....
"Benar, aku akan mengutukmu, jika kau menjadi kekasihnya, aku akan membuat adik kecilmu tidak bisa berdiri sampai hari pernikahan kalian, dan jika kau berani membuatnya patah hati, aku akan membuatnya membusuk hingga tidak bisa pulih lagi."
"....?!!"
Dia benar-benar orang yang harus di hindari apapun bayaranya!
Aku tahu dia ingin membuat orang yang menjalin hubungan dengan Gloria menjadi setia, tapi bukankah itu agak ekstrim?!
Dan cara dia mengatakan itu dengan senyum manis membuatku berpikir jika orang ini adalah orang yang harus di jauhi!
"Senyor, bukankah apa yang kau katakan agak berlebihan untuk sebuah candaan?!"
"Huh? Apa aku terlihat seperti bercanda?"
Ternyata dia serius dong!
"Lu-lupakan apa yang aku katakan."
Sepertinya Vesper Magus jauh lebih mengerikan dari yang aku kira.
"Tapi senyor, kau terlihat sangat peduli dengan Gloria, tapi kenapa kau justru mengabaikan perasaanya dan menjadikan dirimu sebagai putri dari keluarga utama?"
Saat aku menanyakan itu, tiba-tiba suasana menjadi hening, untuk beberapa saat Emillia senyor terdiam, seolah dia sedang memikirkan sebuah jawaban.
"Dia sudah menceritakannya padamu?"
"Ya, meski hanya sedikit."
"Begitu, sepertinya kau memang orang yang dia anggap spesial."
Lagi, orang yang spesial dia bilang, lagi pula itu maksudnya apa?
"Tapi Nicho, ini adalah keputusanku, ini adalah cara yang aku pilih untuk melindungi kebebasanya."
"Melindungi kebebasanya, tapi disaat yang sama kau memerangkapnya dalam sebuah kandang yang disebut rasa bersalah?"
Dia kembali terdiam, apa aku sudah bicara terlalu jauh?
"Tapi itu jauh lebih baik daripada harus dimanfaatkan tanpa belas kasihan."
Mengatakan itu, Emillia senyor semakin mempererat genggamanya, seolah dia menahan rasa kesal didalam dirinya.
"Gloria adalah anak yang baik, dia adalah anak yang cerdas dan bersinar. Bahkan jika aku hanyalah anak dari istri kedua, dia masih memperlakukan aku dan ibuku dengan baik sama seperti keluarganya. Dia tidak pernah membedakan orang-orang hanya dari status keluarganya."
Jadi alasan dia menyerahkan dirinya pada keluarga utama adalah murni demi Gloria? Bukan demi keluarganya?
Serius, dua bersaudara ini benar-benar membuatku kesal.
"Karena itu Nico, aku merasa jika orang seperti dirinya harus mendapat lebih banyak kebahagiaan."
"Bahkan jika itu harus mengorbankan kebahagiaanmu sendiri? Bahkan jika itu harus membuatmu menahan banyak rasa sakit?"
"Mau bagaimana lagi kan? Hanya ini yang bisa aku lakukan untuknya."
Lalu apa artinya jika apa yang kau lakukan justru membuat hubungan kalian memburuk?
Menahan pertanyaan itu di ujung lidahku aku menarik nafas panjang sebelum kembali bertanya.
"Senyor, bagaimana jika apa yang kau lakukan justru semakin menyakitinya? Bagaimana jika justru semua sumber rasa sakitnya adalah pilihan yang sudah kau buat?"
"Huh?"
"Dia bilang padaku, jika dia membencimu yang sudah mengorbankan diri demi keluarga, dia bilang padaku jika dia benci keluarganya yang sudah menerima keputusanmu tanpa perlawanan, dan dia ... Dia benci pada dirinya sendiri yang tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikanmu."
Aku tidak tahu jika aku sudah melakukan hal yang benar dengan mengatakan ini, mungkin akan lebih baik jika aku merahasiakan perasaan mereka satu sama lain? Tapi aku sudah terlanjur mengatakannya, apa yang harus aku lakukan sekarang?
Saat itu, aku benar-benar tidak berani menatap wajah Emillia Senyor. Dan saat aku masih dalam kebingunganku, aku kembali merasakan bajuku di tarik.
"Huh Senyor?"
Itu adalah Emilia Senyor yang semakin muram. Saat aku melihatnya, Emillia senyor hanya menunduk, tidak membiarkan aku melihat wajahnya. Tapi dari sana, aku mendengar dia mengatakan sebuah kalimat dengan pelan.
"Lalu... apa yang harus aku lakukan sekarang, Nico?"
Aku tidak bisa menjawabnya.
Seperti halnya Gloria, dia menanyakan sesuatu yang tidak bisa aku jawab.
Arrghh! Serius, aku benci dua bersaudara ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
Prometheus Children
FantasiaSaat aku mati, aku berharap jika aku akan terlahir kembali menjadi orang yang lebih baik, tapi aku tidak menyangka jika aku akan terlahir kembali di dunia lain. Dan lagi, aku masih memiliki ingatan dari dunia lamaku. Aku mengerti, ini bukanlah kehi...