Phrometeus Children 2 chapter 2(part 1): To The Academy

1.2K 126 16
                                    

Lima tahun akhirnya berlalu dengan damai, setelah melewati banyak musim dan kejadian menyenangkan, saat ini aku berusia lima belas tahun. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya kini aku di perbolehkan mengikuti misi kelas C keatas di guild.

Masalah utama di sini adalah, bahkan setelah sekian lama, Theressa masih melarangku secara langsung masuk dalam pertempuran. Ini sudah hampir dua tahun berlalu sejak aku mulai aktif menjalankan misi, tapi aku hanya bertahan pada iron rank.

Setidaknya, kelasku sebagai Scout berhasil naik menjadi Watcher, sayangnya itu bukan kelas dengan peran petarung. Theressa sangat ketat padaku, bahkan untuk memilih kelas aku harus melapor padanya, dan sejauh ini hanya Watcher yang dia setujui. Ah ... setidaknya aku ingin menjadi Rogue seperti Amel.

Saat aku sedang berpikir, sebuah kilatan garis pedang melesat di depanku. Menghindar dengan jarak setipis kertas aku mundur untuk mengambil jarak.

Benar, aku harus fokus, karena saat ini aku sedang bertarung melawan petualang veteran yang di katakan pernah mencapai gold rank, ya dia adalah Tuan Dien.

Beberapa hari yang lalu dia tiba-tiba berkata kalau aku harus bersiap untuk duel kelulusanku. Mungkin karena aku sempat berkata jika sebentar lagi aku akan masuk akademi militer, Tuan Dien memutuskan untuk segera mengujiku.

Memegang dua pedang di kedua tangan, aku menyerbu. Menebas secara horizontal aku mengincar celah pada perutnya, tapi dengan kecepatan luar biasa, Tuan Dien berhasil menepisnya dan secara sistematik mengalirkan tenaga dan seranganku melewati atas kepalanya.

Itu luar biasa, mengingat jarak antara perut dan kepala harusnya gerakan itu hampir tidak mungkin di lakukan. Seperti yang di harapkan dari guru yang aku kagumi.

Tapi seranganku belum berakhir, menggunakan momentum dari seranganku yang dialihkan, aku berputar mengikuti alur dari recoil serangan pertamaku. Menggunakan pedang di tangan kiriku aku memberikan serangan kedua tanpa memberi jeda pada Tuan Dien untuk menyusun kembali posisi bertarungnya.

"Seperti yang aku harapkan dari muridku!"

Tapi sepertinya aku sudah membuat keputusan yang salah.

Croissant, itu adalah tehnik dengan fokus pada pengalihan kekuatan dan perusakan kuda-kuda musuh sebelum melancarkan serangan utama. Bisa di bilang, dari pada tehnik untuk bertarung akan lebih tepat di katakan jika ini adalah tehnik untuk membunuh.

Berbeda dengan tehnik standar ksatria kerajaan; Equites yang berfokus pada serangan langsung, Croisant lebih bertujuan untuk menghindari kontak langsung. Dengan kata lain dari pada saling beradu serangan, Croisant lebih berfokus untuk menghindari dan mengalihkan arah serangan.

Dan dengan posisiku saat ini, sepertinya aku sudah masuk dalam jebakan Tuan Dien. Benar, sejak awal apa yang dia incar bukanlah titik vitalku, tapi jauh lebih sederhana dari itu.

"Ingat baik-baik Tuan Muda, nyawa seorang pengguna pedang adalah tehnik melangkahnya, jangan hanya berfokus pada lawan, tapi kau juga harus memperhatikan langkahmu."

Mengatakan itu, Tuan Dien menyerang kakiku dengan pedangnya, jika ini adalah pertarungan sungguhan aku pasti sudah tamat.

Aku terlempar keudara, bukan hanya dampak serangan Tuan Dien, bahkan recoil dari seranganku juga membuatku berputar di udara semakin cepat dan menghalangiku untuk mengatur posisi jatuhku. Di saat berikutnya aku merasakan benturan sangat keras di seluruh tubuhku, aku sudah terhempas ke tanah dengan sangat menyedihkan.

"Tidak mungkin, bahkan dengan tehnik originalku sepertinya masih tidak mungkin."

Awalnya aku berencana untuk menang telak, aku sudah membuat tehnik original Omni Wealding untuk saat seperti ini, tapi sepertinya persiapan yang aku usahakan sekeras tenaga pun masih belum bisa menyentuh Tuan Dien. Dan kini, aku dengan sangat menyedihkan terkapar di tanah sambil melambaikan tangan tanda menyerah.

Prometheus ChildrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang