Phrometeus Children 2 Chapter 3 (part 1): The Mysterious Golden Girl

1.1K 125 43
                                    

Akhirnya pagi menjelang, perlahan tapi pasti cahaya matahari membuat suasana di ruangan ini menjadi hangat, benar-benar pagi yang menyegarkan.

Harusnya begitu, tapi saat ini aku merasa tubuhku benar- benar lemas. Aku hampir tidak tidur semalaman.

Di sampingku bunyi 'shuu shuu ' pelan terdengar lembut. Itu adalah suara nafas Lilli yang tertidur pulas. Ya, semalaman kami tidur bersama, dan sepertinya hanya aku yang merasa gugup di sini.

"Mnn, Tuan Nicho...."

"!!!!"

Bergumam pelan, Lilli melingkarkan tanganya di leherku, semakin erat memelukku, membuatku semakin sadar dengan benda lembut yang menekan pundakku.

Hal seperti ini terus terulang semalaman, Lilli dengan santainya tidur pulas dan mebiarkanku merasakan tubuhnya yang lembut. Dan aku, setiap kali aku merasakan kelembutan yang menekan tubuhku, aku merasa kesadaranku bergetar, membuatku hampir terus terjaga sepanjang malam.

"Aku sudah tidak kuat lagi!"

Merasa mentalku sudah mencapai batas, aku mengangkat tubuhku dengan hati-hati agar tidak membangunkan Lilli, turun dari ranjang, aku mengendap-endap keluar dari kamar.

Aku dan Lilli sudah sering tidur bersama, tapi itu lima tahun lalu. Dengan perkembangan tubuhnya saat ini aku tidak mungkin bisa bersikap normal seperti saat kami masih kecil. Aku ingin tahu apa yang akan dia lakukan padaku jika dia tahu apa yang aku bayangkan tentangnya saat ini.

Haahh, memikirkan hal yang tidak senonoh pada orang yang sudah aku anggap adikku sendiri, aku memang yang terburuk.

Menghela nafas panjang, aku menuruni tangga menuju lantai dasar.

"Ooh selamat pagi tuan, anda bangun pagi sekali."

Seorang pria paruh baya dengan badan kekar menyambutku, dia adalah pemilik penginapan ini.

"Selamat pagi paman."

Membalasnya dengan lemas aku menghampirinya.

"Sarapan akan siap dua jam lagi, anda ingin di bawakan kekamar atau...."

"Tidak perlu, aku akan makan dengan yang lain."

Lagi pula aku ingin mendengar percakapan para pedagang di sini, siapa tahu aku bisa mendapat informasi yang berguna.

"Baiklah kalau begitu."

"Ah, bisa aku meminjam pedang kayu yang ada di sana?"

"Unn tentu, tapi apa yang akan anda lakukan dengan itu?"

"Berlatih."

Mengambil pedang kayu yang ada di dinding, aku mencoba mengayunkannya. Terlalu ringan, tapi sepertinya tidak masalah.

"Tuan, saya sarankan anda pergi ke timur, di sana ada padang rumput dengan pemandangan indah."

"Oohh, itu menarik, baiklah aku akan kesana. Terima kasih untuk pedangnya."

Setelah berterima kasih, aku segera keluar dari penginapan, meninggalkan paman pemilik penginapan yang melambaikan tanganya.

Mengikuti arahan paman pemilik penginapan aku berlari untuk pemanasan mengikuti jalanan berdebu kearah timur. Dan seperti yang dia katakan, setelah hampir dua puluh menit berlari, sebuah padang rumput luas menyambut pemandanganku.

Tidak, dari pada di sebut padang rumput, akan lebih tepat jika disebut padang bunga. Semakin mendekat, aku semakin sadar jika padang bunga ini memiliki luas yang luar biasa. Warna-warni dari bunga liar yang tumbuh di sana juga bervariasi, memberikan perasaan nyaman pada siapapun yang melihatnya.

Prometheus ChildrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang