Hati cambuk, adalah teknik pedang yang blossom ajarkan kepada Thea, dan ini memiliki tiga bagian tahapan.
Tahapan pertama adalah,
[Root slash]. Dimana kamu hanya terus mengayunkan pedangmu kemana-mana sampai bisa merespon keadaan luar dalam sekejap mata.Tahapan kedua adalah [Autumn leaves]. Disini Thea akan belajar caranya mengendalikan tubuhnya secara optimal.
Dan tahapan terkahir, sekaligus inti pergerakan adalah [Fallen blossom]. Dimana Thea akan belajar caranya bergerak secepat kilat.
Mungkin semua teknik itu bisa dibilang sangat sederhana. Namun dalam prakteknya, itu tidaklah mudah.
"Tetaplah fokus, dan terus ayunkan senjatamu melawan derasnya air terjun. Hari ini kita hanya menguji batas kalian."
"Kenapa aku juga harus ikut!?!
Ini sangat dingin!"Di bawah air terjun besar yang membentuk pelangi samar-samar di sekelilingnya. Terdapat sosok Bella dan Thea yang lagi sedang mengayunkan senjatanya tanpa henti di bawah air terjun.
Thea masih terus mengenakan armor miliknya, dan mengayunkan pedang dengan sangat monoton. Setiap ayunan miliknya tidak pernah melambat sama sekali.
Sedangkan untuk Bella. Dia memegang sebuah belati kayu di tangannya, dan berusaha untuk setidaknya berusaha berdiri, akibat ditindas air terjun yang sangat berat.
"B-Bahuku terasa akan patah!"
Mengucapkan kata-kata terkahir yang dia miliki. Bella berlutut, dan langsung hilang tenggelam kedalam sungai yang dalam.
"Sepertinya hanya ini batas manusia."
Memiliki bayangan panjang dan besar menggeliat di bawah air sungai yang dalam. Sebuah akar tanaman coklat keluar dari sana, dan menyeret kembali Bella yang semulanya tenggelam ke dasar sungai.
"Uhuk! Uhuk!"
Melihat Bella seperti orang yang sekarang dan terus mengeluarkan air dari dalam mulutnya. Blossom tersenyum, dan menggelengkan kepalanya tidak berdaya.
Sekarang, hanya tersisa Thea sendirian saja disana.
"Teh graswern dari pucuk matahari terbit. bagus untuk memulihkan stamina, dan mana sihir yang habis. Silahkan diminum."
"Terima... Kasih..."
Melihat bahwa Bella bahkan tidak bisa menerima teh pemberian Amary dengan tangan gemetaran. Aertal menggelengkan kepalanya tidak berdaya.
_____
"Teknik kedua adalah [Autumn leaves]. Teknik ini mengharuskanmu memiliki tubuh yang bugar dan juga bagus. Namun melihat tubuhmu, aku rasa itu sudah cukup."
Di siang hari, setelah Thea menyelesaikan latihannya di bawah air terjun. Dia langsung dibawa blossom ke bawah gunung, dan dia berdiri menghadap tangga yang sangat panjang.
Kali ini Bella tidak mengikutinya sama sekali. Dia bahkan tidak memiliki tenaga untuk berdiri setelah beristirahat sekian lamanya.
"Pengajaranku sangat sederhana. Kamu hanya boleh menaiki tangga ini satu per satu, dan tidak bisa melewati anak tangga satu kali pun."
Ketika Thea berjalan satu langkah. Dia tiba-tiba terpental ke belakang dengan sangat cepat!
"Ah, ah, ingat. Injak anak tangganya satu demi satu."
"Hm."
Menganggukkan kepalanya dengan penuh pengertian. Thea bangkit dari tempat dia berbaring, dan mulai mencobanya sekali lagi.
"Bang!"
"Apakah kau berjalan dengan kecepatan siput seperti itu? Berlari!"
"Bang!"
"Kamu tidak fokus! Kamu melewati satu anak tangga. Ulangi dari awal sekali lagi."
"Bang!"
"Kau sengaja salah agar bisa melihat apa yang menyerangmu bukan? Kembali fokus ke latihan!"
Kali ini, Thea lebih bebal daripada latihan di air terjun. Ditambah dengan Thea banyak melakukan kesalahan, membuat blossom tersenyum tidak berdaya.
"Dua latihan ini akan kamu lakukan pagi sampai sore. Malam akan menjadi waktu istirahatmu. Bagaimanapun kamu tahu urusanmu sendiri. Aku tidak akan mengajarkanmu yang lain sebelum latihan ini selesai."
Thea membungkuk badannya:
"Terima kasih, guru."
Blossom tertawa mendengar hal ini: "Darimana kamu mempelajari etiket seperti itu. Jangan terlalu kaku. Panggil aku blossom saja."
Melihat bahwa blossom mundur, dan duduk di bawah pohon tebal yang baru saja tumbuh dari tanah. Thea mengalihkan pandangannya, dan fokus ke latihan.
"BANG!"
"...."
Thea masih memiliki banyak waktu untuk berlatih.
_____
Di akademi penyihir ascard.
Terdapat gerbong putih dengan embel-embel darah emas, terparkir di lapangan luas. Namun bagi para murid penyihir yang melewatinya, mereka tidak bisa melihat apapun disana.
Henalasa terus berjalan di lorong-lorong tangga yang panjang, dan melihat banyak rak-rak buku berterbangan di sekitarnya.
"Halo Harldy, lama tidak bertemu. Bagaimana harimu? Apakah ada yang menyenangkan?"
Suara membalikkan buku terdengar dari seluruh penjuru rak-rak buku yang berterbangan. Dan suara hardly terdengar dari segala sisi tiap sudut menara.
"Aku sekarang sangat senang! Bagaimana denganmu? Apakah kamu juga senang... Seperti diriku? Ow! Kamu pasti juga senang!"
Terus mengulangi perkataan yang sama terus menerus sampai suaranya menjadi statis. Buku-buku yang berterbangan di udara juga mulai mengeluarkan cahaya, dan hal ini membuat helenasa mengerutkan keningnya.
"Tenangkan emosimu hardly. Aku tidak menginginkan teman baikku mati dengan cara bunuh diri."
Dengan suara Lujin yang sudah agak tua muncul di dalam aula. Buku-buku sihir yang akan mengeluarkan mantra berhenti, dan kembali masuk kembali kedalam rak buku mereka dengan sangat rapi.
"Kamu tahu bahwa seorang penyihir tidak akan pernah terkalahkan ketika dia berada di dalam menaranya sendiri. Katakan kepadaku, apa alasan keberanianmu itu muridku yang pertama?"
Melihat dan mendengar suara Lujin masih bergema di udara, namun sosoknya belum juga muncul. Helenasa tersenyum tipis.
"Rumor bahwa tubuhmu sudah menua ternyata cukup benar. Aku disini ada beberapa oleh-oleh untukmu. Apakah kamu merasa senang?"
"Jika hadiah yang kamu maksud adalah [ancient blood] yang kamu ciptakan dari makhluk [great one], maka itu sangat tidak sopan."
"Karena sudah terlanjur tidak sopan, maka aku akan bertanya secara langsung. Bisakah kamu menyerah token sanctuary kepadaku?"
Kali ini bukan hanya buku di dalam rak buku bersinar dengan terang. Bahkan dinding-dindingnya juga ikut berkilau!
"Aku rasa menukarkan hidupku yang sudah lapuk ini dengan hidup mudamu adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Apakah ada kata-kata terkahir?"
"Tentu, mau buat beberapa kesepakatan?"
"Katakan."
Mendengar bahwa percakapan basa basi mereka akhirnya habis. Helenasa akhirnya tersenyum.
"Mari kita buat perdagangan."
"Untuk nyawa muridmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Minecraft System in a Disruption World
FanfictionDia hanya ingin hidup dengan damai. Menginginkan sebuah rumah yang dapat membiarkan dia berisitirahat. Melihat kebelakang, Semua memanggilnya sebagai.... Raja kesepian.