Bab 28#InterogasiRaffi

6.4K 189 12
                                    

Aku melihat dengan tatapan kosong makanan yang tersaji di depanku.rasa lapar hilang begitu saja sejak tadi melihat pengirim pesan ke ponselku. selesai nonton bioskop tadi, raffi mengajak kami ke kafe tempat ia berkumpul bersama teman-temannya seperti bagas, haikal, bobi, rendy dan lainnya.

Ada rasa takut kalau saja raffi salah paham dengan javier karna pesan itu, walaupun aku belum tau isi pesan itu apa.sedari tadi aku tidak berani membuka ponselku, baru saja aku membuka tas, sorot mata raffi langsung melirik ke arahku seakan ia ingin tahu aku ingin apa.otoriter bukan? Ya itu-lah raffi dan caranya untuk menunjukkan perasaannya.

Kalau aku jujur dengan raffi tentang javier aku yakin kecemburuan raffi makin memuncak bisa-bisa dia melarangku bekerja.tapi, apa hak dia ya? Saat ini saja statusku masih menggantung, sering kali ia bilang aku calon istrinya.tapi sampai sekarang belum ada kata resmi-nya untuk melamarku.jadi, dia hanya kekasihku kan?!?

Kalau aku tidak jujur, aku pasti salah karna ia mengira aku menutupinya.baiklah mungkin aku akan cerita tapi nggak sekarang mungkin.belum tepat waktunya karna mood kami sama-sama sedang tidak baik.yang ada kami malah bertengkar karna saling emosi.

"Ndre, lo murung banget sih?" Jenny menyikutku.

Yaa... jenny menyusul kami ke kafe, karna ini malam weekend dan kebetulan sekali kita semua bisa kumpul.

Aku menggelengkan kepalaku "nggak pa-pa jen.tenang aja ya" sebenarnya ingin sekali aku bercerita kepada jenny masalah jav tapi aku takut raffi tiba-tiba datang.

Saat ini raffi sedang menemui teman-temannya yang sedang asik berbincang-bincang.di kafe ini life musik setiap malam weekend jadi semakin malam sepertinya semakin ramai.life musiknya itu biasanya dari band-band indi musik pop, jazz ada juga yang rock.katanya sih, karna baru sekali ini aku kesini jadi aku baru tahu tadi dari bagas.

"Ndre... ndre... liat tuh sih devil dateng" suara ina menyadarkanku dari lamunan.

Jenny dan martin melihatku geleng-geleng karna sedari tadi aku hanya diam dan melamun.

Aku melihat ke depan, benar saja itu dara sedang berjalan menghampiri para lelaki yang sedang berkumpul.senyumnya merekah ke arah raffi, mungkin ia belum menyadari keberadaanku disini dan tampaknya kejadian terakhir di club saat itu tidak ada artinya buat dara.

"Eh, lo liat tuh cewek gatel banget ihh najis udah pake baju kurang bahan lagi ndre.nggak ada baju lain apa ya, gue sumbang deh kain nenek gue banyak tuh kalo dia nggak mampu beli bahan" martin berucap ketus ke arah dara.

Raffi melirikku sekilas, mataku sempat bertemu tapi aku langsung menunduk seakan tidak melihat.

"Lo nggak samperin ndre? Liat tuh ganjen banget tuh cewek sama raffi" cerca jenny.

"Nggak, buat apa gue samper.toh raffi aja biasa aja" jawabku santai.

Jenny menempelkan punggung tangannya ke dahiku "nggak panas, apa lo salah minum obat ndre?".

Aku menghelakan nafasku pelan "gue nggak sakit jenny, gue lagi males berdebat mending kita makan yuk jangan liat pemandangan di depan anggap aja mereka patung" ucapku ketus ke mereka.

"Iya udah makan deh yuk" jawab martin dan kami-pun makan bersama.

Meskipun rasanya males untuk sekedar mengunyah makanan ini, hanya saja aku menyibukkan diri agar tidak melihat dan ingin tahu apa yang terjadi di meja yang di duduki raffi dan teman-temannya itu karna kedatangan dara.

Sesekali aku sadar raffi melirikku, tapi aku acuhkan.aku berusaha tenang dan tidak cemburu.

Tiba-tiba suasana hening, celotehan martin dan candaan jenny tidak terdengar lagi.

Cinta Tulus untuk AndreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang