BAB 43#

14.3K 183 17
                                    

Sudah dua hari semenjak kejadian pernyataan raffi tentang kemandulanku di ruang kerjanya saat itu, sampai saat ini aku belum tegur sapa dengannya.

Ia pernah mencoba membujukku, walau di lihat dari caranya sedikit memaksa.aku yakin, saat ini ia membenciku dan jijik kepadaku.

Kalau memang dia menerimaku, kenapa dia tidak terus berusaha merayuku untuk mempercayaiku bahwa ia terima semua ini.

Apa dia fikir aku terima? Sampai saat ini pun aku belum menerima.tapi apa aku bisa merubah takdir? Tidak kan.

Walau ia memperlakukanku dengan berbeda, tapi aku tetap menjalani kewajibanku sebagai istri.menyiapkan perlengkapan kerjanya dan memasakkan ia sarapan ataupun makan malam kalau kami pulang cepat.

Sekarang raffi sedang memakai baju kantornya, aku menunggunya karna ingin mengajaknya sarapan.

Setelah melihat raffi, aku bangkit dari sofa kamar kami "kamu udah siap?" Ia diam tidak menjawabku.

Nyeri rasanya di perlakukan seperti ini.tapi aku yakin, ini bukan kemauan raffi.aku yakin, ia sangat mencintaiku.ia raffi yang aku kenal pertama.

"Kita sarapan dulu ya"

"Hhmm..."

Walah hanya dengan jawaban singkatnya, tapi aku bersyukur ia masih mau menjawab pertanyaanku.

Aku sangat sadar, aku wanita yang tidak pantas ia puja.aku bukan wanita yang berguna untuknya.aku wanita yang nggak memiliki kesempurnaan seperti wanita lain yang bisa memiliki keturunan.

Airmata kembali menetes ke pipiku.raffi yang biasanya tidak tega melihatku menangis, tapi saat ini ia hanya bisa menghelakan nafas beratnya lalu melengos pergi meninggalkanku.

Itu yang ia perlakukan kepadaku dua hari belakangan ini.

Aku menyusulnya menuju pantry.setiap pagi memang aku yang membuatkan sarapan.sedangkan bi sumi, asisten rumah tangga disini hanya menyediakan makan siang atau malam jika aku sudah letih pulang bekerja.

Di meja makan sudah ada tasya yang belakangan ini selalu pulang ke rumah.dia sempat melihatku menangis dan dia sudah mengetahui tentangku sekarang.

Tapi aku bersyukur, tasya tidak mendiamiku dan membenciku.ia malah yakin kalau aku bisa memberikan keturunan dan bilang bahwa dokter itu salah.

"Kak an, makan yang banyak"

Aku tersenyum ke arah tasya "iya sya, kamu juga" miris rasanya tidak di perhatikan suami.

Baru sebulan menikah, kenapa aku di berikan cobaan berat seperti ini.

Tiba-tiba aku merasakan mual di perutku.rasanya makanan ini tidak enak.padahal aku sendiri yang membuatnya.

Aku menutup mulutku lalu berlari ke westafel dekat toilet pantry "hhuweeek..." hanya keluar air dan sedikit nasi yang baru sesuap aku makan.

Belakangan ini aku kurang tidur dan hanya bisa menangis.mungkin aku masuk angin dan kecapean.

Tasya menghampiriku dan memijat tengkukku "kak an, nggak pa-pa?" Tanya tasya khawatir.

Kenapa tasya yang mengkhawatirkanku, lihat saja raffi cuek hanya melihatku sekilas.

"Nggak pa-pa sya, kayaknya aku masuk angin"

Aku memegang perutku.kenapa keram begini ya perutku, sakit sekali.oh iya, sepertinya aku mau haid karna sudah tanggalnya.

Tasya menuntunku kembali duduk dan mengambilkanku segelas air putih.aku-pun menerima pemberiannya "makasih sya" ucapku menahan kesesakan yang ku rasakan.

Cinta Tulus untuk AndreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang