BAB 46#

12K 198 11
                                    

POV ANDREA

Harapan tinggal harapan, tapi kenyataan tidak seperti yang ku harapkan.semua wanita pasti mengharapkan rumah tangga harmonis dan bahagia.begitu pula denganku.

Semua sudah terjadi, ucapan dan tindakan bodohku tidak bisa ku tarik.aku menjadi egois saat ini karna memikirkan emosiku untuk mengajukan surat cerai kepada raffi.aku tidak memikirkan fikiran lain dan masa depan anakku nanti.

Ia pasti menanyakan ayah-nya, hal itu yang membuatku sangat sedih.aku tidak ingin anakku nanti di bully atau di hina oleh teman-temannya karna tidak memiliki ayah.

Tapi, aku juga butuh waktu, fikiran untuk menenangkan fikiranku dari masalah ini.

"Kamu yakin andrea?" Ayah kak jav menggantikan posisi kak jav untuk sementara ini sampai kak jav di bawa ke negara kelahirannya.

Aku mengangguk mantap "iya om, maaf... iya ayah aku yakin" om dan tante menyuruhku untuk memanggilnya ayah dan bunda.sejak kecil aku sudah terbiasa dengan memanggil sebutan itu.

Bunda merangkul bahuku "kamu sudah seperti anak bunda sendiri, ikutlah bersama kami supaya tidak ada yang mengkhawatirkanmu selama perjalanan" tawar bunda yang sudah beberapa kali.

"Akan ku fikirkan bunda, tapi aku mohon jangan bilang ini semua ke mama.andrea tidak tega melihat mama sedih" mataku mulai berkaca-kaca.

Bunda memelukku "iya sayang, bunda akan rahasiakan semua ini" aku membalas pelukkannya.

"Terima kasih bunda" ia tersenyum dan mengelus puncak kepalaku.

Setelah berbincang kecil sambil mengajukan surat permohonan resign-ku, aku pamit kepada mereka menuju meja kerjaku.

Beruntunglah aku, ayah dan bunda tidak menuntutku masalah finalti.walaupun memang mustahil mereka akan meminta bayaran finalti itu.

Jenny melihatku dengan tatapan menyelidik.ia menghampiriku dengan raut wajah yang sulit ku tebak.

"Ndre, percayalah raffi tidak sejahat yang lo fikir"

"Kenapa lo nggak kasih kesempatan untuk dia ndre.fikirkan bayi lo, dia membutuhkan sosok ayah"

Aku terdiam, air mataku meniti setelah kalimat terakhir jenny.

"Gue tau, tapi apa bisa gue cabut ucapan gue jen? Dan gue juga butuh tenang.gue capek denger kata maaf dari dia yang selalu di ulang lagi" aku menutup wajahku dengan kedua tanganku.

Jenny mengusap punggungku "gue akan slalu di samping lo, jadi tenang jangan nangis terus ndre.please" pintanya sedikit memohon.

Aku tahu, jenny paling tidak suka melihatku menangis.

"Oh ya, gimana ya minggu depan gue nggak bisa hadirin lamaran ina dan bagas jen" ucapku mengalihkan pembicaraan.

Bagas dengan cepat akan melamar ina secara resmi minggu depan dan aku otomatis tidak bisa menghadirinya.karna lusa aku sudah berangkat meninggalkan mereka semua untuk sementara.

Ya, semoga untuk sementara tidak selamanya.

"Ina pasti ngerti kok"

"Haikal sama indah katanya juga nyusul jen, tapi lagi di rundingin juga tanggalnya"

Jenny terkesiap.

"Serius lo?"

Aku mengangguk "kenapa emangnya?"

Jenny mendesah pelan "gue doang dong yang jones" aku terkekeh mendengar ucapan lirihnya.

"Makanya cari cewek sana" ucapku sambil menepuk bahunya.

Cinta Tulus untuk AndreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang