Hanya butuh waktu 30 menit kami sudah sampai di villa tujuan.rasanya aku malas sekali,tidak semangat untuk melanjutkan liburan disini,pengen kabur juga percuma udah bangkotan begini pasti keliatan.aarrghhh... frustasi banget diriku semenjak tadi ngeliat sih devil itu gayanya murahan banget sih kaya cabe-cabean jaman sekarang.ciiuuhhh... banget.
Aku,indah dan ina satu kamar yang berada di lantai dua villa ini,sebelah kamar kami ada kamar raffi,haikal dan martin dan di sebelahnya lagi kamar dara sih devil itu sama sih bobi.ehh... tapi tar dulu dia satu kamar sama bobi... gilaa banget tuh orang keliatan bangeet ????? Dasar cemur banget alias cewek murahan.ko aku jadi jahat gini sih mulutnya, nih... juga gara-gara sih devil itu.dan satu kamarnya lagi di tempati oleh rendy,bagas dan yudi teman raffi.
Di lantai dua ini hanya ada 4 kamar dan lainnya ada di lantai bawah.yahh... disini hanya ada perempuan normal 3,aku,indah,ina dan sih devil itu satu wanita nggak normal yang kegatelannya amit-amit.kalau di hitung sih kami ada 5 mobil karna banyak yang tidak ikut.kebanyakan kaum adam semua secara kafe yang di tongkrongin raffi itu kebanyakan anak-anak band.
Indah menyadarkanku dari lamunanku tadi... usil aja deh indah.
"Lo kenapa sih muka kaya belom di setrika gitu" tanya indah yang mengagetkanku dari lamunanku.
"Bisa nggak sih lo kalo ngomong nggak usah ngagetin gitu, kalo gue jantungan tar gue tuker jantung lo buat gue" ucapku melotot ke indah yang membuat indah tertawa, ina yang mendengar juga ikut menertawai.nih... orang pada seneng banget sih.
"Eh cong... itu nenek lampir ada,lo nggak bilang-bilang sihh" tanyaku sambil menyenggol pinggul indah.
"Mana gue tau tuh cabe ikut..." jawab indah ketus.
"Siapa sih yang kalian maksud" tanya ina penasaran menghampiri aku dan indah.
"Disini cewek cuma 4 jadi lo tau donk siapa yang gue maksud" jawabku sambil menyubit pipi ina.
"Ohhh...." sahutnya ina. "Itu yang buat muka lo kusut dari tadi ndre, nggak level sama lo kali, gue kalo jadi cowok juga nggak bakal nafsu ngeliatnya aja udah enek ngeglendot sama cowok depan umum" ucap ina yang membuatku tertawa renyah.
"Bahasa lo kaya bahasa purba aja ngeglendot.. hahahaha" kini sontak kita bertiga tertawa.
Setelah merapihkan barang-barang bawaan kami, kami bertiga keluar kamar karena malam ini juga ada acara api unggun dan barbeque di teras belakang villa yang bersebelahan dengan kolam renang.villa ini sangat mewah dan indah sekali pemandangannya.aku sampai takjub melihat pemandangan sekitar villa ini.
Aku memilih hotpant levis dan kaos blouse yang bergambar bendera amerika.rambut panjangku aku biarkan tergerai.setelah kami sampai di halaman belakang ternyata sudah banyak yang berkumpul disini dan manusia menyebalkan itu juga sudah cengar cengir dengan cowok-cowok.mata mereka tertuju ke arah kami, ada yang melongo,ada yang mulutnya mangap sampai ada yang menelan ludah sambil melotot.nggak ngerti mereka kenapa.aku nyolek-nyolek indah dan ina menanyakan kenapa mereka melihat seperti itu.apa ada yang salah... perasaan aku normal-normal aja.indah dan ina-pun mengangkat bahunya bahwa dia-pun tidak tau.
Aku melihat sosok raffi yang sedang melotot ke arahku dan tatapan yang sulit di tebak.tambah heran lagi kenapa sih.... aku menghampiri raffi yang sedang duduk dengan martin,haikal,rendy dan bagas dan yang lainnya terpencar ada yang duduk dekat dengan si dara dan bobi.tiba-tiba raffi berdiri memegang tanganku dan membawaku masuk kedalam villa.aneh mau ngapain bawa aku masuk ke villa lagi.jangan-jangan... aduuh... ndre hapus fikiran kotormu!!!!
"Harus ya aku ingetin kamu setiap hari" ucap raffi sambil memegang pinggulku untuk mendekat dengan badannya.
Aku mengernyitkan dahi bingung apa maksudnya."apa sih beb maksudnya, aku nggak ngerti" jawabku sambil ku rangkul tanganku di leher raffi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tulus untuk Andrea
RomanceAndrea yang sangat sulit jatuh cinta karna ketakutannya sangat besar untuk mencintai seorang pria.dia sangat takut jatuh cinta karna dia takut patah hati, dia menginginkan cinta tulus untuknya tanpa patah hati.tapi takdir berkata lain, untuk mendapa...