Ji Na berdiri di hadapan pintu kayu berwarna cokelat tua yang menyembunyikan sebuah kamar paling besar di apartemen ini. Sambil memeluk bantalnya erat-erat, Ji Na bersiap untuk memilih dengan siapa ia akan tidur malam ini. Oh, ya, hujannya jadi turun. Petirnya juga cukup keras dengan intensitas sedang. Jadi, adik bontot ini akan memilih untuk tidur bersama salah satu dari kakak laki-lakinya dibanding harus menghadapi ketakutannya sendirian.
Tapi yang jelas, ia tidak akan memilih untuk tidur dengan kakak pertamanya. Hwang Chan Sung. Ough! Ji Na sudah cukup jengkel karena Chan Sung pasti telah melaporkan rencananya dengan Jae Hyun pada Ibunya. Ia akan memasuki kamar paling besar itu dan mengomel pada kakaknya.
Kenop pintu kamar Chan Sung berhasil Ji Na buka. Wanita itu memasuki kamar utama yang didominasi oleh warna biru tua di setiap sisi ruangannya. Ada banyak buku yang berjajar pada rak-rak milik Chan Sung. Di sampingnya terdapat meja kerjanya, lengkap dengan tumpukkan kasus yang harus ia hadapi bersama dengan laptopnya yang hampir selalu menyala seharian.
Kakak pertama Ji Na adalah seorang jaksa dari sebuah pengadilan negeri di Seoul. Sosok yang begitu tegas dan tak banyak bicara. Chan Sung adalah kakak paling overprotective di urutan pertama di bandingkan yang lainnya. Seperti yang Ji Na keluhkan pada Ibunya tadi. Jika memungkinkan, Chan Sung mungkin bisa mengikuti setiap aktivitas Ji Na selama seharian penuh. Untungnya, kesibukan pria itu sebagai jaksa tidak membuatnya memiliki waktu untuk mengekori Ji Na.
CKLEK.
Suara pintu yang dibuka dan ditutup kembali itu berasal dari kamar mandinya. Chan Sung keluar dengan satu bundle kertas berisi kasus kriminal yang harus ia selesaikan. Pria ambisius itu tak pernah meninggalkan kertas-kertas kasusnya sedetik pun. Bahkan untuk sekedar ke kamar mandi.
"Oh?" Chan Sung menyadari keberadaan adiknya yang berdiri di samping tempat tidurnya. "Malam ini tidak bisa tidur denganku. Besok ada sidang pagi-pagi sekali, oke?" tutup Chan Sung dengan ciuman ringan di puncak kepala Ji Na.
"Aku memang tidak mau tidur denganmu," Ji Na mengerengut sebal.
Merasakan hawa dingin dari sikap merajuk adiknya, Chan Sung pun memilih untuk meletakkan tumpukkan kertasnya sejenak ke atas nakas.
"Lalu, ada apa? Kau marah padaku?" Ia mengambil posisi duduk di tepi tempat tidur, persisnya di hadapan adiknya yang tengah berdiri dengan tegas ke arahnya.
Ji Na mengangukkan kepala.
Chan Sung mengernyitkan dahi. Bingung.
"Oppa yang mengatakan pada Nenek kalau aku akan pergi dengan Jae Hyun ke Busan, kan?" tuduh Ji Na langsung.
"Ah, masalah itu," Chan Sung mengacak-acak rambutnya sejenak, "iya. Aku yang bilang."
"Ah~ Bukannya Oppa sudah setuju tentang rencana itu? Oppa sendiri yang mengatakannya pada Jae Hyun waktu itu kalau aku boleh pergi ke Busan dengannya," Ji Na merengek dengan bibir mengerucut.
"Aku mana tau kalau kau akan pergi ke Busan saat libur musim panas," jawab Chan Sung seadanya.
"Aku mengatakannya."
"Aku lupa. Oke?"
"Lalu bagaimana? Oppa tanggung jawab!"
"Oke begini saja," Chan Sung meraih tangan Ji Na dan menatap lembut kedua pasang mata adiknya, "Min Hyun sudah atur jadwal dengan pihak rumah sakit untuk ambil cuti. Dia tidak mungkin bisa diajak kompromi. Minta pada Johnny untuk menunggumu agar kalian bisa berangkat ke Berlin bersama. Kau tetap bisa pergi ke Busan dengan Jae Hyun, dan kau juga bisa tetap pulang ke Berlin bersama Johnny. Setuju?"
Senyum Ji Na merekah. "Setuju! Ah! Kenapa tidak terpikirkan tadi," wanita itu lantas memandang Chan Sung bahagia. "Kecerdasanmu benar-benar tidak bisa diragukan, ya, Oppa. Thank You! hehehe..."
Satu ciuman ringan mendarat di punggung tangan Ji Na yang ada dalam genggaman Chan Sung. "Sekarang tidurlah," tutup Chan Sung dengan titah.
"Eung. Selamat malam, Chan Sung Oppa," CUP. Satu ciuman balasan Ji Na daratkan di kening Chan Sung.
"Selamat malam, Honey."
Dengan begitu, Ji Na melesat menghampiri kamar kakaknya yang lain. Ia siap untuk membujuk salah satu kakaknya agar mau menemaninya tidur di tengah hujan lebat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUL.MATE = Don't Wanna Be Just Friend
RomanceSinopsis : Siapa yang percaya bahwa tidak ada persahabatan sejati di antara pria dan wanita? Bahwa, tidak mungkin tidak ada kata 'cinta' di tengah-tengah persahabatan mereka? Bahwa, ada masa di mana salah satu dari mereka pasti memendam rasa 'cinta...