Dua Puluh Sembilan

233 16 2
                                    

"You say we're just friends but i swear when nobody's around.

You keep my hand around your neck, we connect, are you feeling it now?

Cause i am

I got so high the other night, i swear to God, i felt my feet leave the ground

Your back against the wall, this is all we've been talking about

In my ears

Nothing feels better than this"───Better, Khalid

    Ada banyak definisi tentang cinta. Simak baik-baik:

Love (noun) : an intense feeling of deep affection; a great interest and pleasure in 

something. 

Love (verb) : feel deep affection for (someone); like or enjoy very much. 

Itu definisi cinta jika kalian membuka kamus tebal berisi lembaran-lembaran kertas menyebalkan yang membuat siapapun mual ketika membacanya. Tapi, coba kita tanya apa itu cinta menurut Ji Na?

“Jung Jae Hyun,” Ji Na bertutur dengan cukup lantang. 

“Hm?” Jae Hyun mengangkat kepalanya ke atas, memandang Ji Na bingung sambil mengernyitkan dahinya. 

Ji Na menggelengkan kepalanya sambil tersenyum malu. Wanita itu melanjutkan kegiatannya mengeringkan rambut Jae Hyun dengan hairdryer di tangannya sambil bersemu. 

“Aku pernah membaca sebuah pengertian tentang cinta,” gumam Ji Na menyisir jemarinya pada setiap helai rambut tebal Jae Hyun. “Percaya tidak? Rasanya semua definisi tentang cinta terasa masuk akal sekarang.”

Senyum Jae Hyun tergelar lebar. Pria itu mengembalikan pandangannya pada kedua mata Ji Na sambil mengusap punggung wanita itu lembut. 

“Kau bahkan tidak punya pengalaman sama sekali tentang cinta. Memang tau apa, hm?” Jae Hyun mengeratkan pelukan tangannya pada pinggang Ji Na sambil membawa kepalanya merangsek ke perut wanita itu. 

“Dengar, ya, Jeff,” Ji Na memutuskan untuk meletakkan hairdryernya. Tangannya beralih untuk ia mainkan di setiap helai rambut Jae Hyun yang semi panjang. “Intinya, semua definisi tentang cinta itu hanyalah sebuah alibi yang membuat kita akhirnya merujuknya pada sesuatu atau seseorang.”

“Hm?” Jae Hyun mengangkat kepalanya, menyandarkan dagunya pada perut Ji Na. 

“Cinta itu secara umum adalah sesuatu atau seseorang. Di balik seseorang itulah kau memperlakukan mereka penuh perhatian dan sebagainya. Jadi, cinta menurut definisiku adalah sesuatu atau seseorang,” Ji Na menjelaskannya panjang lebar sambil mengusap pipi Jae Hyun lembut. 

“Aku tidak mengerti kau ini bicara apa,” Jae Hyun kembali menyembunyikan kepalanya di perut Ji Na. “Tiba-tiba sekali bicara seperti pakar cinta.”

“Oh, Pakar Cinta Hwang belum selesai menjelaskan,” kedua tangan Ji Na merengkuh wajah Jae Hyun, memaksa pria itu untuk kembali memandangnya, “kenapa aku akhirnya mendefinisikan cinta sebagai sesuatu atau seseorang? Karena, tidak semua sikap perhatian atau sikap baik kepada orang lain itu disebut sebagai cinta. Ya atau tidak?”

Jae Hyun menjawab tak acuh, “entah. Menurutmu bagaimana?” responnya asal.

“Ih, Jeffrey~” Ji Na membalasnya dengan sebal sambil mencubit kedua pipi karetnya. “Kalau begitu lepaskan pelukanmu sekarang!”

“Tidak mau,” Jae Hyun justru semakin mengeratkan pelukannya.

“Kenapa? Kau kan bisa memeluk yang lain? Kenapa kau hanya seperti ini padaku?” sejatinya, Ji Na memancingnya.

SOUL.MATE = Don't Wanna Be Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang