Dua Puluh Lima

206 13 0
                                    


    In Ha dan Tim sudah berada di villa ini selama 5 hari. Progress proyek mereka pun mulai terlihat dengan dimulainya penyusunan setiap partisi yang telah mereka kumpulkan di hari-hari berikutnya. Sore tadi fondasi untuk dasar miniatur rumah mereka sudah dicetak oleh campuran semen dan air, tinggal menunggu kering untuk dilanjutkan ke tahap berikutnya. Intinya, sepertinya pekerjaan mereka akan cepat selesai dari target. 

Malam ini, waktu telah menunjukkan hampir tengah malam. Jarum jam di jam dinding telah mendekati angka 12 dalam beberapa menit. Semua orang sudah membubarkan diri ke kamarnya masing-masing setelah menghabiskan makan malam mereka dua jam yang lalu. Tapi, tidak dengan satu orang yang masih saja kelaparan bahkan setelah menghabiskan satu porsi samgyetang ke perutnya. 

Hwang Ji Na, sibuk membuka satu-persatu bungkus bumbu ramyunnya ke dalam panci rebusan air. Di dapur kecil yang terletak di lantai dua dekat kamarnya, Ji Na membuka lebar-lebar jendela agar aroma ramyunnya bisa terbawa angin keluar villa. Meskipun begitu, wanita itu tak mengindahkan angin dingin malam yang menyentuh setiap permukaan kulitnya yang kini hanya tertutup oleh terusan camisol bunga-bunganya. Sambil membaui indera penciumannya dengan aroma ramyun yang ia masak, ia bahkan menggulung rambutnya ke atas. 

GREP.

"Mau ditaruh di bagian perut mana lagi ramyunmu itu, huh?" suara bariton Jae Hyun terdengar, menggerutu sebal sambil memeluk tubuh kecil Ji Na dari belakang. 

Sementara, Ji Na terkekeh dalam pelukan Jae Hyun. Wanita itu menoleh, memandang Jae Hyun yang menjulang di belakangnya, dan bertanya, "kau mau?"

Jae Hyun bergumam sejenak, berpikir. "Aku mau minta saja," jawabnya sambil menelusupkan kepalanya di sela-sela perpotongan leher Ji Na. 

"Ih, tidak mau! Satu ramyun, untuk satu perut!" Ji Na memukul lengan Jae Hyun yang melingkar di perutnya. "Minta satu kali saja, ya?" ancamnya.

Kepala Jae Hyun mengangguk dari bahu Ji Na. 

"Tidak dingin, hm?" tanya Jae Hyun begitu ia merasakan permukaan kulit dingin Ji Na.  

"Aniyoow~" sambil mengaduk ramyunnya, Ji Na menjawab dengan nada yang dibuat-buat. Tanpa sadar, ia bahkan memainkan bibirnya sendiri. Memaju-mundurkan bibirnya, atau sesekali menggembungkan pipinya sambil menunggu ramyunnya matang. 

Melihat kebosanan yang melanda Ji Na, Jae Hyun mengembangkan senyumnya gemas. Satu ciuman ia daratkan di pipi Ji Na begitu wanita itu menggembungkan pipinya sendiri. 

Namun, Ji Na tak begitu merespon ciuman Jae Hyun. Wanita itu bahkan mengendurkan senyumannya, lantas menggerutu pelan, "ugh, lama sekali ramyunnya matang~"

CUP.

Satu ciuman mendarat sekali lagi di pipi Ji Na, kali ini Jae Hyun menggigitnya sedikit. Hal itu berhasil membuat Sang Empunya menoleh, memandang Jae Hyun sambil mengangkat senyumnya lagi. Tangannya terangkat menyentuh pipi berlesung milik Jae Hyun, lantas mengusapnya lembut. Wanita itu memuja ketampanan Jae Hyun dalam hatinya, serta bagaimana cara Jae Hyun menatapnya dengan dalam. 

"Mau apa, hm?" tanya Ji Na lantas mencubit gemas pipi Jae Hyun. 

Alih-alih menjawab, Jae Hyun memilih untuk mendekatkan wajahnya menghampiri bibir kesukaannya. Bibir tebal Jae Hyun mengulum begitu ia berhasil berpapasan dengan milik Ji Na. Lumatan ia lakukan dengan dalam, mencecap setiap inci bibir Ji Na dan siap membuatnya bengkak jika diizinkan. 

Sementara, Ji Na memposisikan diri. Wanita itu membalikkan tubuhnya menghadap Jae Hyun, kemudian mengalungkan kedua tangannya indah di leher kekar pria itu. Bibirnya beradu sempurna dengan milik Jae Hyun, melumat penuh hasrat.

SOUL.MATE = Don't Wanna Be Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang