Tiga Belas

168 17 0
                                    

Jae Hyun membenarkan posisi tas ransel yang tersampir di bahunya sekali lagi. Pria itu hampir tak memperhatikan sekitar, ia tak peduli lantai mana yang dipijak oleh kedua kakinya saat ini. Pandangannya ia tancapkan lurus pada layar ponsel yang ada di tangannya, dengan kontak nama Hwang Ji Na yang tertera di atasnya.

Suara dering telphone keluar terus berbunyi mengiringi langkah kaki Jae Hyun menuju suatu tempat. Namun, belum ada tanda-tanda jawaban sedikitpun. Pria itu berdecak sebal, lantas memutuskan sambungan telphonenya dengan gerakan kasar.

"Jae Hyun-ah!"

Kepalanya menoleh ke arah suara nyaring yang memanggilnya dari ujung koridor. Ha Na yang melambaikan tangan sambil mengambil langkah seribu ke arahnya.

"Hai," sapa Ha Na manis begitu ia tiba di hadapan Jae Hyun.

Jae Hyun tak bereaksi banyak. Ia memilih untuk menyunggingkan senyum tipis, lantas merebut tas biola yang sedari tadi Ha Na gendong di bahunya.

"Sudah dapat jawaban dari Ji Na?" wanita itu menyambar sambil mengambil langkah mengiringi langkah Jae Hyun.

"Belum," Jae Hyun menggelengkan kepalanya. "Entah di mana wanita itu. Setelah kelas tadi pagi dia langsung kabur untuk latihan."

Ha Na menganggukkan kepala satu lagi, "sepertinya dia memang sedang sibuk sekali, ya," ucapnya santai dengan tangan yang ia selipkan di sela jemari Jae Hyun untuk menggenggam tangan kekar kekasihnya itu.

Jae Hyun terdiam sejenak. Ia memperhatikan genggaman tangan yang Ha Na lakukan pada tangannya.

"Apa?" tanya Ha Na bingung. Ia lantas mengangkat genggaman tangan mereka ke udara, "kau keberatan dengan ini?"

Jae Hyun berdeham. "Tidak," jawabnya tak acuh.

"Kita harus segera ke aula teater. Sepertinya audisinya akan dimulai sebentar lagi," sambar Ha Na sambil menambah kecepatan kakinya.

*

Menit demi menit berlalu dengan cepat. Detak jantung Ji Na juga bergemuruh dramatis layaknya sore ini adalah hari penampilannya. Terusan pendeknya cantik berwarna putih dengan rok tulle panjang di atas lutut. Rambut panjangnya ia ikat tak terlalu tinggi. Make up yang dipoles di wajahnya juga ia usahakan setipis mungkin. Namun, mau berusaha dibuat sesantai apapun penampilannya sore ini, ia tetap saja gugup.

Dering telphone terus mengusik ketenangan ponselnya sedari tadi. Ji Na tak bergerak sedikit pun selain hanya memperhatikannya dari kejauhan. Ada nama Jae Hyun yang muncul di layarnya. Dan, ia tak ingin emosinya terguncang untuk yang kesekian kalinya. Untuk saat ini, ia membutuhkan ketenangan ekstra untuk tampil dengan dua penari pria di atas panggung nanti.

"Seorang Jung Jae Hyun bahkan rela menelphoneku setelah kau mengacuhkan telphonenya sedari tadi," seseorang berkemeja hitam dengan celana bahan senada yang dikenakannya pun menyelinap masuk ke ruang rias Ji Na. Park Jin Young menunjukkan layar ponsel dengan nama Jae Hyun di atasnya pada Ji Na.

Ji Na tersenyum pahit. "Katakan saja aku sedang siap-siap jadi tidak sempat mengangkat telphone," jawab Ji Na seadanya.

Jin Young pun mengangguk, lantas menyambungkan telphone dari Jae Hyun sambil mengambil posisi duduk di sisi Ji Na.

"Ya, Jae Hyun-ah?" jawab Jin Young santai.

"Apa kau tau apa yang dilakukan Ji Na sekarang?" suara Jae Hyun cukup keras hingga Ji Na mampu mendengarnya dengan baik. Jin Young yang diberikan pertanyaan itu pun menoleh dan beradu pandang dengan Ji Na. "Aku berkali-kali menghubunginya tapi tidak diangkat," sambung Jae Hyun.

"Ya, dia sedang siap-siap di ruang riasnya," Jin Young menyampaikan pesan Ji Na barusan. "Adegan untuk audisi sore ini mendadak dirubah, Jae Hyun-ah. Mungkin ia sedang gugup sekali dan berlatih beberapa kali di dalam."

SOUL.MATE = Don't Wanna Be Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang