Dua Puluh Enam

190 13 0
                                    

Jae Hyun tak menduga ia hampir kehilangan kontrolnya atas Ji Na beberapa waktu lalu. Atau memang, belakangan ini ia sama sekali tak ingat bahwa ia harus menginjak rem sewaktu-waktu bersama Ji Na. Sepertinya banyak hal yang telah menghipnotis Jae Hyun setiap kali ia bersama Ji Na belakangan ini.

Malam ini, waktu menunjukkan hampir dini hari. Dan, Jae Hyun tidak bisa tidur. Seharusnya ia sudah pindah ke kamarnya sendiri setelah Ji Na terlelap, namun tubuhnya tak mau beranjak sama sekali. Ada Ji Na yang masih ada dalam pelukannya. Rasa pegal menerjang seluruh tubuhnya, tetapi ia hampir tak mempermasalahkannya sama sekali.

Jemari Jae Hyun menyisipkan helaian rambut Ji Na yang jatuh menutupi wajahnya ke belakang telinganya. Pria itu tak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari wajah terlelap Ji Na. Ia memandangnya dengan tenang, meskipun dalam hatinya bergemuruh hebat. Ingatan mengenai pertengkarannya dengan Ji Na terkait ramyun tiba-tiba hinggap di kepalanya.

Sebenarnya, bukan hal itu yang membuat napas Jae Hyun terasa berat kali ini. Namun, alasan di balik pertengkaran terkait ramyun yang sampai sekarang masih Jae Hyun sembunyikan dari Ji Na.

Jadi, malam ini, sambil mendekap Ji Na erat, Jae Hyun membiarkan dirinya bernostalgia dalam keheningan.

*

Sudah tak aneh jika setiap membahas Jae Hyun, maka selalu ada nama Ji Na di belakangnya. Bahkan, sudah bosan sekali rasanya setiap kali menjelaskan bahwa Ji Nalah alasan Jae Hyun punya kekuatan lebih untuk setiap pertandingan basketnya. Oh, ya, memang hal itu sudah melekat sejak mereka SMA.

Jadi, di hari itu, di tahun kedua semester terakhir di SMAnya, ada pertandingan basket antar sekolah yang siap menyambut kegiatan Jae Hyun sore itu. Pria itu sempat uring-uringan di aula basket lantaran Ji Na tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Sebenarnya, belakangan itu ia nampak tak nyaman dengan teman baru Ji Na. Wanita itu jadi kerap mengabaikan Jae Hyun demi menghampiri 'Si Teman Baru' itu.

Namanya Kim Jae Hwan. Pria itu satu tahun di atas angkatan Jae Hyun dan Ji Na, merupakan vokalis band sekolah yang sangat terkenal seantero dunia per-SMA-an. Ia mendekati Ji Na di awal tahun wanita itu menginjak kelas 2, persisnya saat Ji Na mendadak jadi pengisi acara di sebuah hari tari sedunia yang diadakan di sekolahnya. Jadi, sudah hampir satu tahun Ji Na dan Jae Hwan cukup dekat.

Jae Hyun bahkan sering mendengar cerita Ji Na saat Jae Hwan mengajaknya menonton film, atau cerita kencan mereka lainnya. Tapi, ya, mereka tidak memiliki hubungan apapun lantaran Jae Hyun tak mengizinkannya. Dan sekarang, Ji Na memberitaunya bahwa ia tengah menonton penampilan Jae Hwan di panggung.

"Ck!" Jae Hyun berdecak begitu telphonenya tersambung dengan Ji Na, "pertandinganku sebentar lagi akan dimulai! Kau benar tidak mau menonton?" sambarnya sewot.

"Iya, huh, huh," terdengar suara deru napas Ji Na yang tak beratur. "Aku berlari, oke? Tunggu sebentar. Oh, ya! Aku lapar!"

Jae Hyun menoleh ke sisi kanannya, mendapati meja yang dipenuhi oleh berbagai makanan cepat saji di atasnya. "Ada ramyun," ucapnya dengan sengaja untuk memancing kecepatan Ji Na agar wanita itu bisa tiba segera.

"Oho! Aku datang!"

Tak lama setelah itu, Ji Na memutuskan sambungan telphonenya.

Jae Hyun bergerak mendekati meja ramyun tersebut, meraih sebungkus ramyun dan menyeduhnya satu untuk Ji Na. Makanan yang selalu berhasil membuat Ji Na mengalihkan apapun di dunia ini demi bisa menikmatinya.

"Hey," satu tepukan cukup kuat mendarat di bahu Jae Hyun. Seseorang dengan seragam lengkap duduk di tepi meja sambil memandang Jae Hyun. Namanya, Min Gyu. Seorang kapten basket yang seharusnya saat ini sudah mengganti seragamnya dengan pakaian basket yang sama dengan Jae Hyun. Namun, tidak karena Min Gyu baru saja menciderai kakinya sehingga membuatnya mundur dari pertandingan. "Ketua basket cadanganku, hahahaha..." ledeknya.

SOUL.MATE = Don't Wanna Be Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang