Tujuh Puluh Tujuh

131 11 0
                                    

Dua hari berlalu sejak hari itu. Keributan yang menjadi rahasia umum di tengah keluarga Hwang. Tak ada yang berani membicarakannya meskipun seluruh anggota keluarga telah mengetahui detail kejadiannya. Bahkan, Ludwig pun bersikap aneh. Sang Ayah, meskipun ia terlihat seolah tak peduli dengan kejadian menggemparkan kemarin, tapi Ia  kerap kali menghampiri kamar Ji Na tengah malam. Seolah, keributan besar yang Jae Hyun ciptakan malam itu berhasil memberikan dampak cukup besar pada rumah ini. 

Chan Sung sendiri lebih banyak diam. Ada ponsel yang sejak beberapa jam yang lalu ada dalam pengawasannya. Ponsel yang menampilkan layar berisi ruang chat dari sebuah kontak bernama Jung Jae Hyun. Sebuah pesan singkat tanpa basa-basi yang Jae Hyun kirimkan padanya sejak kemarin lusa.

Jung Jae Hyun

Aku tidak mungkin melakukan semua itu tanpa alasan, Hyung. Jika saja tak ada yang melarangku untuk mencintai Ji Na, maka sudah sejak lama kubiarkan diriku mencintainya. Dan, aku lepas kontrol. Perasaanku terhadapnya mulai bergerak semakin egois. Aku ingin memilikinya tanpa memikirkan apapun dan siapapun. Aku lelah karena mengorbankan perasaanku demi orang lain. Aku ingin Ji Na, Hyung. Dan, aku…egois waktu itu.—23.59 

    Setelah dipikir-pikir dengan keadaan tenang, apa yang Jae Hyun sampaikan melalui pesan singkat itu benar adanya. Chan Sung merenung, mungkin selama ini salahnya juga karena terlalu seenaknya membatasi perasaan Jae Hyun terhadap adiknya. Andai waktu itu Ia memiliki keberanian penuh untuk menyangkal rencana perjodohan Ayahnya terhadap Ji Na, mungkin tak berakhir begini. 

    Mungkin, Ji Na sudah begitu bahagia bersama Jae Hyun sekarang. Pasalnya, ternyata, perasaan wanita itu dibalas oleh Jae Hyun. Bahwa, selama ini, ia tak mencintai Jae Hyun seorang diri. 

    Chan Sung lantas memandang Ludwig. Ayahnya tengah sibuk memasang dasi di lehernya sambil mematut diri di depan cermin. Sementara, Chan Sung terduduk dengan santai di tempat tidur Ayahnya. 

    Malam ini, akan ada acara makan malam dengan keluarga Park Ji Min. Tentu, membicarakan rencana pernikahan Ji Na dan Ji Min mendatang. Dan, malam ini, keluarga Park Ji Min telah menentukan untuk menjadikannya sebagai momentum pertunangan putranya. 

    Oh, keadaannya menjadi semakin pelik. Chan Sung tak yakin bahwa Ji Na benar-benar menginginkan semua ini. 

    “Hey,” Ludwig menegur putra sulungnya, membuat Chan Sung terperanggah dari lamunannya, “kau melamun sejak satu jam yang lalu.”

    Chan Sung berdeham sambil membenarkan posisi duduknya. Pria itu bergerak memperbaiki kancing lengan kemejanya demi menghindari tatapan Ayahnya. 

    “Ada yang kau pikirkan?” tukas Ludwig tanpa basa-basi. 

    Chan Sung terdiam. Tak langsung menjawab. 

    “Kau tidak setuju dengan perjodohan ini?” Ludwig bergerak, mengambil posisi separuh duduk di meja riasnya. Ia memandang putranya serius sambil melipat kedua tangannya di atas dada. 

    Mendengar pertanyaan lugas tersebut, Chan Sung pun menoleh. Ia tak menyangka Ayahnya akan bertanya hal sesensitif itu dengan ekspresi paling santai. 

    “Bagaimana menurutmu? Apa langkah ini sudah sangat tepat untuk Ji Na?” Chan Sung balik bertanya. 

    “Yah,” Ludwig mengambil napas sejenak, “Ayah melakukan ini karena Ji Na. Gadis itu yang meminta Ayah melanjutkan perjodohannya.”

    Chan Sung menangkap kegelisahan Ayahnya dan keraguan keputusannya mengenai perjodohan ini. Jika Ludwig begitu menggebu-gebu awalnya, perlahan jiwa menggebu-gebu itu sirna dari diri Ludwig setelah apa yang terjadi pada putri bungsunya. 

SOUL.MATE = Don't Wanna Be Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang