Jae Hyun mendesah panjang sambil berkacak pinggang begitu ia berhasil menata kembali barang-barang milik Ji Na ke kamar Soo Hwa dan Ten. Koper biru tosca wanita itu sudah tersimpan rapih di dalam lemari, lengkap dengan beberapa pakaian yang berhasil Jae Hyun gantung di dalamnya. Belum lagi berbagai macam make up, skin care dan hair care yang wanita itu bawa dalam satu koper kecil lainnya.
"Ji Na benar-benar luar biasa," Jae Hyun mengeluh frustasi, "untuk apa semua ini, hah?" ucapnya sambil membanting hairdryer merah milik Ji Na ke atas nakas.
Yang membuatnya tak masuk akal adalah diri Jae Hyun sendiri. Ia kerap kali tak mengerti mengapa ia mau dibuat lelah oleh Ji Na. Maksudnya, memindahkan dan menyusun kembali barang-barang wanita itu yang begitu banyaknya cukup menguras energi dan emosi Jae Hyun. Tapi, ia menyelesaikannya dengan baik.
Pria itu mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan, mendapati jendela kecil yang posisinya berada cukup jauh dari tempat tidur. Itu bagus, pikir Jae Hyun. Lantaran, Ji Na tak akan protes ketakutan jika malam hari turun hujan dan petir kalau posisi jendelanya berada jauh dari tempatnya tidur.
Jae Hyun menghampiri jendelanya, memutuskan untuk menutup rapat-rapat tirai tersebut sebelum ia memutuskan untuk keluar kamar Ji Na. Sekarang, ia hanya perlu menghampiri kamarnya, membawa satu tas ranselnya ke kamar yang berada di samping Ji Na sekarang.
Pria itu menuruni tangga lantas berlalu dari dapur, melewati Soo Hwa dan Ten setelah ia menginformasikan pada mereka kalau koper-koper mereka telah Jae Hyun pindahkan ke kamarnya yang berada di lantai bawah. Semakin langkah kakinya mendekati ruang tengah, kernyitan tak nyaman dari dahi Jae Hyun terbentuk lantaran suara keras dari tawa dan nyanyian yang saling mengisi villa ini dengan riuhnya. Ia yakin itu suara cempreng Ji Na.
Dan, benar saja. Langkah kakinya terhenti begitu ia tiba di sisi luar ruang tengah. Pria itu memandang Ji Na dan Mark dengan tak nyaman. Hembusan napas berat ia hembuskan dari mulutnya sambil melengos. Entahlah, apa yang membuatnya merasa tak nyaman dengan pemandangan yang tersuguh di hadapannya sekarang?
Ada Ji Na dan Mark yang tengah merebahkan tubuh mereka di atas sofa panjang di ruang tengah. Wanita itu kini sibuk bernyanyi sambil bersandar dan memeluk Mark yang memetik gitar di sebelahnya. Jae Hyun merotasi bola matanya begitu suara nyaring Ji Na terdengar semakin keras.
Rasanya, ia tak pernah masalah jika Ji Na seakrab itu dengannya. Namun aneh sekali saat Jae Hyun menyadari bahwa Ji Na juga seakrab itu dengan Mark. Lantaran, ia tak tau mengapa belakangan ini ia menjadi begitu sensitif terhadap Mark dan cara pria itu memperlakukan Ji Na?
*
Soo Hwa memandang punggung Jae Hyun dari kejauhan. Wanita itu menyenggol lengan Ten sambil menunjuk posisi Jae Hyun dengan dagunya. Ten tak merespon banyak, ia hanya tersenyum sambil mengusap lengan Soo Hwa lembut. Sementara, Soo Hwa menghela napasnya sebelum akhirnya ia memutuskan untuk membawa cangkir berisi tehnya ke ruang tengah.
Wanita itu berusaha untuk tak menggubris keberadaan Jae Hyun. Ia menghampiri Ji Na dan Mark yang sibuk tertawa seperti anak TK yang bodoh. Oh, setelah dipikir-pikir, Ten benar juga. Untuk apa Jae Hyun harus cemburu dengan cara Mark dan Ji Na bercanda, pikirnya.
"What you doing?" tanya Soo Hwa sambil mendekat.
Namun, bukan Ji Na dan Mark jika mereka tak jahil. Keduanya latah melanjutkan pertanyaan Soo Hwa menjadi sebuah lagu dari Bruno Mars. Petikan gitar Mark memulai semuanya.
"What you doing?" satu lirik pertama dari lagu Leave The Door Open yang terlontar dari mulut Mark, menjahili Soo Hwa sambil tersenyum miring.
"What you doing~" Ji Na menimpali.
"Where you at?"─── "Where you at?"
"Oh you got plans?"─── "You got plans?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUL.MATE = Don't Wanna Be Just Friend
RomanceSinopsis : Siapa yang percaya bahwa tidak ada persahabatan sejati di antara pria dan wanita? Bahwa, tidak mungkin tidak ada kata 'cinta' di tengah-tengah persahabatan mereka? Bahwa, ada masa di mana salah satu dari mereka pasti memendam rasa 'cinta...