Dua Puluh Delapan

170 13 0
                                    

 Riuh tawa bersanding sempurna dengan suara riak dari percikan-percikan air kolam. Hembusan angin sore ini juga tidak terlalu kencang, sehingga menjadi suasana yang paling sempurna untuk berenang. Di momen seperti ini, semua orang seolah tengah berlomba-lomba untuk pamer keahlian. Beberapa di antaranya sibuk menantang yang lain untuk berenang. Oh, tidak terkejut jika disebutkan namanya: Soo Hwa.

Wanita itu berulang kali beradu dengan Jae Hyun, menantang pria itu untuk adu kecepatan dalam mencapai ujung kolam. Dan, ya, Soo Hwa yang menang.

"Ah, wanita itu memang mau pamer saja pada Jeffrey, hahaha..." komentar Ji Na begitu ia kembali mendapati Soo Hwa memekik kencang usai meraih tepi kolam lebih dulu dari Jae Hyun. Ia ikut tertawa senang melihat Soo Hwa dan Jae Hyun saling ejek dari kejauhan.

Di sisi lain, ada yang sibuk bermain bola air. Ada Ten yang bermain sendiri, melawan In Ha dan Mark di tim lawan. Yah, meskipun begitu, tetap Ten yang menang. Entah bagaimana ceritanya, pria itu memang terlalu canggih di olahraga manapun.

Sementara, Ji Na hanya sibuk menggoyang-goyangkan kakinya memainkan air sambil mengunyah snack. Wanita itu tertawa sesekali memperhatikan teman-temannya bergantian. Ia memilih untuk duduk tenang di tepi kolam dengan kedua kakinya yang ia celup ke dalam air. Dan di sekelilingnya ada satu nampan berisi macam-macam makanan dan satu gelas jus mangga khusus untuknya.

"Ya~!" In Ha menyambar dari kejauhan, mencipratkan air pada Ji Na. "You okay?" tanyanya memastikan Ji Na belum bosan.

Ji Na mengangguk semangat. "Lanjutkan. Aku senang memperhatikan kalian bermain," ucapnya lengkap dengan senyum lebar di bibirnya.

Dengan begitu, In Ha melanjutkan permainannya bersama Mark dan Ten.

Yah, rasanya aneh sekali memang di saat tidak bisa bergabung dengan yang lainnya untuk bersenang-senang, padahal sangat ingin. Ji Na selalu seperti ini setiap kali ia bergabung untuk berenang. Semua orang akan melupakan bersenang-senang dan sibuk memperhatikannya. Justru, hal itulah yang membuat Ji Na tak nyaman. Karena, ya, tidak enak hati rasanya.

Saat bersama keluarganya pun seperti itu. Di saat semua anggota keluarganya masuk ke air untuk bersenang-senang, satu-persatu keluarganya pasti akan bergantian menghampiri Ji Na. Atau, Ayahnya lah yang lebih sering berada di tepi kolam, menemani Ji Na tanpa berniat untuk meninggalkannya sedikit pun. Padahal, tidak perlu seperti itu.

"Andai waktu itu aku tidak pernah tenggelam," Ji Na memandang kedua kakinya yang terendam air kolam dengan sendu, "mungkin aku tak akan menyusahkan terus begini, ya," gumamnya sedih.

Entah apakah Ji Na ditakdirkan untuk bermusuhan dengan kolam renang atau bagaimana, sejak kecil ia kerap kali masuk rumah sakit karena tenggelam. Sejak usianya masih 34 bulan, ia pernah tenggelam karena berlarian terlalu aktif di sekitar belakang rumahnya di Berlin waktu itu.

Kejadian tenggelamnya kembali ia alami ketika usianya menginjak 8 tahun. Saat itu, hampir tak ada yang mengetahui Ji Na tenggelam selama beberapa saat. Tubuhnya telah membiru saat Chan Sung menemukannya di tengah kolam. Ji Na kecil itu pun dilarikan ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan medis cukup ekstra. Ia bahkan harus melakukan operasi thoracentesis setelah terdeteksi bahwa ada cairan yang masuk ke paru-parunya.

Satu-satunya hal yang melegakan adalah adanya suster yang berasal dari Korea waktu itu. Namanya Suster Park. Ia bekerja di Rumah Sakit tercanggih di pusat kota Berlin waktu itu. Dan, Ji Na kecil selalu berhasil merasa tenang setiap kali bersama Suster Park.

Begini ceritanya....

*

Chan Sung gemetar saat ia menggendong tubuh dingin adiknya. Pria itu menangis sesenggukkan dengan tubuhnya yang basah kuyup. Usai melakukan penyelamatan atas tenggelamnya Ji Na, Chan Sung dan Keluarganya langsung meluncur ke Rumah Sakit terbaik di Berlin.

SOUL.MATE = Don't Wanna Be Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang