Dua Puluh Tiga

172 14 0
                                    

Melipir sejenak dari perkotaan ke sebuah villa yang masih begitu diselimuti nuansa asri merupakan ide yang sangat brilian bagi Soo Hwa. Seoul terlalu berisik setiap pagi menurutnya. Ia bahkan tak tau kapan terakhir kali telinganya mendengar suara ciutan burung dan peraduan dedaunan yang berterbangan karena hembusan angin dengan tenangnya. Dan, selama 3 hari ini, ia mendengarnya setiap pagi. Soo Hwa yakin, tak hanya dirinya yang menyukai suasana tenang villa ini. Tapi, semua temannya pasti setuju.

Udara yang masuk ke paru-paru Soo Hwa juga terfilter dengan baik melalui hidungnya. Sambil menggoyang-goyangkan kedua kakinya yang berjuntai pada ayunan putih yang tengah ia duduki, wanita itu memejamkan kedua matanya erat-erat menikmati hembusan angin pagi yang menggodanya.

Sejenak, ia mengosongkan pikirannya atas apapun. Termasuk atas penatnya masalah mengenai Ji Na dan Jae Hyun yang merangsek secara paksa ke dalam benaknya. Sampai sesuatu yang halus menyentuh kakinya dan membuat kedua kelopak matanya terbuka dengan berat hati.

"Hey," senyumannya tergelar lebar begitu ia mendapati Golden Retriver berbulu lebat tengah menggosok-gosok kepalanya pada kaki Soo Hwa. "Hans," sapanya sambil mengusap kepala anjing besar tersebut penuh perhatian.

Hans menggonggong sebagai responnya. Kedua matanya terpejam menikmati usapan Soo Hwa pada kepala dan punggungnya.

"Owh, lihat bulumu," Soo Hwa bergumam, "rontok sekali, eo?" ia memperhatikan telapak tangannya yang dipenuhi bulu-bulu pirang Hans.

Saat Soo Hwa memilih untuk menenangkan dirinya dengan bermain-main bersama Hans, di sisi lain ada Ten yang menyaksikannya dari kejauhan. Pria itu baru saja selesai dengan rutinitas paginya, lantas menyandarkan punggungnya pada kusen pintu belakang. Ia menghela napasnya berat melalui hidung begitu menyadari ada yang berbeda dari senyuman kekasihnya.

Ten mengerti, semalam Soo Hwa kembali tidak bisa tidur. Kekasihnya itu mendapat telphone dari Chan Sung dan mengobrol cukup lama sore itu. Apalagi yang mereka bahas, ya tentu saja tentang bagaimana Chan Sung menitipkan Ji Na pada Soo Hwa. Hah, Ten hanya tak pernah menyukainya setiap hal-hal kecil yang selalu bisa mengganggu ketenangan Soo Hwa.

Suara gonggongan Hans lantas membuyarkan lamunan Ten. Pria itu memilih untuk mengambil langkah mendekat begitu ia mendapati Hans berlari menjauh dari Soo Hwa.

"Hans, kemari," Ten menepuk tangannya memanggil Hans mendekat.

"Mwoya~ Kenapa Hans hanya akrab denganmu?" Soo Hwa mengeluh pada Ten begitu ia mendapati Hans merespon panggilan Ten dan sibuk bermanja dengannya.

Ten terkekeh, "rahasianya adalah kau harus sering-sering membawa camilan setiap ingin bermain dengannya, Sayang," ucapnya sambil mengeluarkan sekantung makanan anjing dari dalam saku celananya.

"Dia akan berubah jadi gajah kalau kau beri makan terus," Soo Hwa berjongkok di samping Ten, ikut mengulurkan tangannya untuk mengusap punggung Hans saat Ten menyodorkan makanan untuk anjing itu melalui telapak tangannya.

"Ow, dia sudah cukup menyeramkan untuk membuat Ji Na terkejut dan melompat ke dalam kolam hahaha..."

"Sayang," Soo Hwa menegur candaan Ten. "Dia benar-benar serius hampir tenggelam waktu itu. Berhenti meledeknya."

CUP.

Satu ciuman mendarat di kepala Soo Hwa oleh Ten sebagai permintaan maafnya. "Kau sensitif sekali mengenai Ji Na, hm?" ciuman lainnya mendarat lagi di tempat yang sama, "maaf, ya."

Senyuman Soo Hwa berubah parau. "Aku hanya merasa bertanggung jawab juga atas wanita itu," pandangannya merunduk, ia alihkan dari tatapan Ten yang semakin dalam padanya dan memilih untuk menatap Hans sebagai gantinya. "Kau tau, aku lebih dulu dekat dengan Ji Na. Chan Sung Oppa pernah menitipkan Ji Na padaku saat kami masih Sekolah Dasar dulu. Andai waktu itu aku tidak jadi pindah sekolah ke Busan, mungkin Jae Hyun tidak hadir begitu akrab di hidup Ji Na."

SOUL.MATE = Don't Wanna Be Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang