Tiga Puluh Tiga

188 11 0
                                    

Kemilau cahaya yang timbul dari gelang yang Ji Na pakai terpancar cantik karena pantulan sinar matahari pagi ini. Setiap beberapa kali sekali, wanita itu mengangkat tangannya ke atas, memperhatikan gelang pemberian Jae Hyun berulang kali. Senyumnya merekah, dan terus merekah semakin lebar setiap menitnya. Pancaran kilau dari gelang tersebut yang mengenai matanya pun membuat binar di kedua mata Ji Na semakin nyata adanya. Oh, ya, ia begitu jatuh cinta pada gelang itu. 

“Jangan sampai kau menyatakan cinta pada gelang itu nanti,” suara berat Jae Hyun yang seksi mengudara, memecah suara deru mobil yang tengah dominan menguasai sekitar mereka. Sambil mencengkram setir mobil untuk mempertahankan laju suv hitamnya, Jae Hyun melanjutkan sindirannya sambil melirik ke kursi sebelah, “kau tersenyum sendirian sepanjang pagi sambil menatap gelang itu.”

Ji Na menoleh, menunjukkan cengiran lebarnya pada Jae Hyun. 

“Oh, Jeff, aku sangat menyukainya,” tutur Ji Na sambil merangsek memeluk lengan kekar pria itu. Wanita itu lantas menggerakkan tangannya meraih tangan kanan Jae Hyun, mensejajarkan jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan pria itu dengan gelang berwarna senada yang melingkar di tangan kirinya. “Mereka sepasang,” jelasnya atas gelang dan jam tangan Jae Hyun. 

“Hm,” Jae Hyun merespon singkat sambil menautkan genggaman tangannya dengan Ji Na. 

“Ngomong-ngomong,” Ji Na tau-tau teringat sesuatu, “semalam kau mengatakan sesuatu?”

Jae Hyun mengernyitkan dahi. “Apa?” 

“Entahlah,” Ji Na ikut mengernyitkan dahi, mengingat-ingat, “aku seperti dengar kau bergumam sesuatu saat tidur.”

Jae Hyun terdiam. Pikirannya lantas tertuju pada harapan yang ia sampaikan semalam. Namun, ia yakin sekali waktu itu ia menyampaikannya di dalam hati. 

“Apa aku bermimpi ya?” Ji Na mengangkat kepalanya, memperhatikan Jae Hyun melalui rahangnya. “Aku seperti mendengar kau mengatakan padaku, ‘aku ingin bersama denganmu selamanya~’ Kyaaaa!!!! Romantis, kan?!”

“Hih! Kecilkan suaramu! Berisik sekali, ya ampun!”

“Hahahaha... Baru mimpi saja aku sudah bahagia, Jeff! Hahaha...”

Diam-diam, Jae Hyun mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas, mencetak lesung pipi dalam di kedua pipinya. Genggaman tangannya dengan Ji Na ia angkat untuk kemudian ia daratkan ciumannya di punggung tangan Ji Na. Pria itu melakukannya cukup lama sambil membatinkan, 

Ya, Ji Na. Kuharap kita bisa seperti ini selamanya.

*

Keduanya tiba di villa milik In Ha beberapa waktu yang lalu. Keempat temannya sudah sibuk menata barang-barangnya masing-masing begitu Ji Na dan Jae Hyun tiba. Keduanya lantas disibukkan untuk menata barang-barangnya ke dalam koper, setelah itu memutuskan untuk mandi bersama. Oh, ya, tubuh mereka lengket sekali mengingat mereka tak mandi sama sekali selama seharian penuh kemarin. 

Satu ciuman panjang menyudahi kegiatan bercinta mereka untuk yang kesekian kalinya di dalam kamar mandi. Ji Na terlebih dahulu meninggalkan Jae Hyun di dalam shower box untuk bergerak keluar kamar mandi dengan handuk yang melilit di tubuhnya. 

Senyum wanita itu tergelar lebar begitu ia mendapati kedua ponsel mereka berhasil diisi dayanya. 

“Wah, tangan Ten sungguh luar biasa,” puji Ji Na sembari melanjutkan aktivitasnya memakai pakaiannya. 

“Apa ponselnya sudah berhasil diisi daya?” tanya Jae Hyun dari arah belakang.

“Hm,” Ji Na menoleh, mendapati Jae Hyun dengan handuk yang melilit seksi di pinggangnya. “Aku curiga bahwa tak ada yang tak bisa Ten lakukan hahaha...”

SOUL.MATE = Don't Wanna Be Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang