Satu

467 27 0
                                    

Sebuah instrument lagu yang didominasi oleh suara piano dan sahutan rombongan biola terdengar begitu dramatis memenuhi ruangan. Ruangan yang cukup luas, dengan dinding kaca di setiap sisinya, diramaikan oleh gerombolan para penari yang tengah sibuk menancapkan perhatiannya ke atas panggung. Tepatnya, pada sebuah panggung berukuran sedang yang terletak di Utara ruangan tersebut. Panggung yang kini diisi oleh penampilan sepasang penari dengan lincahnya.

Tarian tersebut tercipta dengan begitu romantis. Sang wanita, dengan balutan kaos sederhana dengan celana ketat hitamnya bergerak begitu ringan bersama dengan pasangan prianya. Tubuhnya yang kecil membuat sang pria mampu mengangkat dan menangkap sang wanita dengan begitu mudahnya. Decak kagum muncul sebagai tanda bahwa keduanya berhasil menyampaikan cerita dari tarian mereka dengan begitu baik. Namun, satu hembusan napas berat terdengar di sela-sela decak kagum penonton.

Hwang Ji Na, sahabat kecil Jae Hyun, tak pernah membuat siapapun meragukan keahliannya dalam menari. Setiap gerakan yang ia ciptakan membuat siapapun jatuh cinta. Inilah alasan mengapa banyak teman-teman penarinya yang memilih untuk memperhatikan Ji Na dibanding bersiap-siap untuk pulang. Tapi Jae Hyun tak tahan. Kedua kakinya bergerak-gerak gelisah menunggu lagu yang Ji Na tarikan itu selesai.

Jung Jae Hyun mengambil oksigen sebanyak-banyaknya untuk paru-parunya. Sambil membawa kedua tangannya masuk ke saku celana basketnya, kedua pasang mata pria itu menatap lekat-lekat sang wanita yang ada di atas panggung. Gerakannya indah. Setiap notasi pada lagu yang wanita itu tarikan seolah telah merasuk dalam jiwanya. Setiap jemarinya bergerak menyampaikan pesan dari tarian yang ia bawakan bersama rekan prianya dengan begitu baik. Tapi, Jae Hyun tak menyukai rasa sesak dalam dadanya yang muncul tanpa sebab kali ini.

"Hey," sampai suara sahutan seseorang membuyarkan lamunan Jae Hyun. Pria itu menoleh, mendapati seorang pria──yang biasanya menjadi pasangan Ji Na untuk menari──tengah melangkah menghampirinya.

"Ten Hyung," Jae Hyun membalas sapaan pria dengan panggilan 'Ten' tersebut. "Hi, Soo Hwa," juga untuk kekasih Ten yang kemudian muncul dari balik punggungnya.

"O, Jae Hyun-ah? Menjemput Ji Na?" Soo Hwa menebak maksud kedatangan Jae Hyun. Wanita itu lantas menghampiri Ten, memeluk lengan kekasihnya begitu ia berhasil bersanding dengannya.

Jae Hyun menjawab pertanyaan Soo Hwa dengan anggukkan, "seperti biasa."

"Wah, kau sudah sangat mirip seperti supirnya hahaha...." Ten meledek kebiasaan Jae Hyun yang selalu membawa Ji Na ke mana-mana.

Jae Hyun tersenyum miris sebagai responnya. Toh, ia tak bisa menyangkalnya. Sejak sekolah menengah pertama, Ji Na selalu menjadi yang pertama dan prioritas bagi Jae Hyun. Keduanya bahkan berangkat bersama. Jae Hyun juga selalu mendapat bekal titipan dari ketiga kakak laki-laki Ji Na untuk mengantar Ji Na pulang. Jae Hyun sendiri tidak heran jika banyak orang meledeknya sebagai supir Ji Na, atau bahkan pengawal Ji Na sekaligus.

"Tidak boleh begitu," Soo Hwa menegur tingkah laku kekasihnya sambil mencubit pelan lengannya. "Itukan karena orang tua dan kakak-kakak Ji Na begitu mempercayai Jae Hyun. Ya, kan?"

"Begitulah," Jae Hyun tersenyum lebar, lengkap dengan kedua lesung pipi dalam yang hinggap di wajahnya. "Aku mungkin akan diangkat anak sebentar lagi," tutupnya dengan canda.

"Kukira diangkat sebagai menantu,──" Ten tidak berhenti untuk jahil,

"Ten!"

"──Aw! Sayang~ Aku bercanda hehee..." dan akhirnya, ia harus menerima cubitan lainnya dari Soo Hwa.

"Itu tidak akan terjadi," Jae Hyun melemparkan pandangannya ke arah panggung sekali lagi. Kini terlihat bahwa Ji Na dan pasangan prianya baru saja menyelesaikan tariannya. Keduanya membungkuk hormat, kemudian dihampiri oleh guru tari mereka untuk bicara sesatu.

SOUL.MATE = Don't Wanna Be Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang