Dua Puluh Dua

202 14 0
                                    

Mobil Tesla milik In Ha terparkir apik di pelataran sebuah supermarket sederhana yang terletak di tepi jalan besar. Mark memarkirkan mobilnya di hadapan posisi supermarket dan toko bangunan yang saling berjajar. Seluruh penghuni Tesla itu pun turun menghampiri tujuan pertamanya yaitu toko bangunan.

"Wow, aku jadi kepikiran untuk mencari cat pengganti warna cokelat yang kubeli kemarin," Mark menyahut begitu ia mendapati toko bangunan 3 lantai yang cukup besar berdiri kokoh di hadapannya.

"Kalau warnanya lebih cocok di sini, kita bisa beli yang baru," In Ha menyusul sambil menyodorkan tangannya pada Mark, "kunci Teslaku, please."

Sambil terkekeh, Mark menyerahkan kunci mobil pada pemiliknya. "Let's go! Kita harus segera mencari semangka kesayanganku," ujar Mark bersemangat sambil menggeret pergelangan tangan In Ha bersamanya.

Sementara, Ji Na dan Jae Hyun hanya saling pandang. Keduanya melempar senyum canggung sesaat, sebelum akhirnya saling mengambil langkah untuk menyusul Mark dan In Ha. Sepanjang langkahnya, semburat kemerahan di pipi Ji Na muncul kembali ketika ia bisa merasakan tangan Jae Hyun hinggap di pinggangnya.

Wanita itu merundukkan pandangannya, memastikan bahwa dugaannya benar. Dan, ya, memang ada tangan kekar Jae Hyun hinggap di pinggangnya. Rasanya mendebarkan sekali setiap kali Jae Hyun melalukan skinship setelah ciuman mereka tadi pagi.

"Ada apa?" tanya Jae Hyun dengan suara super dalam nan seksi miliknya.

"Hm?" Ji Na buru-buru menolehkan kepala ke arah Jae Hyun, lantas menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis. Oh, tidak, ia tidak akan mengatakannya secara jujur bahwa ia menyukai cara Jae Hyun menyentuhnya.

Ngomong-ngomong, apa kalian tau maksud dari sentuhan berupa pelukan di pinggang yang dilakukan seorang pria untuk seorang wanita?

Ekhm.

Jadi begini, di saat seorang pria memilih untuk memeluk pinggang wanitanya di depan umum, maka di momen itulah sebenarnya Sang Pria ingin mengatakan pada dunia bahwa wanita yang ada dalam pelukan tangannya itu adalah miliknya.

Berbeda jika pelukan itu disampirkan di bahu Sang Wanita. Rangkulan itu memberikan kesan akrab, layaknya teman dan sahabat yang saling menghormati dan menyayangi satu sama lain.

Begitu singkatnya. Sekarang, sudah mengerti kan mengapa sentuhan ringan Jae Hyun barusan membuat kedua pipi Ji Na merona hebat? Ya, begitulah.

*

Urusan dengan toko bangunan sudah hampir selesai. Ada gulungan meteran kawat bendrat yang ada dalam keranjang dorong yang Mark kendalikan, sementara In Ha sibuk berkeliling mencari barang-barang lain yang mereka butuhkan untuk proyeknya. Lantas, Ji Na dan Jae Hyun hanya mengekor di belakang tanpa bantuan yang berarti.

"Apa kita benar-benar butuh lampu led kecil sebanyak ini, huh?" In Ha mengomel saat Mark menjatuhkan satu box berisi lampu led kecil ke dalam keranjang.

"Siapa tau kita membutuhkannya," Mark mengabaikan omelan In Ha, memilih untuk tetap memasukkan satu box lampu itu ke dalam keranjang dorongnya. "Do we need an ice cream?" sambar Mark acak.

"Are you really looking for an ice cream in the appliance store?" In Ha menyambar sewot.

"I'm just asking!" Mark menyahut tak kalah sewot.

"Guys!" di tengah pertengkaran kecil yang selalu terjadi jika Mark dan In Ha bersama, Ji Na menengahi dengan suara cukup keras. "Daripada es krim, bagaimana kalau kita beli kopi, huh? Kita butuh caffein untuk bekerja keras hari ini," Ji Na mengide sambil tersenyum lebar.

"Oh, coffee joha!" In Ha memekik setuju. "Okay, kita bisa mampir ke kafe sebelah untuk beli kopi, ya?"

Ji Na menjawab dengan anggukkan semangat. Wanita itu lantas menolehkan kepala ke arah Jae Hyun, yang hanya memperhatikan keculasannya sambil berdecak kecil. Jika sudah seperti ini, tak ada alasan bagi Jae Hyun untuk melarang Ji Na minum kopi. Yay!

SOUL.MATE = Don't Wanna Be Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang