Tiga Puluh Satu

208 12 0
                                    

Terik matahari menyorot langsung ke ranjang Jae Hyun hingga membuat pria itu terusik dari tidurnya. Pria bertubuh atletis yang terpampang seksi tanpa kaos itu mengulurkan tangannya, meraba sisi ranjangnya yang lain. Kernyitan di dahinya muncul begitu telapak tangannya tak menangkap sosok yang biasanya ada di sisi ranjangnya itu pagi ini. Kedua matanya terpaksa ia buka, mengerjap-ngerjap melawan teriknya mahatari demi memastikan bahwa Ji Na benar-benar sudah meninggalkan ranjangnya. 

"Hah," Jae Hyun mendesah kasar sambil melempar kepalanya ke bantalnya lagi. Ia masih mengantuk, tapi ke mana gerangan wanita itu. 

Ngomong-ngomong, ini sudah menginjak hari ke 8. Proyek mereka sudah berdiri dengan sempurna. Lampu-lampu dan perhiasan lainnya juga sudah di pasang dan semuanya bekerja dengan baik. Artinya, tim In Ha kali ini bisa istirahat lebih lama dari perkiraan. Karena itu, semalam Ji Na merengek pada Jae Hyun bahwa ia ingin jalan-jalan ke pantai. Soo Hwa dan Ten sudah pamer begitu ramai padanya kemarin, katanya pantainya sangat cantik. Jadilah Ji Na merengek semalaman dan membuat kepala Jae Hyun pening. 

Beberapa saat kemudian, Jae Hyun memutuskan untuk melawan rasa kantuknya. Kedua telinganya sudah mendengar dengan jelas dentingan-dentingan halus dari luar kamarnya. Ia menebak, Ji Na pasti sudah sibuk menyiapkan segala macam makanan untuk persiapannya ke pantai nanti. Maka, Jae Hyun beranjak dari ranjang dengan berat hati. 

"Baby," Jae Hyun mendesah sebal begitu ia membuka pintu kamar dan mendapati Ji Na telah sibuk di dapur atas. Pria itu menyeret langkahnya menghampiri Ji Na dengan malas. 

CUP.

Satu ciuman Jae Hyun daratkan ke bahu Ji Na yang hanya terbalut terusan satin berlengan tali spagettinya. 

"Ini masih pagi, tau," gerutu Jae Hyun dengan suara serak sambil membawa kepalanya merangsek ke perpotongan leher Ji Na. Pria itu bergerak melingkarkan tangannya ke pinggang Ji Na, dengan salah satu tangannya yang ia bawa masuk ke balik terusan satin wanita itu.

"Jeff," Ji Na terkekeh, "ini bekal untuk di pantai nanti. Lihat, aku buat bulgogi kimbab," ujarnya sambil mengangkat satu kotak bekal berisi gulungan kimbab pada Jae Hyun. 

"Hm," namun, Jae Hyun benar-benar tak acuh. Ia bergumam asal, lantas memilih untuk semakin menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Ji Na. 

"Ihhh lihat dulu~" tau bahwa Jae Hyun tak begitu menggubris ucapannya, Ji Na merengek. "Lihat. Ada sandwich juga. Isi strawberry, yang ini isi kiwi. Lalu, tahu nasi, telur gulung. Oh, aku perlu bawa ramyun cup tidak?"

"Hey, ada toko swalayan di sana," Jae Hyun menjawab sekenanya.

"Oh, betul. Beli saja," bersamaan dengan itu, suara oven berdenting, "Oh! Itu creme brulee!"

"Hah?" Jae Hyun harus repot-repot mengangkat kepalanya begitu ia mendengar dessert manis yang disebut Ji Na barusan. Ia bahkan tak bergerak saat Ji Na melangkah mendekati oven demi mengeluarkan mangkuk-mangkuk kecil berisi creme brulee-nya. "Ya ampun, kau tidak bermaksud membuka restoran di sana, kan?"

"Ssstt! Di mana ada Ji Na, maka harus ada makanan lengkap," celoteh wanita itu sambil mengeluarkan satu-persatu mangkuknya dan siap ia siram dengan karamel. "Aku harus menyimpan ini di kulkas," tutup celotehnya. 

"Baby, listen," Jae Hyun mendekat lagi, mengekori Ji Na yang sibuk mondar-mandir ke lemari pendingin. "Kita akan berangkat nanti siang. Dan, ini masih pagi."

"Tapi, makanan harus sudah disiapkan, Jeff. Nanti begitu berangkat, tinggal dihangatkan di oven," semua creme brulee di tangan Ji Na berhasil masuk ke kulkas. 

GREP

"Okay!" Jae Hyun ambil tindakan. Ia membalikkan tubuh Ji Na dengan cepat, "sekarang, kita tidur!" lantas, mengangkat tubuh wanita itu ke dalam gendongannya. 

SOUL.MATE = Don't Wanna Be Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang