Dua Belas

160 16 0
                                    

"Guten Morgen!"

Lelah bukan kalau hari-harimu hanya diisi oleh tangisan? Ya. Untuk itu, pagi ini Ji Na memutuskan untuk menyudahi tangisannya sebelum semakin berlarut-larut. Setidaknya, ada beberapa momen dalam hari ini yang bisa ia isi untuk──pura-pura──baik-baik saja. Contohnya, dengan meneriakkan ucapan selamat pagi dari ambang pintu kelasnya.

Oh, jangan lupa kaca mata yang membingkai wajahnya pagi ini. Fungsinya untuk menyamarkan sembab yang menempel di lingkaran matanya hari ini.

Teriakan nyaring Ji Na tersebut berhasil mengalihkan perhatian sepasang kekasih yang sejak awal diliputi selimut gelisah yang tak karuan. Soo Hwa sontak beranjak berdiri, memutuskan untuk menunggu Ji Na hingga wanita itu tiba di dekatnya.

"Hi," senyum cerah yang Ji Na tampakkan untuk Soo Hwa tak memberikan pengaruh sedikitpun atas raut wajah yang ia tunjukkan untuk Ji Na.

"Kau baik-baik saja?" tanya Soo Hwa khawatir.

Ji Na terdiam sejenak. Ia jelas mengerti arah pertanyaan Soo Hwa hanya dalam satu kali sorot. Soo Hwa pun tau, Ji Na tengah tidak baik-baik saja. Dan Ji Na tau, Soo Hwa hanya ingin mendengar apa yang ingin ia dengar dari Ji Na.

"Aku baik-baik saja," Ji Na menjawabnya sambil tersenyum lirih.

"K-kau sudah dengar beritanya?" Soo Hwa bertanya sepelan mungkin.

"Hm," jawaban Ji Na singkat sekali. Ia menjawabnya sambil merapatkan kedua bibirnya dan mengangguk satu kali. "Dan, aku ingin sekali melupakan hal itu sebentar saja," tatapannya meredup pada Soo Hwa, lengkap dengan kilatan kecewa di balik kedua matanya.

"Aku mengerti," satu usapan lembut hinggap di pipi tembam Ji Na, membuat sang empunya tersenyum hangat pada Soo Hwa.

"Ngomong-ngomong, aku semalam dema───"

"Ji Na," suara bariton seseorang mengacaukan emosi Ji Na sesaat. Pria yang menjadi pelaku atas kacaunya hati dan emosi yang Ji Na alami sejak kemarin. Mengobrak-abrik tanpa peduli, kemudian datang lagi dengan suara selirih ini.

"Jung. Jae. Hyun," Soo Hwa bergerak menjadi tameng. Wanita itu memasang badannya persis di hadapan Jae Hyun, menantang pria itu dengan tatapan paling tajam dan memuakkan yang pernah ia tunjukkan.

Sementara Ji Na, memilih untuk diam sejenak. Ia biarkan punggungnya lah yang menyapa Jae Hyun selama beberapa saat. Sementara, ia sibuk menata hatinya sejenak.

"Minggir, Na Soo Hwa!" tegur Jae Hyun tegas.

"Oho!" Soo Hwa mengangkat dagunya tinggi-tinggi. "Kau sudah lengser menjadi pelindungnya sejak kemarin. Mulai sekarang aku yang menganggantikannya, jadi kau ... siapa namamu? Apa urusanmu untuk bicara dengan temanku?"

"Haruskah kau melakukan ini semua, hah?! Aku tidak ada urusan denganmu!"

"Oh! Tentu saja ada!"

"Heeeeyyy~ Sudah! Sudah!" Ten menyambar. Ia berdiri di antara Jae Hyun dan Soo Hwa yang tengah bersitegang sambil merentangkan kedua tangannya, menjauhkan Jae Hyun dan Soo Hwa. "Kita masih di ruang kelas. Tidak bisakah kita menjaga perasaannya sebentar?" Ten memelankan suaranya, namun setiap kata yang terucap dari mulutnya ia sampaikan dengan penuh penekanan sambil menatap Jae Hyun tajam.

Jae Hyun dan Soo Hwa sontak terdiam. Keduanya kompak mengarahkan pandangan ke arah wanita yang bersembunyi di balik punggung Soo Hwa. Ji Na, yang terlihat kikuk saat bergerak. Wanita itu──berpura-pura──sibuk membongkar tas tangannya, entah mencari apa.

Ten pun memberikan kesempatan bagi Jae Hyun untuk berbicara dengan Ji Na. Pria itu menarik kekasihnya lembut dan membawanya kembali ke tempat duduk mereka.

SOUL.MATE = Don't Wanna Be Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang