Selamat Malam (Jumat) semuanya!
Sesuai request ya, update setiap malam jumat. Lumayan menantang hihihi👻
.
.
Jangan lupa Vote sebelum membaca, terima kasih
.
.
Happy and Enjoy♡
—————Kiara memegangi kepalanya yang terasa berdenyut kencang, memori tadi muncul begitu saja dan menambah pening yang mendera. Ia mencoba menggelengkan kepalanya, berharap dengan begitu rasa pusingnya hilang—begitu pula sosok kecil yang kini berdiri di depannya. Namun, upayanya sia-sia; semakin ia mencoba, semakin kuat denyut di kepalanya terasa.
"Apa Kiara sudah mengingatnya?" Suara lembut sosok kecil itu terdengar jelas, dan Kiara mendapati dirinya memandang mata hazel sosok anak kecil tersebut, dengan perasaan tak percaya.
Jadi, ia nyata? Bukan mimpi atau ilusi? Kiara pun berbisik, "Jadi... kamu yang selalu datang di mimpiku?" Sosok itu mengangguk senang, bahkan tertawa riang seperti anak kecil yang akhirnya mendapatkan mainan yang lama diinginkan.
"Aku sangat senang, Kiara! Pabera menepati janjinya. Sekarang kamu bisa melihatku dan kita bisa bermain bersama seperti dulu!"
"Tapi, kamu tidak nyata, Rabella. Bukankah tidak semua orang bisa melihatmu?"
"Benar! Tapi, kamu adalah salah satu yang bisa. Jadi, ayo kita bermain lagi seperti dulu! Aku sudah menantikan ini lama sekali," Rabella membujuk dengan mata berbinar.
Namun, Kiara menggeleng pelan, "Tidak. Semua sudah berubah, Rabella. Aku bukan anak kecil lagi yang bisa bermain sesuka hati."
Rabella cemberut kecewa, bibirnya mencebik, dan entah mengapa, melihat wajah sedih Rabella membuat Kiara ikut merasa pedih. Matanya terasa panas, hatinya seperti terhimpit, hingga ia ingin menangis juga.
"Kamu juga merasakannya, bukan?" Rabella bertanya. Tak mampu berbohong, Kiara hanya mengangguk.
"Kiara, kamu memiliki kepekaan batin yang kuat," ujar Rabella. "Kamu bisa merasakan emosi ruh, bahkan kesedihanku sekarang. Memang, kepekaan ini kadang membawa beban. Tapi selama aku di dekatmu, aku bisa melindungimu. Itulah alasanku di sini."
Kiara terdiam, mencerna kata-kata Rabella. Meskipun ia memahami maksud Rabella, pikirannya masih sulit menerima kenyataan yang begitu aneh ini, terlebih dengan banyak pertanyaan yang mulai muncul di benaknya.
"Apa kamu memikirkan memori tadi, tentang leluhurmu?" Rabella tampak menebak dengan tepat.
Kiara mengangguk perlahan, meski ragu. "Ya ..."
"Aku pernah bertemu dengan leluhurmu, tapi... belum waktunya bagiku untuk menceritakannya. Biarkan Kiara mengetahuinya sendiri atau Pabera yang akan menjelaskan suatu hari nanti."
Mendadak, pandangan Kiara mulai kabur. Ia berkedip, mencoba menajamkan penglihatannya, tetapi rasa kantuk mulai menguasainya. Pelan-pelan, kesadarannya memudar, hingga akhirnya ia menyerah pada kelelahan, tenggelam dalam tidur.
── ✦ ──
Mereka semua kembali ke kamar setelah melaksanakan kewajiban sebagai umat Muslim. Neva membuka pintu ruang rawat dan mendapati Kiara yang tertidur di ranjangnya. Mungkin karena menunggu mereka salat, Kiara tertidur sambil menunggu.
Raka dan Safila pun menyusul masuk ke dalam.
"Kiara tidur, Va?" tanya Safila.
"Iya, kayaknya kelamaan nunggu kita salat," sahut Neva sambil tersenyum kecil.
Raka ikut tersenyum, lalu mendekati Kiara dan perlahan menggoyangkan lengannya. "Ra?" panggilnya dengan lembut. "Bangun, Ra!"
Mata Kiara terbuka pelan, menyesuaikan diri dengan cahaya ruangan yang terasa terlalu terang setelah ia tertidur di tempat yang lebih gelap. "Raka?" gumamnya, lalu berusaha duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Me (Tahap Revisi)
HorrorKecelakaan naas yang dialaminya membuat Kiara kehilangan sebagian ingatannya. Dan parahnya lagi, ia justru bisa melihat makhluk tak kasat mata, lagi. Setelah bangun dari koma, ia didatangi satu sosok berupa anak kecil Belanda yang ternyata menguak i...