09 : Aneh

332 169 69
                                    

Hallo, selamat pagi, siang dan malam semua!
Jangan lupa makan ya!
Maaf lama up, karena lagi banyak urusan lainnya.
Terimakasih yang masih membaca cerita ini, jangan lupa vote+komen+share ya!
Love you <3
.
.
Happy and enjoyy🍒
-------------------------------

Seperti yang Raka janjikan kepada Neva, sore ini setelah pulang sekolah, remaja laki-laki itu langsung menuju rumah sakit untuk menemani Kiara.

Setibanya di rumah sakit, Liam dan Safila berpamitan untuk pulang dan melanjutkan aktivitas masing-masing. Liam harus mengurus kedainya bersama dua rekannya, sementara Safila melanjutkan persiapan masakan untuk makan malam nanti.

Kiara sedang menunggu Raka mengambil kursi roda di tempat penyimpanan alat kesehatan di lantai lima rumah sakit.

Tak lama kemudian, Raka kembali dengan kursi roda yang didorongnya.

“Wah! Makasih, Raka,” ujar Kiara ceria, terlihat semangat untuk jalan-jalan sore.

“Sama-sama, Tuan Putri.”

“Hah? Apa?” Kiara mengernyit bingung, takut salah dengar.

“Tuan Putri. Dulu, kita sering panggil-panggilan begitu. Lo jadi Tuan Putri, dan gue Pangeran,” jelas Raka dengan nada bercanda.

Kiara tertawa kecil, “Bohong, ah. Kok geli ya?”

“Lo sendiri yang usul duluan, masa lupa?”

Kiara menggeleng sambil tersenyum, “Serius deh, aku beneran nggak ingat.”

Raka tertawa, “Nah, sekarang tau kan? Se-alay apa kita dulu?”

“Ih, Raka, mulai sekarang jangan panggil gitu lagi ya? Malu, tau!” Kiara merengek sambil tertawa kecil.

“Hahaha, iya-iya!”

“Udah siap?” tanya Raka seraya menatap Kiara.

Kiara mengangguk dan mengulurkan tangannya. Dengan sigap, Raka membantu Kiara berpindah ke kursi roda, sedikit mengangkat tubuhnya dengan hati-hati.

“Maaf ya, Raka. Pasti aku berat, kan?”

“Enggak, lo entengan sekarang malah,” jawab Raka. Lelaki itu kini tengah memasang infus pada tiang yang ada di kursi roda khusus untuk infus.

“Berarti dulu aku berat?”

“Enggak juga sih, sekarang lebih enteng aja. Mungkin karena seminggu kemarin nggak ada asupan makanan yang masuk ke tubuh lo,” jelas Raka.

Kiara mengangguk pelan, mengerti.

Mereka kemudian keluar dari kamar dan menuju lift. Raka mendorong kursi roda dengan tenang, sementara Kiara menikmati momen kebersamaan itu meski dalam suasana yang berbeda dari biasanya.

“Kamu pasti capek, ya? Habis pulang sekolah langsung ngurusin aku yang sakit ini,” ucap Kiara dengan nada sedih.

“Enggak kok, gue sama sekali nggak capek. Malah gue senang banget karena lo udah siuman dan makin membaik,” jawab Raka, dengan senyum tulus. Ia tak berbohong sama sekali.

Kiara merasa terharu, “Jadi terharu ... Makasih ya, Ka?”

“Lo mah, makasih mulu,” keluh Raka sambil tertawa kecil.

“Habis gimana lagi? Aku jadi nggak enak ke kamu,” balas Kiara, merasa bersalah.

“Ra, kita ini sudah dari kunyuk bareng loh. Biasanya juga kita bareng, nggak ada ngerepotin-ngerepotin apalah itu. Kita kan saling anggap jadi keluarga, jadi jangan sungkan gitu lah!” Kiara tersenyum, merasa sangat beruntung memiliki Raka dan keluarganya yang selalu baik padanya.

Just Me (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang