25 : Hampir

220 132 90
                                    

Selamat malam Jumat!
.

Kamis, 4 Juli 2024
.

Happy and Enjoy
—————————

Sesuai kesepakatan bersama Anjani kemarin, setelah maghrib ini ia menghampiri rumah Anjani untuk belajar mengaji.

Di depan rumah Anjani, ia melihat sepasang sandal yang tampak asing. Dari modelnya, Kiara bisa menebak kalau itu bukan milik penghuni rumah; sepertinya milik guru ngaji yang akan membimbing mereka malam ini.

Sambil mengucapkan salam, Kiara mengetuk pintu. Tak lama kemudian, pintu terbuka, memperlihatkan Lena, ibu Anjani, yang menyambut dengan mukena putihnya.

"Sini, masuk, Kia!" Lena tersenyum ramah. Kiara membalas dengan senyuman dan menyalami tangan Lena dengan penuh hormat.

"Anjani masih ngaji di dalam, kamu sudah ditungguin tadi, ayo!"

Kiara mengikuti langkah Lena menuju ruangan kecil yang dipenuhi beberapa buku tentang ilmu agama. Ruangan ini adalah mushola kecil di rumah Anjani. Di dalamnya, Anjani sudah duduk mengaji di depan seorang pria paruh baya yang memakai sorban.

"Assalamualaikum, Pak," sapa Kiara sopan sambil menyalami Pak Ridwan, guru ngaji mereka.

"Iya, Waalaikumsalam. Duduk sini, nduk," Pak Ridwan mempersilakan dengan hangat.

"Tante ke kamar dulu ya, Kiara," kata Lena sebelum pergi.

"Terima kasih, Tante," jawab Kiara, tersenyum pada Lena yang membalas dengan anggukan kecil.

Sembari memperhatikan bacaan mengaji Anjani, pak Ridwan juga mempelajari Kiara beberapa ilmu agama tentang mengaji ini. Penjelasan tiap penjelasan Pak Ridwan sangat mudah diterima olehnya. Semakin banyak pengetahuan agama yang ia tahu malam ini.

Kegiatan mereka terhenti ketika waktu memasuki sholat Isya. Masing-masing mengambil wudhu bergantian. Lena pun juga ikut sholat berjamaah. Mereka berempat melaksanakan sholat berjamaah malam itu. Sedangkan Endi, Papah Anjani sendiri belum pulang kerja karena lembur.

Usai sholat, mereka duduk di ruang tamu. Pak Ridwan memberikan beberapa nasihat kepada Anjani dan Kiara. Kedua gadis itu masih mengenakan mukena, sementara Lena yang sudah berganti baju tetap berpakaian tertutup lengkap dengan hijab. 

"Maaf menyela. Ini ada camilan dikit, silakan dinikmati, Pak Ridwan, Anjani, Kia!" Lena mempersilakan mereka, kemudian berlalu ke kamarnya setelah mendapatkan balasan terima kasih dari tamunya.

"Silakan, Pak Ridwan, Kia," kata Anjani mempersilakan mereka menikmati camilannya juga sebagai Tuan rumah.

Pak Ridwan dan Kiara mengangguk pelan, menandakan perhatian penuh mereka. Pak Ridwan melanjutkan pembahasannya dengan suara tenang dan penuh makna.

"Begitulah, kehidupan manusia dan jin memang berdampingan. Banyak cara yang digunakan syaiton untuk menyesatkan kita, salah satunya lewat bisikan. Dalam Al-Quran surat An-Naas, dijelaskan bahwa setan membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia."

Beliau melanjutkan dengan nada penuh nasihat, "Namun, kita bisa melawannya. Langkah pertama adalah ikhlas—terutama ikhlas dalam beragama. Ikhlas menjalankan perintah Allah, ikhlas menerima takdir yang telah ditetapkan-Nya. Saat kita benar-benar ikhlas, celah bagi setan untuk mengganggu ibadah kita akan semakin sempit."

Kiara mendengarkan dengan seksama, meresapi tiap kata Pak Ridwan. Ia tersadar bahwa selama ini ia belum sepenuhnya ikhlas menjalani takdirnya. Sering kali, tanpa disadari, ia berandai-andai tentang masa lalunya, seolah menolak keadaan yang ada sekarang.

Just Me (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang