10 : Tak Bisa Menolak

341 174 61
                                    

Selamat pagi, siang dan malam semuanya!!
Sesuaikan sapaan waktu menurut waktu baca kalian ya hahahahaaa!!
.
.
Sebelumnya selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan♡
.

Terima kasih loh, sudah mau membaca dan menunggu kelanjutan part sebelumnya, senang sekali ternyata cerita ini bisa dibaca oleh banyak orang
.
.
Jangan lupa klik bintangnya ya!!
.

Happy and Enjoy♡

Sejak sore tadi, Kiara lebih banyak diam. Gadis itu hanya duduk di ranjangnya, terkadang menonton televisi, namun lebih sering melamun, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Raka, yang setia menemani, merasa ada sesuatu yang mengganjal. Namun, ia tak berani mengusik. Mungkin Kiara sedang berusaha beradaptasi setelah koma yang dialaminya.

Meski begitu, rasa khawatir tak henti-hentinya menyelimuti Raka. Ia tak bisa hanya duduk diam sementara sahabatnya terlihat begitu jauh. Akhirnya, setelah menimbang-nimbang, ia mendekati Kiara.

"Ra?" panggil Raka pelan.

"Iya?" sahut Kiara, menatapnya dengan mata yang tampak sayu.

"Lo baik-baik aja, kan?" tanyanya hati-hati.

Kiara terdiam, seolah sedang mempertimbangkan jawabannya. "Aku... merasa ada yang aneh sama diriku, Ka," ucapnya akhirnya.

"Aneh gimana?" Raka segera menarik kursi lebih dekat ke ranjang, bersiap mendengar lebih lanjut.

Kiara menggelengkan kepala pelan, terlihat bingung. "Nggak tahu... rasanya ada yang berubah. Terutama soal penglihatan dan ingatanku. Tapi yang aneh, ingatan-ingatan itu nggak asing buatku, padahal aku yakin itu bukan dari masa kecilku."

Raka mengernyit, mendengarkan dengan penuh perhatian. Ada kekhawatiran yang terselip dalam hatinya, namun juga rasa penasaran. "Ingatan apa, Ra?" tanyanya pelan, suaranya penuh keingintahuan.

Kiara menunduk sejenak, tampak ragu untuk melanjutkan. "Aku... yakin ini bukan tentang aku, tapi tentang orang lain. Ada seorang pria... namanya Pabera. Apa kamu tahu, siapa dia?" Kiara menggantungkan kalimatnya, pandangannya beralih ke arah Raka, menanti jawaban.

Raka terdiam, tubuhnya mendadak kaku. Nama itu memicu sesuatu dalam ingatannya. Pabera... atau Beramata, yang lebih dikenal sebagai Pak Bera. Pria itu adalah sosok yang cukup misterius, pernah terlibat dalam urusan keluarga Kiara.

Saat itu, sekitar sebulan setelah ulang tahunnya yang ketujuh, Kiara dan keluarganya sedang sibuk mempersiapkan pesta ulang tahunnya. Sebagai sahabat dekat, Raka selalu menemani Kiara ke mana pun dia pergi, begitu juga sebaliknya. Mereka nyaris tidak terpisahkan.

Namun, sehari sebelum perayaan ulang tahun Kiara, tepatnya pada hari Kamis malam, kepanikan melanda. Kiara menghilang tanpa jejak. Kakaknya, Eza, terakhir melihat Kiara tidur di kamarnya, tapi saat dicari ke mana-mana, ia tidak ditemukan. Raka, yang saat itu ada di rumah Kiara, menangis karena tahu sahabatnya hilang. Malam itu berubah menjadi malam panjang tanpa tidur, semua orang mencari Kiara tanpa hasil.

Di tengah kecemasan itu, sosok pria bernama Pabera tiba-tiba muncul. Hujan turun deras saat Pabera, pria misterius yang belum pernah Raka temui sebelumnya, menerjang malam dengan wajah serius. Raka masih ingat jelas betapa aneh dan tak masuk akal tindakan Pabera saat itu. Mereka semua berjalan menuju gudang tua di rumah Kiara, tempat yang penuh dengan barang-barang usang dan debu tebal.

Pabera menggelar tikar dari daun lontar dan menyusun beberapa baskom yang berisi bunga, lilin, dan dupa. Raka tidak diizinkan melihat lebih jauh. Eza dan Liam membawanya ke ruang tamu, jauh dari apa pun yang sedang dilakukan Pabera di gudang itu. Beberapa saat kemudian, listrik padam, dan dalam gelap, Raka mendengar suara Kiara menangis... namun anehnya, sesekali ia juga tertawa dan berbicara dalam bahasa yang tak dimengerti. Suara itu berasal dari arah gudang.

Just Me (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang