20 : Rahasia Masing-masing

266 131 210
                                    

Kamis, 6 Juni 2024
.

Malam ini merupakan malam Jumat pertama di bulan Juni 2024 ini, ada yang tau tepatnya malam jumat dengan weton apa?
.

Selamat menikmati tiap ketikan yang disajikan semuanya ..
.
Happy and Enjoy♡
——————–———–

"K-kamu bisa melihat... 'mereka'?" tanyanya sekali lagi, memastikan dirinya tak salah dengar.

Anjani mengangguk pelan. "Sejak kejadian waktu SMP itu, tanpa sengaja mata batinku terbuka... dan sampai sekarang masih begitu. Mungkin selamanya?"

"Dan hanya kamu sama Mama yang mengetahui hal ini. Papa tidak tahu," lanjut Anjani.

"Kenapa?"

"Maaf, bukan bermaksud kepo dengan urusan itu, tapi kenapa kamu malah memberitahuku, padahal kita saja baru kenal beberapa waktu?" tanyanya, ia merasa aneh saja.

Anjani menunduk sejenak, lalu menghela napas panjang. Wajahnya mendadak terlihat sendu. "Aku nggak mau bikin Papa tambah khawatir. Sejak kejadian itu, Papa udah cemas banget. Kalau dia tahu aku bisa lihat... makhluk seperti itu, mungkin Papa akan lebih terbebani. Padahal aku sendiri udah ikhlas menerima semua ini."

Ia terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Soal kenapa kamu? Aku kan bilang tadi, ya... aku merasa nyaman cerita ke kamu. Kamu orang pertama selain Mama yang aku percaya untuk ini. Rasanya aku bisa keluar dari bayang-bayang masa lalu dengan berteman sama kamu."

Perasaan hangat menjalari hati Kiara. Bukan hanya rasa syukur karena memiliki teman seistimewa Anjani, tetapi juga karena menemukan seseorang yang memiliki kesamaan dengannya.

"Jadi, kamu benar-benar percaya dengan apa yang kita lihat itu, Njan?"

Anjani mengangguk tegas. "Iya, kenapa nggak? Allah menciptakan makhluk-makhluk itu sebagai ujian buat kita. Walaupun, aku sendiri masih kadang kesulitan melawan hawa negatif yang kadang nempel di diriku."

Anjani tersenyum, senyum yang manis dan penuh ketulusan. "Kalau kamu bisa menerimanya dengan ikhlas, kamu pasti bisa lebih kuat dari sekarang," katanya lembut.

Tiba-tiba, Kiara merasa matanya basah. Ia menyeka air matanya yang tak terbendung, merasa sangat bersyukur telah bertemu Anjani.

"Terima kasih banyak, Anjani. Kamu membuatku belajar untuk lebih menerima semua ini..."

Anjani tersenyum, kali ini lebih lebar. "Aku juga terima kasih sama kamu, Kiara. Karena kamu, aku perlahan mulai berani keluar dari diriku yang dulu..."

Ia mengamati Anjani dengan lekat. Memang benar, ia melihat aura Anjani berubah lebih baik dari yang kemarin— hari pertama mereka bertemu.

Wajah gadis itu terasa lebih cerah dan beberapa tonjolan kecil di kulit wajahnya juga sudah membaik, setidaknya tidak mengeluarkan cairan seperti nanah. Senyum di wajahnya terus terukir, membuat lesung pipi sebelah kirinya terlihat. Sangat cantik dan manis.

"Jangan menatap wajahku seperti itu! Aku jadi malu, Kiara," celetuk Anjani mengundang tawanya.

"Maaf-maaf. Aku lihat kamu hari ini cantik sekali, Anjani. Aura kamu seakan berubah drastis dari yang kemarin aku lihat."

"Kamu gombal?"

"Nggak, beneran kok." Keduanya pun tertawa bersamaan, merasakan ikatan pertemanan yang semakin dalam.

Just Me (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang