Kamis, 1 Agustus 2024
.
Selamat Malam Jumat pertama di bulan yang baru!
.
Dan selamat menikmati part ini guys!
.
Happy and Enjoy♡
——————————Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?
Kiara kembali membuang napas dengan kasar. Raka tak memberikan jawaban sedikit pun tentang apa yang terjadi padanya, dan keheningan itu semakin menguatkan rasa curiga yang menggelayuti hatinya.
Ia yakin bahwa kecelakaan yang dialaminya bukanlah kecelakaan tunggal. Sepertinya, ada korban lain.
Apakah ia memiliki seorang kakak?
Pembicaraan sang Ibu dengan seseorang kemarin malam terus terngiang di kepalanya. Sang Ibu tidak bisa mengadakan pengajian empat puluh harian di rumah ini. Untuk apa sang Ibu menggelar acara tersebut? Bukankah itu biasanya dilakukan oleh keluarga yang sedang berduka? Siapa anggota keluarganya yang baru saja meninggal?
Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di pikirannya, tak memberi ruang untuk ketenangan.
Bak mendapatkan petunjuk, ia meraih kalender meja di lemari kecil di sebelah kasurnya. Dengan cepat, ia menghitung hari sejak kecelakaan itu terjadi. Suatu fakta yang membuat perasaannya semakin tidak karuan.
Tiga minggu ke depan, waktunya sangat tepat dengan empat puluh hari sejak kecelakaan itu. Ia menghitung lagi, hari itu jatuh pada Rabu, 24 Oktober 2018.
Apa benar ada korban lain selain dirinya?
Kiara merasa dorongan kuat untuk mencari tahu. Jika memang ada korban lain dalam peristiwa itu, ia harus mengetahui siapa mereka. Ia berharap, jika ada yang selamat, ia bisa mengunjungi rumah atau tempat peristirahatan terakhir korban itu.
Hatinya kembali berdesir. Apakah korban lain itu keluarganya? Jika bukan, mengapa sang Ibu menggelar acara pengajian? Tidak, perasaannya mulai gelisah dan tidak tenang. Ia takut, menghadapi kenyataan yang lebih mengejutkan daripada ekspektasinya.
Di tengah kerisauannya, ponselnya berdering singkat.
Satu pesan masuk dari Anjani, mengundangnya untuk datang mengaji lagi di rumahnya setelah maghrib.
Helaan napas keluar dari mulutnya. Rasa malas tiba-tiba menyelimuti dirinya. Namun, ia teringat akan perkataan Pak Ridwan tentang bisikan setan yang menyesatkan manusia dari melakukan ibadah dan kebaikan lainnya.
Teringat dengan tekad bulatnya untuk menyempurnakan kemampuannya nanti malam dengan bantuan Pak Ridwan, seakan ia mendapatkan jalan keluar. Jika orang di sekelilingnya tidak bisa membantunya mengingat atau memberi tahu apa yang terjadi, mungkin ia bisa meminta bantuan kepada mereka yang tak kasat mata.
Dengan tekad itu, ia beranjak ke kamar mandi untuk membasuh wajah dan mengambil wudhu. Ia melaksanakan sholat maghrib yang tertunda. Hampir saja hatinya terhasut untuk tidak melaksanakan kewajibannya, tetapi kali ini ia meneguhkan niatnya.
Beberapa menit kemudian, Kiara sudah berada di rumah Anjani. Mereka menanti kedatangan guru ngaji mereka, Pak Ridwan, yang hingga saat ini belum juga tiba. Seharusnya beliau sudah datang.
"Kamu sudah hubungi beliau belum?" tanya Kiara.
"Sudah, tapi ponselnya nggak aktif," jawab Anjani dengan raut wajah cemas.
"Mungkin beliau ada acara di rumah dan nggak bisa datang?" Kiara berusaha berpikir positif.
"Nggak, kalau seperti itu, beliau pasti bilang ke aku atau Mama," balas Anjani, mengangguk paham. Mereka berdua berusaha mengusir perasaan khawatir yang menggelayuti hati. Pasti gurunya akan tiba segera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Me (Tahap Revisi)
HorrorKecelakaan naas yang dialaminya membuat Kiara kehilangan sebagian ingatannya. Dan parahnya lagi, ia justru bisa melihat makhluk tak kasat mata, lagi. Setelah bangun dari koma, ia didatangi satu sosok berupa anak kecil Belanda yang ternyata menguak i...