Kembali lagi di malam jumat, waktunya update!!!
.Bagaimana kabar hari kalian?
.Happy and Enjoy♡
——————————Waktu berlalu tanpa terasa. Sekarang sudah pukul dua siang—tandanya semua pelajaran di SMA Bina Merdeka telah usai. Bel sekolah bergema nyaring di tiga gedung, menandakan akhir dari kegiatan belajar mengajar hari itu.
Di kelas Sebelas MIPA Dua, Pak Lilik, guru Fisika, baru saja menutup pelajarannya. Sebelum benar-benar pergi, beliau memberikan tugas berupa makalah yang akan dipresentasikan dua hari lagi. Topiknya sederhana namun menantang: penelitian mengenai kalor. Setiap murid diminta membentuk kelompok beranggotakan enam orang, sesuai jumlah murid yang kini genap menjadi tiga puluh enam setelah Kiara bergabung—menyebabkan terbentuknya enam kelompok.
Pak Lilik mempersilakan mereka membentuk kelompok secara bebas sebelum meninggalkan kelas. Beberapa murid mulai berdiri, siap meninggalkan sekolah atau beralih ke kegiatan ekstrakurikuler. Namun, sebelum benar-benar bubar, Abram, si ketua yang sangat aktif, mengambil posisi di depan kelas, menarik perhatian teman-temannya.
"Perhatian semuanya!"
"Loh, Kowe arep ngopo toh? [Kamu mau ngapain?] " tanya salah satu teman kelasnya.
"Jadi begini, soal pembagian kelompok, bagaimana kalau kita pakai sistem undian saja? Biar lebih adil," jelas Abram sambil menatap teman-temannya.
Semua teman-temannya mempertimbangkan tawaran Abram. Terdengar beberapa perkataan protes karena mereka yang sudah terbiasa satu kelompok pasti bisa saja terpisah karena sistem undi ini, namun ada juga yang setuju dengan usulan Abram tersebut.
"Ya sudah gini saja, yang setuju pakai sistem undi ini, angkat tangan!" pintanya. Tak butuh waktu lama, lebih dari setengah kelas mengangkat tangan, menandakan persetujuan mayoritas.
"Baik, berarti kita pakai sistem undian, ya," ucap Abram dengan senyum puas.
Abram segera menyiapkan enam lintingan kertas kecil, masing-masing berisi angka satu hingga enam. Ia kemudian meminta Aulia, sekretaris kelas, untuk membantu mencatat hasil undian di papan tulis. Aulia mengangguk dan mulai membuat enam kolom untuk menuliskan anggota tiap kelompok.
Satu per satu, mereka maju mengikuti absen untuk mengambil lintingan kertas yang menunjukkan nomor kelompok mereka. Kurang dua orang yang belum menentukan nasib mereka menjadi anggota kelompok satu atau lima. Orang itu adalah Zahwa dan Kiara. Karena Kiara anak baru, jadi absensi Gadis itu masih terletak di bagian terakhir.
"Ndang sat-set, mbak!" [Lekas cepetan, Mbak!]. Seru Iman sambil mengusap kedua telapak tangannya tak sabar. Karena dia merupakan bagian dari kelompok lima.
Kiara maju bersama Zahwa untuk mengambil lintingan kertas. Ia membuka kertas itu perlahan, jantungnya berdebar-debar meskipun ia tak memiliki ekspektasi tinggi. Sebagai murid baru, ia hanya berharap bisa bekerja sama dengan baik, siapa pun teman sekelompoknya nanti.
Kertas terbuka, dan Kiara melihat angka satu tertera di sana—berarti ia akan bergabung di kelompok satu, sementara Zahwa masuk kelompok lima.
Setelah semua anggota kelompok terbagi rata, Abram kembali memberi arahan agar masing-masing kelompok bisa memulai diskusi, sembari menyerahkan keputusan apakah mereka ingin langsung membahas tugas atau pulang dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Me (Tahap Revisi)
HorrorKecelakaan naas yang dialaminya membuat Kiara kehilangan sebagian ingatannya. Dan parahnya lagi, ia justru bisa melihat makhluk tak kasat mata, lagi. Setelah bangun dari koma, ia didatangi satu sosok berupa anak kecil Belanda yang ternyata menguak i...