18 : Nasi Goreng Putih

285 138 114
                                    

Kamis, 23 Mei 2024

Kembali lagi di malam Jumat semuanya!

Jangan lupa Vote dan komen ya♡

Happy and Enjoy
————————

"Eh, Raka?" suara Oji menyentak Raka dari lamunannya.

"Susst! Jangan bilang Bang Liam gue mergokin dia, ya, Bang?" jawab Raka dengan nada setengah berbisik. Oji hanya mengangguk, tampak bingung melihat gelagat aneh adik temannya itu. Ia baru menyadari bahwa Liam tengah berbincang dengan seorang perempuan di pojok Kedai. Tak ingin ikut campur, ia lebih baik melanjutkan niatnya untuk membuang sampah dan kembali bekerja.

Raka kembali menatap ke arah Liam. Rasa penasarannya semakin membuncah, tetapi ia tahu siapa yang tengah bersama abangnya itu. Kak Lika, mantan pacar Eza. Kenangan itu berputar di pikirannya, dan rasa sakit kembali menyergapnya. Ia tak jadi mengambil gambar dengan ponselnya. Namun, kini ia jadi penasaran tentang apa yang keduanya bahas sampai-sampai memilih tempat duduk di paling pojok Kedai.

Karena tak ada kursi kosong di dekat situ, akhirnya ia memutuskan untuk pergi. Ia sudah kehilangan minat untuk mengikuti rasa penasarannya. Sebagai gantinya, ia memilih untuk memesan minuman dan menunggu kedatangan teman-temannya di Kedai sang kakak.

Namanya juga remaja yang baru memasuki fase nakal, benda yang berisi tembakau dan pematik sudah tak asing lagi baginya dan teman-temannya. Namun, Raka adalah salah satu yang masih menghindari benda itu, memikirkan masa depannya yang lebih cerah. Ia lebih memilih mengisap sedotan minumannya yang mengeluarkan air kopi saat disedot, daripada menghisap rokok yang mengeluarkan asap beraroma tembakau.

Alasan sebenarnya bukanlah sekadar bibir hitam; Raka ingin siapa pun aman di sampingnya, terutama Kiara. Gadis itu tidak menyukai bau asap rokok, dan Raka tidak ingin mengecewakannya.

Terhitung ada delapan teman Raka yang ikut nongkrong di sini, termasuk dirinya. Beberapa dari mereka adalah teman tim basketnya, Dio, Ibran, dan Nasrul. Sedangkan empat lainnya adalah teman dekatnya, Agas, Elan, Nadir, dan Gazali, atau yang akrab dipanggil Ali. Tentu keempatnya mengenal Kiara, dan setiap kali mereka berkumpul, kehadiran Kiara seolah menambah ceria suasana.

Kedai Kopi Teh malam minggu ini terasa ramai berkat mereka. Canda tawa menggema, menciptakan suasana yang hangat. Namun, di dalam hati Raka, ada bayangan kekhawatiran yang terus mengganggu.

Liam akhirnya menyadari keberadaan sang adik bersama teman-temannya. Ia menghampiri meja mereka dengan senyum lebar.

"Pantes rame, ternyata kalian," kata Liam, mencoba terdengar santai.

Raka melirik abangnya itu dengan tatapan seolah mengatakan, 'Sok asik, lo!' Ia celingak-celinguk mencari sosok Lika, namun tak ia temukan di sekitar Kedai. Cepat sekali perginya, pikirnya, perasaan campur aduk kembali menghampirinya.

"Bang Liam! Sehat lo?" tanya Ibran, tidak kalah sok asiknya.

"Sehat selalu gue. Kalian juga sehat, kan?"

"Sehat, Bang. Palingan itu si Nadir, habis jatoh dari motor sampai kakinya diperban gitu," celetuk Nasrul.

"Ah, cuman gini. Nggak usah pada lebay deh, nggak ngaruh lah kalau buat nongki ginian," balas Nadir sambil tersenyum.

"Nggak ngaruh ke lo, tapi mak lo tuh!" cercah Ali, membuat tawa mereka menggelegar.

"Selagi nggak demam, mah, aman. Ya nggak?" ucap Agas.

"Yoi, kalau demam, gue OTW bikin surat wasiat," balas Nadir.

Mereka semua tergelak mendengar lelucon itu, tetapi di hati Raka, rasa cemas tentang Kak Lika dan kenangan Eza terus menggerogoti pikirannya. Tidak terasa, mereka bergurau hingga Kedai itu tutup pada pukul satu dini hari, tetapi kegembiraan di luar tidak sepenuhnya menutupi ketegangan yang mengganjal di dalam diri Raka.

Just Me (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang