Kamis, 15 Agustus 2024
.
Kembali di malam Jumat semuanya!
.
Selamat menikmati part ini, jangan lupa vote sebelum membaca, okey?♤
Happy and Enjoy♡
——————————Anjani memasuki ruang tamu bersama kedua orang tuanya. Dari teras depan, Kiara mengawasi ketiganya, tak dapat mengusir keresahan yang memenuhi dadanya. Ia tahu betapa pentingnya bantuan Anjani, tetapi juga khawatir jika kedua orang tua Anjani melarangnya. Risiko yang harus ditanggung Anjani terasa terlalu besar.
Tak lama kemudian, Anjani kembali dan duduk di kursinya. Wajahnya tampak sedikit pucat, tetapi tetap berusaha terlihat kuat.
"Kamu benar nggak papa, Njan?" Kiara bertanya pelan, nada khawatir di suaranya tak bisa disembunyikan.
"Nggak papa, Ra. Ini bukan pertama kalinya aku mengalami yang seperti tadi. Ini bukan masalah medis—ini lebih tentang kemampuan yang aku miliki," jawab Anjani tenang, meskipun kata-katanya justru membuat Kiara semakin bingung.
"Jangan khawatir, aku sudah biasa," Anjani mencoba menenangkan, meskipun Kiara tahu bahwa Anjani sedang menutupi kekhawatirannya sendiri.
Sebenarnya, kedua orang tua Anjani baru saja melarang putri mereka untuk membantu Kiara lebih lanjut. Mereka khawatir efeknya pada kesehatan Anjani yang sudah tampak lelah dan sedikit pucat setelah kejadian tadi. Mereka tak ingin melihat Anjani jatuh sakit, tapi Anjani tidak membiarkan kekhawatiran itu menghalanginya. Tekadnya untuk membantu Kiara lebih kuat daripada rasa takutnya sendiri.
"Gimana aku nggak khawatir, Njan? Tadi kamu sampai kejang-kejang gitu ... Aku beneran khawatir." Kiara menatap temannya penuh kekhawatiran.
"Yang pasti sekarang aku baik-baik saja, Ra. Mau lanjut?" Anjani tersenyum menenangkan, meski jelas terlihat tubuhnya masih lemah.
Kiara terdiam, hatinya diliputi keraguan. Ia ingin masalah ini selesai, tetapi melihat Anjani tampak lebih pucat dan lemas membuatnya bimbang. "Kita lanjut besok aja, Njan. Kamu nggak apa-apa kan?"
Anjani mengangguk lembut. "Iya, semua keputusan aku serahkan ke kamu. Yang penting kamu merasa nyaman."
Kiara menghela napas lega. "Oke, kita cukupkan malam ini, ya? Aku nggak mau kamu sakit. Bibir kamu juga kelihatan pucat."
Anjani tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan keletihan yang menjalari tubuhnya. Ia pun diam-diam mengusap matanya yang berair. "Baiklah, kalau begitu, kita lanjutkan besok. Mudah-mudahan kita bisa menemukan jawaban yang selama ini kamu cari."
Hati Kiara menghangat, dan untuk pertama kalinya ia merasakan sedikit harapan. Besok, mungkin semua misteri ini akan terpecahkan.
Anjani mengantar Kiara hingga ke depan rumah.
"Terima kasih banyak buat malam ini, Anjani. Maaf aku bikin kamu—"
"Nggak usah merasa bersalah, Ra. Ini bukan salah kamu. Apa yang terjadi tadi di luar kendali kita," Anjani memotong dengan lembut, suaranya tegar.
"Aku masih bingung, Njan. Tadi kamu bilang kamu kayak masuk ke alam bawah sadar ... Maksudnya apa?"
Anjani terdiam, ragu untuk menjawab. Apa yang ia alami saat itu memang lebih rumit dari yang bisa dijelaskan. Jika ia menceritakannya sekarang, ia khawatir dampaknya bisa memengaruhi ingatan Kiara.
Seolah menjawab kebisuan mereka, sosok pria keluar dari dalam rumah Kiara. Kiara belum menyadari kehadirannya sampai Anjani berbisik, "Ra, ayah kamu datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Me (Tahap Revisi)
HorrorKecelakaan naas yang dialaminya membuat Kiara kehilangan sebagian ingatannya. Dan parahnya lagi, ia justru bisa melihat makhluk tak kasat mata, lagi. Setelah bangun dari koma, ia didatangi satu sosok berupa anak kecil Belanda yang ternyata menguak i...