27 : Tak Sadarkan Diri

259 115 134
                                    

Update di Malam Jumat!

Kamis, 11 Juli 2024
.

Happy and enjoy♡
———————————

Mona menghentikan mobilnya di depan sebuah bangunan yang masih dalam proses pembangunan. Para pekerja tampak sibuk, bekerja sama menyelesaikan struktur bangunan yang luas ini. Setelah memarkirkan mobil merahnya di sebelah Fortuner hitam, Mona turun dan berjalan mendekati seorang pria yang duduk di bangku panjang, mengawasi pekerjaan.

"Mas!" panggil Mona lembut.

Aryo, yang ternyata adalah pria itu, mengangkat wajahnya. "Kamu habis mengantar Aran?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari pembangunan.

Mona mengangguk sambil duduk di sebelahnya. "Iya, Mas. Hari ini Aran mulai sekolah di tempat barunya."

"Dimana?" Aryo menoleh sedikit, seolah penasaran.

"Di SMA Bina Merdeka," jawab Mona.

Raut wajah Aryo berubah. Ia menatap Mona tajam. "Kamu tau kan, Kiara juga sekolah di situ?"

"Tahu, Mas," Mona menjawab santai, seolah tak terganggu.

Aryo menarik napas panjang, menahan kekesalan. "Jadi kenapa Aran kamu sekolahkan di sana juga? Bagaimana kalau Neva sampai tahu?"

Mona balas menatapnya, tak gentar. "Memangnya kenapa, Mas? Sampai kapan kamu akan menyembunyikan hubungan kita? Bukankah kamu bilang sudah tidak ada cinta lagi untuk Neva?"

Pertanyaan Mona membuat Aryo terdiam. Di dalam hatinya, ia bimbang. Ada banyak pertimbangan yang membuatnya ragu untuk meninggalkan Neva, terutama karena perusahaan mereka, AN Group, sebagian besar sahamnya dipegang oleh istrinya itu. Awal berdirinya perusahaan, hampir setengah modal berasal dari Neva. Sebab itu, jika mereka bercerai, Neva akan mendapatkan porsi terbesar, dan ia hanya akan mendapat sebagian kecil.

Selain itu, hak waris perusahaan yang awalnya tertuju pada Eza, otomatis turun pada Kiara karena wafatnya Eza. Aryo menyadari bahwa jika ia benar-benar meninggalkan Neva, sumber penghasilannya akan sangat berkurang. Panti Asuhan ini, yang sedang mereka bangun, memang diharapkan mampu menarik dukungan dari donatur dan pemerintah, tetapi hasilnya belum tentu memadai untuk menopang kehidupan mereka nanti.

Di tengah pikirannya yang bimbang, cintanya pada Mona menguat, mengalahkan perasaan yang dulu ia miliki untuk Neva. Ditambah lagi, perilaku Neva yang belakangan ini semakin sulit dihadapinya membuat Aryo semakin muak. Namun, di sisi lain, bayang-bayang kerugian yang ia hadapi jika bercerai menahan langkahnya.

Aryo menatap Mona dengan pandangan penuh kegelisahan. "Aku nggak bisa asal menceraikan dia begitu saja. Kalau kami berpisah, sebagian besar AN Group akan jadi milik Neva. Panti ini juga belum selesai seratus persen, jadi aku nggak bisa sepenuhnya mengandalkan dana dari sini. Dan belum tentu hasilnya cukup untuk membiayai hidup kita."

Mona memiringkan kepalanya, mencoba menenangkan Aryo. "Bukannya sudah ada donatur yang mau membantu membiayai Panti ini, Mas?"

"Iya, tapi aku nggak mau mengambil hak anak-anak nantinya. Kita butuh penghasilan tambahan."

Mona menghela napas. "Loh, Mas? Kita nggak mengambil hak mereka kok. Kita bakal hidup bersama mereka dan memenuhi kebutuhan kita serta anak-anak asuh. Kita bisa membagi semuanya secara merata."

Aryo mengusap pelipisnya yang mulai terasa berdenyut. "Nanti akan aku pikirkan lagi."

Mona melontarkan pandangan tajam. "Apa lagi yang perlu dipikirkan, Mas? Cerai atau nggak sama Mbak Neva? Aku butuh kepastian! Kamu sudah janji mau ceraikan dia dan menikahi aku. Kita bisa memulai hidup baru bersama Aran dan anak-anak asuh. Aku yakin kita bisa!"

Just Me (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang