Kamis, 30 Mei 2024
.Kembali lagi di malam jumat! Kali ini menjadi malam jumat terakhir di bulan Mei, maka itu ayo ramaikan setiap paragraphnya?
.Happy and Enjoy♡
———————————Neva meletakkan raket di sisinya dan duduk di kursi besi di tepi lapangan bulu tangkis, menenangkan napas yang masih tersengal. Keringat membasahi pelipisnya, mengalir pelan di wajahnya. Tak lama, seorang pria mendekat, membawa sebotol air mineral dingin.
"Ini, minum dulu," kata pria itu, menyerahkan botol kepadanya.
Neva menerimanya, lalu tersenyum. "Sebenarnya, nggak baik langsung minum es habis olahraga, nanti jantungnya kaget." Dia membiarkan botolnya sebentar, menunggu dinginnya berangsur hilang.
Pria itu tertawa kecil sambil membuka botolnya sendiri dan meneguknya tanpa ragu. "Iya, mantan calon dokter ini rupanya belum lupa soal kesehatan, ya?" sindirnya dengan nada bercanda.
"Apaan sih, Ta? Bikin flashback aja deh kamu," jawab Neva sambil tersenyum kesal.
Danta menggeleng pelan. "Andai kamu nggak buru-buru nikah, Va, mungkin sekarang kamu udah jadi dokter hebat."
"Sudahlah, Ta. Kalau waktu bisa diulang, mungkin aku juga bakal mikir lagi buat nikah muda," Neva tertawa ringan, mencoba mengalihkan suasana.
Danta ikut tertawa, meski tak pernah bosan memandangi wajah Neva, yang kini mulai menunjukkan kerutan tipis di sudut matanya. Perasaan lama itu masih ada—rasa yang tak pernah hilang sejak dulu.
Dulu, di usia belasan, Danta pernah menyatakan cinta pada Neva. Mereka sempat menjadi pasangan sampai lulus sekolah, tetapi Neva kemudian dijodohkan dengan Aryo. Danta pernah ingin menantang perjodohan itu, namun restu tak kunjung didapat, dan akhirnya mereka berpisah. Danta memutuskan untuk merantau ke Semarang, mengubur perasaannya dalam-dalam. Tapi kini, takdir mempertemukan mereka lagi.
Neva menikah muda, saat usianya baru menginjak sembilan belas. Aryo, yang kala itu berusia dua puluh dua, adalah sosok dewasa yang dianggap bisa menjaga dan mendampingi Neva. Meski Neva memiliki cita-cita besar untuk menjadi dokter, ia mulai menguburnya saat mengandung anak pertamanya, Eza. Kehamilan membuatnya sering kelelahan, dan akhirnya ia harus melepas cita-citanya demi peran sebagai ibu rumah tangga.
Meski begitu, Neva tak menyesali keputusannya. Ketika Eza lahir, ia merasa hidupnya telah lengkap. Namun, ia juga tak menyangka akan mengandung Kiara saat Eza berusia empat tahun. Neva sempat berharap Eza menjadi anak tunggal, tetapi takdir berkata lain. Tahun 2002, Kiara lahir, dan hidupnya kini berputar sepenuhnya pada keluarga.
Memikirkan semua itu, Neva sedikit merenung. Terkadang ada penyesalan kecil, andai ia tetap melanjutkan pendidikannya dan tidak menghentikannya saat mengandung Kiara, mungkin ia bisa melanjutkan study-nya dan kini ia sudah menyandang gelar profesi Dokter. Lamunannya terhenti ketika Danta menatapnya, membawa kembali ingatan masa lalu.
"Kamu nggak kepikiran cari istri lagi, Ta?" tanya Neva, memecah keheningan.
Sudah enam tahun Danta menduda. Istrinya, Vivi, meninggal dunia karena sakit keras. Meski pernikahan itu memberinya dua anak, Danta tak pernah merasakan cinta yang sama seperti cintanya pada Neva. Rasa yang dulu ia punya untuk Neva seakan tak pernah benar-benar pergi.
"Sebelumnya, memang nggak kepikiran. Aku sibuk sama anak-anak. Tapi sekarang, mereka sudah dewasa. Mungkin... aku butuh seseorang untuk menemani masa tua, untuk berbagi hidup," jawab Danta dengan tatapan jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Me (Tahap Revisi)
TerrorKecelakaan naas yang dialaminya membuat Kiara kehilangan sebagian ingatannya. Dan parahnya lagi, ia justru bisa melihat makhluk tak kasat mata, lagi. Setelah bangun dari koma, ia didatangi satu sosok berupa anak kecil Belanda yang ternyata menguak i...