17 : Hanya Sebuah Pelarian

280 135 114
                                    

Kamis, 16 Mei 2024
.
Kembali lagi di malam Jumat Besti!
.
Jangan lupa sebelum membaca, pencet Vote nya ya, lofyuu
.

Happy and Enjoy♡
———————————

"Kamu bisa melawannya, Nak!"

Kiara menatap keduanya, kebingungan menyelimuti pikirannya. Apa sebenarnya yang terjadi pada Anjani hingga gadis itu terisak begitu?

Lena mulai mengurai pelukannya, mengusap lembut kedua bahu putrinya. "Ayo, sholat bersama Kiara, ya?"

Ia beralih menatap Kiara. "Kiara, bisa tolong jadi imam untuk Anjani?"

Kiara mengangguk, merasa terhormat untuk membantu. Anjani masih terlihat gelisah, tetapi ia berdiri di sajadah kedua, siap beribadah.

Sholat maghrib pun berhasil dilaksanakan dengan khidmat. Setelah selesai, Kiara menyalami tangan Lena, senyuman lebar merekah di wajahnya.

"Syukurlah... Terima kasih, Kiara," kata Lena, nada suaranya penuh harapan.

Kiara hanya mengangguk sambil menatap Anjani, yang menundukkan pandangannya. "Anjani, kamu baik-baik saja?" tanyanya lembut.

Anjani mengangkat kepala, menatap Kiara dengan mata yang mulai berbinar. "Terima kasih," lirihnya, tersenyum dengan sedikit kelegaan. Senyum itu membuat Kiara merasa ada perubahan positif dalam diri Anjani.

Lena memberi instruksi kepada Anjani untuk mengaji di dalam kamar, sedangkan ia mengajak Kiara keluar. "Duduk, Kiara. Ada yang harus Tante bicarakan," ucapnya, tampak sedikit canggung.

"Apa yang ingin Tante bicarakan?"

"Ini tentang Anjani. Tante mohon, jangan bicarakan hal ini ke siapa pun, termasuk orang tuamu," kata Lena, menyatukan kedua tangannya di depan dada seolah memohon.

"Tante nggak perlu meminta seperti itu. Aku mengerti," jawab Kiara, menggenggam tangan Lena dengan lembut untuk menenangkan wanita itu.

Lena menghela napas panjang. "Begitulah kondisi Anjani. Sejak SMP, dia semakin jarang melaksanakan kewajiban sebagai seorang Muslim. Setiap kali Tante paksa dia untuk beribadah, seperti ada yang memberontak di dalam dirinya."

Kiara merasa terkejut. "Apa Tante sudah membawa Anjani ke psikolog atau pak ustad untuk melakukan ruqyah?"

Lena mengangguk pelan. "Awalnya, Tante membawanya ke psikolog. Namun, bukannya membaik, Anjani justru semakin menjauh dari agama dan terus-menerus murung di kamarnya."

"Tante tahu penyebabnya. Anjani menjadi target ilmu hitam dari mantan kekasihnya."

"Ilmu hitam?" Kiara mengerutkan kening, tak bisa menyembunyikan rasa terkejut. "Itu seperti yang ada di novel horor, bukan?"

"Memang terdengar tidak masuk akal, tapi kenyataannya begitu. Keluarga mantan kekasih Anjani menganut ajaran semacam itu. Anjani bukan hanya terkena pelet agar terikat dengan mantannya, tetapi juga diguna-guna hingga sakit selama beberapa bulan. Itu sebabnya dia harus mengejar pelajaran dengan home schooling," lanjut Lena.

"Separah itu, Tante?"

"Iya. Jika kamu memperhatikan wajah Anjani, kamu bisa melihat bekas luka dari sakit yang dialaminya," jawab Lena dengan nada prihatin.

Kiara mengangguk, merasa kasihan pada Anjani yang terjebak dalam situasi mengerikan. Rasa syukur pun muncul dalam dirinya—setidaknya, ia tidak memiliki mantan kekasih yang bisa menyebabkannya terjebak dalam ilmu hitam.

Just Me (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang