Halo, selamat Malam semua!
Sebelum membaca, pencet tanda bintang di bagian pojok bawah kiri yok!!
.Tandai untuk typo ⚡
.
.Happy and enjoyy🍒
------------------------------Raka perlahan membuka matanya, merasakan guncangan halus di punggungnya. Ranjang pasien yang ia jadikan sandaran bergerak sedikit, membuatnya tersadar dari tidur yang tak ia sadari kapan dimulai. Di sebelahnya, Liam terlelap dengan tangan menjadi bantal, wajahnya tampak tenang.
Tiba-tiba, ranjang itu bergerak lagi, kali ini lebih kuat, menghantam punggung Raka. Suara napas terengah-engah terdengar dari arah Kiara. Dalam sekejap, Raka langsung tersentak penuh kesadaran, mengalihkan pandangannya ke ranjang Kiara. Tubuh Kiara kejang-kejang, membuat Raka kalang kabut.
Raka membeku sejenak, tak tahu apa yang harus dilakukan. Semua orang di ruangan masih tertidur pulas, tak ada yang menyadari kejadian ini. Ia dengan cepat meraih tombol di belakang ranjang dan memencetnya, lalu berlari keluar mencari bantuan.
“Bang! Bangun!” Raka mengguncang bahu Liam, tangan bergetar penuh kepanikan.
“Eugh, iya, kenapa?” jawab Liam setengah sadar.
“Kiara kejang! Gue cari dokter! Lu bantu di sini, jangan bikin yang lain panik!” seru Raka cepat.
“Iya, cepet!” Liam langsung mendekati Kiara, berusaha menahan tubuhnya yang bergerak tak terkendali. “Kiara! Kiara, ini Mas Liam! Sadar, Kiara!”
Suaranya lirih, berusaha tidak membuat keluarga lain terbangun dengan tiba-tiba. Dia terus memanggil nama Kiara, mencoba menenangkan gadis itu. “Kiara, istighfar! Ayo, Kiara!”
Mata Kiara terbuka, tetapi yang terlihat hanya putihnya, dan tubuhnya masih terus bergetar. Liam terus merapalkan doa dengan cemas, berusaha sekuat tenaga membuat Kiara kembali sadar.
Tak lama kemudian, Raka kembali bersama Dokter Ina, seorang dokter wanita yang langsung masuk ke ruangan dengan sigap. Saat itu juga, Baskala dan Aryo masuk, diikuti oleh Neva, yang langsung dipeluk oleh Safila, dan Lika yang berdiri di samping mereka, menenangkan Neva yang menangis tersedu-sedu.
“Mohon minggir sebentar,” kata Dokter Ina dengan tegas, mulai menangani Kiara yang masih dalam kondisi kejang.
Beberapa menit berlalu, dan kejang Kiara perlahan berhenti. Suasana di dalam ruangan kembali tenang, meski ketegangan belum sepenuhnya hilang. Semua orang mendekat ke arah ranjang Kiara, napas mereka terasa lebih berat setelah momen yang mendebarkan tadi.
“Bagaimana keadaan anak saya, Dok?” tanya Aryo dengan nada cemas yang masih menyelimuti.
Dokter Ina menatap Kiara sejenak sebelum menjawab, “Ada beberapa kondisi yang kami temukan pasca kecelakaan, salah satunya adalah kejang. Saya akan koordinasikan lebih lanjut dengan Dokter Heru, karena beliau yang menangani kondisi ini secara menyeluruh. Saya akan meminta perwakilan keluarga untuk menemani saya ke ruangan beliau.”
Aryo mengangguk cepat, menyetujui ajakan dokter. Namun, Neva, yang sangat khawatir, segera menambahkan, “Tapi ini sudah aman, kan, Dok?”
“Sudah stabil untuk saat ini. Namun, jika ada kondisi darurat lagi, jangan ragu untuk memencet tombol darurat seperti tadi,” jawab Dokter Ina lembut, lalu meminta diri untuk pergi.
Raka, yang sejak tadi tampak tegang, akhirnya menghela napas panjang. Tubuhnya bersandar lemah ke dinding, sementara wajahnya masih tampak pucat akibat kepanikan yang baru saja ia alami. Lika, yang memperhatikan kondisinya, segera menghampiri dengan sebotol air minum di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Me (Tahap Revisi)
HorrorKecelakaan naas yang dialaminya membuat Kiara kehilangan sebagian ingatannya. Dan parahnya lagi, ia justru bisa melihat makhluk tak kasat mata, lagi. Setelah bangun dari koma, ia didatangi satu sosok berupa anak kecil Belanda yang ternyata menguak i...