23 : Penerimaan

233 127 94
                                    

Triple up♡
.

Sekali-kali boleh kan?
.

Happy and Enjoy♡
——————————

SMA Bina Merdeka memiliki tiga bangunan gedung terpisah yang dihubungkan oleh sebuah lorong sepanjang kurang lebih delapan meter. Masing-masing bangunan diberi sebutan Gedung A, Gedung B, dan Gedung C.

Di bagian depan, terdapat Gedung A yang berfungsi sebagai ruang Kepala Sekolah, ruang rapat komite, ruang guru untuk kelas sepuluh, dan sembilan ruang kelas khusus untuk kelas sepuluh yang bertingkat dua. Selain itu, Gedung A juga dilengkapi dengan beberapa ruang praktik laboratorium dan ruang UKS dengan fasilitas lengkap, termasuk tenaga kesehatan yang siap membantu. Toilet pun tersedia di bawah tangga untuk memudahkan siswa.

Selanjutnya, Gedung B terletak di bagian belakang yang terhubung dengan lorong. Gedung ini menjadi tempat bagi angkatan kelas sebelas, atau kelas dua SMA, dengan sembilan kelas serta ruang-ruang untuk kegiatan organisasi siswa. Di pojok bangunan, terdapat dua warung kecil yang akrab disebut Warjok atau Warung Pojok oleh para siswa. Saat istirahat, kedua warung ini biasanya ramai dikunjungi siswa kelas sebelas. Sementara itu, kantin utama berada di gedung kiri, yaitu Gedung C.

Di sebelah kiri Gedung B, terdapat lorong lain yang menghubungkan dengan Gedung C. Gedung ini diperuntukkan bagi kelas dua belas dan berisi kantin utama serta dua perpustakaan berlantai dua. Di sini juga terdapat gedung besar berwarna biru dengan langit-langit yang sangat tinggi, menyamai atap lantai dua bagian kelas. Gedung biru ini berfungsi sebagai Aula pertemuan dan menjadi objek perhatian Kiara setelah ia melihatnya di internet.

Kini, Kiara dan Argi berdiri di depan pintu Aula yang sedikit terbuka. Argi menjelaskan bahwa dulu Aula ini merupakan pusat pertemuan para petinggi Belanda di Jawa Tengah. Karena sejarahnya yang kental, pihak sekolah memutuskan untuk tidak merenovasi gedung ini.

Konon, saat Kepala Sekolah yang menjabat pada tahun sembilan puluhan berusaha mengubah bentuk Aula, terjadi kejadian mengerikan berupa kesurupan massal. Isu yang beredar bahkan mengatakan bahwa ada orang yang meninggal di gedung ini saat masa penjajahan. Oleh karena itu, gedung biru ini kini dijadikan sebagai cagar budaya yang digunakan untuk kegiatan positif, seperti belajar dan mengajar.

"Kok merinding ya dengernya?" Kiara celetuk sambil mengusap lehernya yang terasa tak nyaman. Selama berjalan tadi, ia merasakan sesuatu yang aneh. Suara bising memenuhi telinganya, namun ia tak bisa menemukan sumbernya. Beberapa kali, ia juga menangkap bayangan hitam melesat di depan dan ekor matanya.

"Ya gitulah, kalau di sini jangan pernah melamun. Takutnya ketempelan," Argi menambahkan dengan nada serius.

Kiara bergidik ngeri mendengarnya. Ia mengamati aula dari celah pintu yang terbuka. Dalam aula tampak gelap, namun ia bisa melihat bayangan samar-samar berterbangan. Apakah itu sosok penghuni Aula? Ia tidak bisa memastikan karena kemampuan penglihatannya belum sepenuhnya maksimal.

Mereka kembali berjalan sejajar di samping perpustakaan berlantai dua, tetapi langkah Kiara terhenti. Ia merasakan sesuatu di atas kepalanya, seolah ada aliran magnet yang menarik jiwanya.

Tiba-tiba, suara yang ia kenal menyentuh telinganya dari arah kanan.

"Minggir!"

Dengan gerakan cepat, Kiara menarik tangan Argi, memindahkan mereka dari tempat yang sedang mereka tempati.

BRAK!!!

Semua orang yang kebetulan melintas dekat mereka berteriak terkejut saat sebuah pot bunga besar terbuat dari guci jatuh dari atas, tepat di tempat Kiara dan Argi berdiri tadi. Beruntung Kiara menarik tangan Argi tepat waktu, dan mereka selamat dari bahaya.

Just Me (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang