Kamis, 7 November 2024
.
Kembali bertemu di malam Jumat semuanya!
.
Ada yang baru nih, apa itu?
.
By, persembahkan ilustrasi cerita ini di Instagram [at] Byluvy_
.
Yok merapat ke sana sekarang, buat lihat ada ilustrasi apa saja? Apakah sesuai sama gambaran yang kalian khayalkan?
.Happy And Enjoy♡
———————————Kiara langsung kembali ke kelasnya, tak sempat mengunjungi kantin karena bel masuk sudah berbunyi. Setibanya di dalam kelas, Ofel memberikan sebuah botol minuman rasa melon yang ia beli dengan inisiatifnya sendiri.
“Nggak perlu di ganti uangnya, Ra. Aku ikhlas kok, beneran deh,” ujar Ofel, tersenyum tulus.
Kiara mengangguk, mengucapkan terima kasih, lalu menyimpan minuman itu di dalam lokernya. Seketika, perasaannya menghangat di tengah hatinya yang sempat marah dan bersedih tadi.
Dua jam setelah istirahat ini seharusnya mereka belajar bahasa Inggris, tetapi Bu Resti, guru mata pelajaran tersebut, tidak bisa hadir di kelas karena ada urusan mendesak di luar sekolah.
Meski begitu, beliau tetap menitipkan tugas kepada Ndaru, ketua kelas MIPA Dua, yang kini bertanggung jawab menjaga ketertiban dan memastikan tugas bahasa Inggris itu dikerjakan dengan baik oleh teman-temannya.
Momen tanpa kehadiran guru ini dimanfaatkan oleh anak-anak kelas untuk mengerjakan tugas itu dalam kelompok pertemanan mereka masing-masing.
Kiara menyeret kursinya mendekat ke arah meja Mita, diikuti Banugusti yang ikut bergabung untuk mengerjakan tugas bahasa Inggris tersebut.
Mita tersenyum-senyum sendiri tanpa alasan yang jelas, menarik perhatian Kiara yang duduk di sebelahnya.
Kiara pun bertanya dengan rasa penasaran, “Kenapa senyum-senyum sendiri, Ta?”
Banu, yang memperhatikan Mita, tiba-tiba menyadari sesuatu. Senyuman itu ternyata ledekan halus. Mita sepertinya sedang menggoda Banu, mengisyaratkan bahwa ia tahu Banu menyimpan rasa pada Kiara. Padahal Banu hanya penasaran dengan sesuatu saja.
“Emang rada-rada tuh orang,” kata Banu sambil melengos, memalingkan pandangannya kembali ke buku tugas di depannya.
Mita tertawa pelan. “Aku heran deh sama Banu, Ra. Tadi pas aku kerjain sendiri, dia nggak mau gabung, tapi begitu kamu ikut, dia langsung nimbrung.”
Banu membulatkan matanya, menatap Mita dengan penuh protes, seolah meminta temannya itu untuk berhenti bicara.
“Mana ada gitu, kebetulan wae [Saja] aku gabung bareng karo [Sama] Kiara,” kata Banu, berusaha membela diri, meskipun telinganya sedikit memerah.
Kiara hanya menanggapinya dengan tawa ringan, tanpa benar-benar menganggap ucapan itu serius di dalam hatinya.
Di tengah kekhusyukan mereka mengerjakan tugas, tiba-tiba Kiara merasakan pundaknya agak berat. Seketika, sebuah bayangan muncul di benaknya, seolah menampilkan sosok berwajah gosong yang berdiri di belakangnya. Dengan naluri tajam, ia tahu ada sesuatu yang mengawasi mereka di belakangnya.
Sontak, bulu kuduknya berdiri merinding. Awalnya, ia mencium bau samar yang mirip aroma daging bakar. Kiara mengira bau itu berasal dari Sekar, yang tidak jauh dari posisinya dan sedang asyik menghabiskan bekalnya— daging sapi panggang yang menggugah selera. Namun, ia menyadari sesuatu. Bau itu ternyata berasal dari sosok astral yang ada di belakangnya.
Banu juga menyadari kehadiran makhluk itu di belakang Kiara. Namun, ia sengaja membiarkannya, bukan karena tega membiarkan sosok itu menempel pada Kiara, melainkan karena rasa ingin tahunya. Ia penasaran apakah firasatnya benar tentang aura yang selaras dengan Kiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Me (Tahap Revisi)
HorrorKecelakaan naas yang dialaminya membuat Kiara kehilangan sebagian ingatannya. Dan parahnya lagi, ia justru bisa melihat makhluk tak kasat mata, lagi. Setelah bangun dari koma, ia didatangi satu sosok berupa anak kecil Belanda yang ternyata menguak i...