5

4.1K 546 16
                                    

"Pastikan kau datang ke acara reuni, semua orang akan ada di sana." Suara seorang wanita menggema di seberang telepon.

Hinata terduduk di ruang kantornya sambil menopang dagu.

"Hinata, kau mendengarku kan?"

"Kurasa aku tidak akan datang, Sakura." Hinata lalu berujar lesu, dia tak berencana datang. Pergi ke reuni artinya bunuh diri karena Toneri pasti ada di sana.

"Oh, ayolah apa ini soal keparat bernama Toneri itu?" Sakura mengumpat kesal.

"Kau tahu, sangat sulit untuk bisa berhadapan dengannya lagi." Ucap Hinata dengan suara yang sedikit memelan, dia tak siap untuk itu.

"Justru ini saat yang tepat untuk menunjukan padanya bahwa kau sekarang sudah melupakannya, you're married now." Sakura mencoba membujuk sahabatnya itu sekali lagi. Pesta reuni SMA pasti sangat menyenangkan.

"Tapi itu tak mengubah sedikitpun masa laluku dengannya." Hinata selalu merasa sedih tiap kali membicarakannya. "Kau tahu saat dia berselingkuh dengan perempuan itu, aku bahkan masih bersedia mengemis cintanya. Jadi bisa kau bayangkan seberapa besar aku sangat mencintainya saat itu dan melupakannya saat ini juga bukan hal mudah." Jelas Hinata mencoba mengutarakan apa yang dia rasakan, Sakura mungkin orang yang paling tahu soal hubungan panjangnya dengan Toneri.

"Kau gila, suamimu bagaimana?" Sakura merasa prihatin sekarang, dia tahu seberapa hancur Hinata saat mendapati cinta pertama sekaligus kekasih yang sudah menjalin cinta bersamanya selama tujuh tahun berselingkuh dengan perempuan yang entah muncul dari mana.

Hinata hanya tersenyum miris, dia rasa Naruto tak peduli soal ini sama sekali, toh mereka juga tak benar-benar menikah karena mencintai satu sama lain. "Dia tak pernah tahu soal Toneri, karena aku tak pernah membahas masa lalu dengannya."

"Ah begitu." Sakura terdiam cukup lama sebelum melanjutkan ucapannya. "Bagaimana jika mengajak suamimu datang ke acara itu? Aku juga akan membawa Sasuke."

Hinata tertawa ringan "kurasa dia tak akan mau datang ke acara reuni." Dia tak bisa membayangkan Naruto berbincang dengan teman-temannya. Pria itu seperti datang dari kalangan dan dunia yang berbeda dari dirinya dan juga dia yakin pria itu tak akan mau.

"Bujuklah dia. Kau tahu, balas dendam pada Toneri akan sangat mudah kau lakukan, hanya perlu memamerkan suamimu di acara itu." Sakura berujar serius kali ini. Hinata harusnya bersyukur melepaskan Toneri dan mendapatkan pebisnis kelas kakap macam Uzumaki Naruto, kelas mereka bahkan tak bisa dibandingkan.

Hinata terdiam sebentar, mungkin itu ide bagus. Dia juga tak ingin Toneri terus mengganggunya dan membuat luka lamanya tak kunjung sembuh. Mungkin dia bisa berlindung di balik suaminya sekarang?

...

Naruto membaca deretan kalimat di dalam surat laporan yang diberikan seorang mata-mata sewaan Kakashi untuk menyelidiki soal mantan kekasih istrinya.

Ternyata pria itu bernama Toneri, seorang Pengacara yang cukup terkenal dari salah satu Firma Hukum besar di pusat kota Tokyo. Profilnya cukup bagus, dia memiliki pekerjaan yang mapan.

"Jadi mereka berkencan selama tujuh tahun?" Naruto sempat mendengar ini dari Hinata saat dia mabuk.

"Ya, sejak usia mereka enambelas tahun. Mereka berada pada sekolah SMA yang sama." Jelas mata-mata itu.

"Kapan hubungan mereka berakhir?"

"Tepat sebulan sebelum pernikahan anda Tuan." Lapor pria bertubuh tinggi dengan jaket kulit yang berdiri di hadapan kliennya.

"Jadi itu alasan dia meminta waktu selama sebulan." Gumam Naruto seraya mendecih. Dia benar-benar tak tahu kalau Hinata memiliki hubungan seserius ini dengan seorang pria sebelum berakhir dengannya.

AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang