"Tolong beritahu Hinata aku di sini." Naruto berujar sangat pelan pada ibunya yang kini tengah menangisinya yang terbaring di ruang perawatan darurat. Kesadarannya terasa melayang-layang sekarang, seluruh tubuhnya terasa sakit dan kepalanya sangat pening. Rasanya seperti sudah di ambang kematian.
Kushina mengangguk, dia mengusap kepala putranya dengan lembut "Ibu akan bawa dia kemari ya."
Naruto mencoba mengatur napasnya yang terasa berat dan tersengal. Mungkin dia beruntung karena bisa sadarkan diri selepas kecelakaan itu terjadi dan mendapat perawatan di IGD namun rasanya sungguh menyakitkan. Seumur hidupnya dia tak pernah merasa begitu tak berdaya kecuali saat ini. Samar-samar tadi dia sempat melihat, kemeja putih yang dia kenakan dipenuhi darah, mungkin dari luka di pelipis dan bahu kanannya.
"Kau akan menjalani operasi setelah ini dan kau akan baik-baik saja setelahnya." Kushina mencoba menenangkan putranya yang juga nampak masih shock karena pandangannya kosong serta bicaranya tersendat-sendat.
Naruto kini memejamkan matanya lagi karena rasa sakit di sekujur tubuh yang tak bisa ditahan terasa begitu menyiksa dan itu adalah kali terakhir dia tersadar sebelum memasuki ruang operasi. Setelah itu semuanya gelap, dia tak tahu apa yang terjadi.
...
"Bagaimana keadaannya?" Kakashi setengah berlari menghampiri Ibu Naruto yang berdiri di koridor dekat IGD.
"Cukup buruk, tulang rusuknya patah dan bahunya dislokasi, juga ada luka di pelipisnya yang cukup dalam sehingga membuatnya kehilangan banyak darah." Kushina masih begitu shock sekarang, kakinya bahkan terasa sangat lemas saat tadi menerima telepon bahwa putranya mengalami kecelakaan lalu lintas. "Dia dibawa ke ruang operasi."
Kakashi menggiring nyonya Uzumaki yang nampak shock itu untuk duduk di kursi. Sesungguhnya dia sendiri sangat terkejut mendapat kabar kecelakaan itu karena dirinya dan Naruto pagi tadi baru saja bicara di telepon.
"Di mana Hinata, apa kau bisa membawa Hinata ke sini?" Kushina terduduk lemas di kursi. Dia tahu soal masalah yang tengah dihadapi oleh putranya itu. Istri dan anak-anaknya telah dibawa pergi oleh ayah mertuanya hingga dia sangat frustasi selama seminggu terakhir.
"Naruto baru saja akan menjemputnya ke Beijing." Kakashi berasumsi bahwa Naruto mengalami kecelakaan saat akan berangkat ke bandara.
"Dia di Beijing?" Kushina sudah tahu bahwa akhirnya Hyuuga akan mengambil langkah untuk membalas apa yang putranya telah lakukan pada mereka tapi harusnya tidak begini, dia yang lihat sendiri bagaimana putranya dan Hinata saling mengasihi selama mereka berada di rumah, membesarkan bayi-bayi mereka bersama. Dia pikir, tak apa jika pernikahan bisnis itu beralih jadi pernikahan yang sesungguhnya selama keduanya saling mencintai.
Kakashi mengangguk "aku akan coba bicara pada Hiashi, bagaimanapun Hinata masih istrinya, dia harus tahu keadaan Naruto."
Kushina mengangguk "kumohon kau bantu putraku, membawa istrinya kembali." Dua hari lalu Naruto datang ke kediaman utama dan mengatakan ingin mencari istri dan anak-anaknya. Wajahnya nampak putus asa dan jelas sangat kehilangan. Saat itulah Kushina sepenuhnya menyadari bahwa Naruto telah benar-benar jatuh cinta pada istrinya.
"Pasti, aku akan membantunya." Kakashi sejak awal sudah bersumpah akan selalu membantu Naruto. Dia anggap itu sebagai sumpahnya pada Tuan Minato dulu. Meski dia rasa dirinya telah gagal karena semua berakhir dengan kacau seperti ini.
...
Hinata termenung menatap anak-anaknya yang tengah merangkak di atas permadani tebal berwarna marun. Entah kenapa sejak bangun pagi tadi perasaannya sangat gelisah. Demam Bolt sudah turun, anak itu juga nampak baik-baik saja, namun dia merasa ada yang mengganjal dalam hatinya. Perasaan tidak nyaman yang membuatnya ingin menangis sepanjang hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement
FanfictionTiga tahun mungkin bukan waktu yang sangat lama, tapi mampu menjungkirbalikan kehidupan sepasang manusia yang tak saling mencintai tersebut.