37

3.5K 460 25
                                    

Naruto perlahan melepaskan pelukan lengan Hinata dari tubuhnya, lalu mengecup kening istrinya yang telah tidur lebih dulu tersebut sebelum beranjak turun dari ranjang.

Wanita itu nampaknya kelelahan hari ini karena sibuk mengurus anak-anak yang semakin hari semakin aktif, Bolt bahkan berlari tertatih-tatih mengelilingi kamar ini sebelum tidur.

Naruto dengar dari kepala pelayan bahwa Neji dan Lee belum naik ke lantai atas sejak siang tadi dan melewatkan makan malam. Entah apa mereka masih hidup di lantai bawah atau tidak, jadi dirinya memutuskan untuk turun dan menengok mereka.

Pria itu menutup pintu kamar sepelan mungkin agar tak membangunkan istri dan anak-anaknya yang sudah terlelap.

...

Neji dan Lee yang tengah sibuk menatap layar besar komputer rakitan itu langsung menoleh ke belakang saat mendengar pintu dibuka lalu mendapati sang empunya rumah melangkah masuk.

"Hah." Naruto menghela napas saat melihat dua manusia itu nyaris menempelkan mata mereka ke layar komputer. Dia meletakan dua kantong besar makanan cepat saji di atas meja dengan cukup kasar lalu duduk bersandar di sofa yang ada di sana. "Aku tahu kalian sangat terobsesi memenjarakan Danzo tapi kalau tidak keluar dari ruangan ini sepanjang hari, kalian bisa mati kelaparan."

Lee yang melihat kotak-kotak ayam di atas meja langsung bangkit berdiri dari kursinya dan bergabung bersama Naruto untuk menikmati makanan itu. "Terima kasih makanannya."

Neji hanya memutar kursi dan menatap adik iparnya itu dengan tatapan sulit diartikan. "Tidak perlu repot-repot, kami tidak membutuhkannya."

Naruto menatap Neji lalu melirik ke arah Lee yang sudah mulai makan dengan lahap. "Kurasa Lee kelaparan karena kau tak memberinya makanan. Apa begini caramu memperlakukan teman lama?"

Neji memijat pelipisnya dengan pelan saat menatap ke arah Lee. Memang salahnya karena tidak memikirkan soal makan sama sekali jika sudah mengurus masalah pekerjaan.

Naruto lalu meraih sebotol bir yang juga ada di dalam kantung besar di atas meja. "Bersantailah sebentar, kau bisa gila jika terus begini."

"Jika perusahaanmu yang nyaris bangkrut, aku tidak yakin apa kau juga bisa bersantai." Neji berujar sarkasme.

"Kurasa aku tidak perlu khawatir soal itu, karena tak ada manusia macam Danzo di perusahaanku." Naruto bisa berujar bangga karena jika ingin menjadi pekerja di perusahaannya, harus melalui proses recruitment yang sangat rumit maka orang-orang yang memegang jabatan tinggi di perusahaannya pastilah orang yang tepat.

"Lagi-lagi bersikap arogan." Neji mencibir.

"Itu bukan arogan tapi realistis." Naruto mengangkat sebelah kakinya dan duduk dengan nyaman di sofa. "Berhentilah meletakkan seorang pekerja dari hasil relasi. Banyak orang hebat di luar yang berpotensi membantumu mengembangkan bisnis." Dia rasa perusahaan Hyuuga telah menumbuhkan budaya Nepotisme.

"Berhentilah memberi petuah, perusahaanmu dan perusahaan keluargaku berbeda." Neji tak butuh petuah di saat seperti ini, meski apa yang Naruto katakan memang ada benarnya. Danzo pun bisa menginjakkan kaki di posisi tinggi itu karena telah dianggap saudara oleh ayahnya, namun malah berkhianat.

"Tentu berbeda, kami bukan penganut Nepotisme." Naruto menyesap birnya.

"Kostummu bagus juga." Lee berujar pada Naruto dengan mulut penuh dengan ayam goreng.

Naruto mengerutkan kening, lalu dia menatap ke arah tubuhnya "hey, ini bukan kostum tapi piyama tidur." Dia memang mengenakan piyama yang sama dengan istrinya malam ini bahkan sandal bulu yang melekat di kakinya sekarang berwarna senada.

AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang