10

4.2K 508 13
                                    

Hinata mengalami jet lag setelah penerbangan dari Swiss ke Jepang dan mereka baru tiba di Jepang dini hari tadi. Hinata masih berbaring di atas ranjang sambil memijat pelipisnya yang terasa pening.

"Aku harus pergi ke kantor." Naruto lalu keluar dari ruang closet pakaian dengan kemeja kerja lengkap dengan jas. Kakashi meneleponnya tadi dan mengatakan ada meeting penting bersama para investor yang harus dia hadiri. Terkadang Kakashi bisa jadi lebih kejam dari menidang ayahnya. Dirinya bahkan belum istirahat sejak semalam karena mengurus istrinya yang mabuk perjalanan.

"Kau belum tidur sejak semalam." Hinata bangkit duduk dan bersandar di kepala ranjang, merasa khawatir pada pria itu. Dirinya bisa libur bekerja lalu menyerahkan semua pekerjaan pada Manager resto sedangkan Naruto tak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja.

Naruto menghampiri istrinya dan duduk di tepi ranjang. "Kau beristirahat lah, aku akan segera pulang setelah meetingnya selesai." Dia mengusap surai istrinya yang sedikit berantakan sambil menatap wajahnya yang nampak lelah.

"Beritahu aku jika kau akan pulang, aku akan masak sesuatu untukmu." Ujar Hinata, dia ingin memberi sedikit ucapan terima kasih karena pria itu telah memperlakukannya dengan sangat baik selama perjalanan bulan madu kemarin dan dia rasa itu akan jadi salah satu perjalanan terbaiknya seumur hidup.

Naruto mengangguk "Hinata, kapan kita bisa pergi ke rumah sakit untuk memasang alat kontrasepsinya?" Dia tak ingin terburu-buru dan memaksa Hinata namun dirinya merasa sedikit khawatir karena di tiga hari terakhir perjalanan bulan madunya, mereka menghabiskan nyaris seluruh waktu di atas ranjang untuk bercinta. Meski memasangnya sekarang tak akan merubah apapun yang telah terjadi selama bulan madu, Naruto ingin dirinya merasa tenang.

"Akan aku beritahu jika aku sudah merasa lebih baik." Hinata tak menolak, memang dia berencana melakukannya sesegera mungkin saat tiba di Jepang. Namun kondisi tubuhnya sedang tidak begitu mendukung untuk itu dan dia sebenarnya punya alasan lain untuk menunda pamasangan kontrasepsi itu.

"Terima kasih kau sudah mengerti." Naruto tak ingin banyak bicara soal anak dan keturunan atau dirinya akan nampak seperti pria brengsek karena terus menggagahi istrinya selama bulan madu tapi tak menginginkan anak.

Hinata memejamkan mata dan mengangguk, tentu dia mengerti. "Sampai bertemu nanti."

Naruto mengecup bibir istrinya sekilas sebelum beranjak dan pergi dari kamar.

...

"Menikmati bulan madumu huh?" Cibir Kakashi begitu Naruto masuk ke dalam ruang kerja. Dia telah menunggu kedatangan Naruto sejak tiga puluh menit lalu.

"Sangat." Naruto lalu duduk di kursi kebesarannya dan memeriksa berkas untuk meeting yang akan berlangsung dalam waktu tiga puluh menit dari sekarang.

"Naruto, aku ingin bicara soal kepetusanmu mengiyakan permintaan Hyuuga beberapa waktu lalu. Apa yang terjadi?" Kakashi masih ingat betapa Naruto dengan yakin menolak itu saat kali pertama dia beritahu soal permintaan Hyuuga.

Naruto terdiam, dia mengambil keputusan itu setelah Hiashi mengancamnya balik akan meminta Hinata kembali ke mansion. Sejujurnya dia masih merasa tidak percaya diri apa Hinata akan memilih untuk tetap tinggal dengannya, maka dia mengiyakan permintaan itu karena takut Hinata pergi. "Aku tidak bisa bilang tidak."

"Apa alasannya?" Kakashi kini menghampiri Naruto yang duduk di kursinya. Dia harus dengar soal ini karena ini adalah keputusan besar yang mungkin juga akan ditentang para Executive yang bekerja di perusahaan Uzumaki. Mereka tentu tak hanya bekerja berdua disini, banyak kepala dilibatkan dan pengambilan keputusan sepihak bukan hal bijak untuk dilakukan.

AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang